Pagi harinya karena usulan dari Lucia, mereka berlima sepakat akan menggunakan kereta Couran untuk keluar dari Tanah Pharos bersama-sama. Dengan menggunakan kuda Lucia dan Jean untuk menarik kereta tersebut.
Aksa dan Nata terlihat sangat setuju, setelah mereka paham akan usulan dari Lucia tersebut. Dan dengan segera menggunakan cara paling efektif untuk membetulkan roda kereta Couran yang patah. Alhasil tak sampai tengah hari, kereta itu sudah mulai berjalan dengan lima orang tadi berada di dalamnya.
Sebenarnya kereta milik Couran ini cukup besar. Kereta empat roda yang punya kerangka atap terbuat dari bambu yang ditutup kain seperti sebuah tenda untuk berlindung. Dan lebarnya, dua setengah lebar tubuh seekor kuda tunggangan. Hanya saja barang-barang milik Couran yang banyak dan menumpuk itu sangat menyita tempat, hingga membuat kereta itu terasa penuh sesak saat diisi oleh lima orang tersebut.
.
"Sulit dipercaya mereka berdua bisa belajar dengan cepat tentang bahasa kita," ucap Lucia saat matahari sudah mulai tenggelam di langit barat.
"Apa mereka benar-benar dari luar daratan ini?" Jean terlihat meragukan.
"Sepertinya memang demikian. Ini pertama kalinya saya melihat bentuk dan bahan pakaian seperti itu. Juga huruf yang mereka tulis kemarin. Hal tersebut terlalu detail untuk dipalsukan," ujar Couran menjawab keraguan Jean.
Kemudian mereka bertiga dikejutkan dengan Aksa yang tiba-tiba berucap, "Kita pergi hingga kapan?"
Lucia, Jean, dan Couran tampak terkejut karena pemuda itu sudah bisa berbicara menggunakan bahasa mereka meski pelafalannya masih terkesan aneh dan artinya masih belum sempurna. Padahal Aksa baru saja belajar bahasa tersebut, sehari yang lalu.
"Mungkin yang kau maksud 'perjalanan kita memakan waktu berapa lama', kan?" ujar Couran membenarkan. Yang dijawab dengan anggukan dalam oleh Nata dan Aksa.
"Kita akan sampai di batas akhir wilayah Pharos, dua hari lagi," ujar Lucia sambil menunjukan dua jari sebagai bantuan. Yang juga direspon dengan anggukan kepala dari keduanya. Tanda bahwa mereka mengerti.
"Buku lagi," ucap Aksa kemudian yang dimaksudkan meminta gulungan buku yang lain untuk dibaca, kepada Couran.
"Pemuda yang bernama Aksa itu sangat mudah mengingat. Sedang yang bernama Nata itu sangat cepat mengerti. Siapa sebenarnya mereka berdua? Dimana Anda berdua menemukan mereka?" tanya Couran kepada Lucia dan Jean setelah ia memberikan gulungan lain kepada Aksa untuk dibaca.
"Kalau boleh jujur, mungkin anda tidak akan mempercayai hal ini. Tapi sebenarnya dua pemuda itu jatuh dari langit," jawab Lucia dengan wajah siap dianggap sedang bercanda.
"Jatuh dari langit?!" Dan Couran pun semakin mengeryitkan dahi, karena tidak bisa percaya dengan cerita Lucia yang selanjutnya.
"Jadi seperti itulah, kejadiannya. Kami menemukan mereka berdua di antara barang-barang aneh yang berserakan tepat di bawah awan hitam tersebut," tutup Lucia. Ia sudah siap menerima pertanyaan penegasan dari Couran.
"Awan hitam? Di tanah Pharos?" Seperti dugaan Lucia, Couran mengajukan pertanyaan penegasan.
"Iya, dan iya," jawab Lucia kemudian.
"Apa jangan-jangan mereka dari dunia lain?" Tiba-tiba Couran menanyakan sesuatu yang baru saja terlintas dalam pikirannya.
"Maksud anda?" tanya Lucia yang tidak mengerti dengan maksud dari ucapan Couran tadi.
"Dunia di luar dunia ini," jelas Couran kemudian.
"Seperti dunia para dewa atau dunia para iblis?" Kali ini Jean yang bertanya memastikan.
"Bukankah dunia-dunia itu hanyalah dongeng belaka?" tanya Lucia yang juga sedang memastikan.
"Tapi hal sepert pakaian, huruf, serta ketidaktahuan mereka akan dunia ini, dan kemampuan mereka belajar itu bisa jadi sebuah bukti." ucap Couran.
"Bisa saja mereka dari kerajaan yang jauh di ujung dunia sana, yang belum pernah kita temui sebelumnya?" Lucia masih belum setuju dengan dugaan Couran.
"Ya, itu tadi hanya dugaan liar saja, nona Lucia. Ada kemungkinan juga, mereka dari dataran yang jauh di seberang dataran Elder ini," ucap Couran yang kembali mencoba untuk berpikir secara logis.
"Jadi mereka dari dunia Dewa atau dunia Iblis?" tanya Jean kemudian.
.
Aksa dan Nata hanya berhenti membaca saat cahaya matahari benar-benar telah hilang. Dan mulai bertanya dan melakukan interaksi dengan penggalan kata dan isyarat tubuh di sisa malamnya sebagai cara mereka belajar.
Lucia, Jean, dan Couran tampak dibuat heran oleh antusias dan kemampuan belajar kedua pemuda itu. Namun dalam pikiran Couran, ia tahu rasa penasaranya itu akan segera terjawab saat mereka berdua sudah mulai dapat berbahasa dengan lancar. Dan ia juga tahu bahwa hal itu tidak akan lama lagi.
-
Hari berikutnya Aksa yang sudah mengerti bentuk dasar tulisan dan kata mulai mempertanyakan semua kata baru yang ia temukan dalam gulungan buku milik Couran. Dan di akhir hari, hampir semua gulungan buku milik Couran sudah habis terbaca. Dan hal ini membuat Aksa mulai mengerti dan paham akan bahasa dunia ini.
-
Dan tepat dua hari setelah mereka melakukan perjalanan dengan menggunakan kereta Couran tersebut, akhirnya mereka tiba juga di tempat yang disebut oleh Lucia sebagai Batas Akhir Wilayah Pharos.
Mereka melewati tembok tebing yang tinggi dan berkelok sebelum lama-kelamaan tanah yang mereka lewati mulai berwarna hijau, dipenuhi oleh rerumputan. Dan selepas melewati tembok tebing terakhir, terlihatlah bentangan sabana yang hijau dengan pepohonan hutan tampak berjajar di garis cakrawalanya. Kontras sekali dengan keadaan beberapa saat sebelumnya di belakang tembok tebing tadi.
Aksa dan Nata tampak terkagum-kagum melihat bentangan padang rumput yang hijau dan asri tersebut. Dari mimik muka mereka seperti menunjukan, bahwa sudah lama sekali mereka tidak melihat pemandangan seperti yang ada di hadapan mereka saat ini.
"Apa kami boleh untuk tetap mengikuti kalian sementara waktu lagi? Kami masih perlu belajar lebih banyak lagi. Setidaknya sampai kami tiba di desa tempat tinggal Couran?" pinta Aksa begitu kereta mulai berhenti untuk mengistirahatkan kuda di siang hari yang teduh itu.
"Tuan Couran." Terdengar Lucia mengkoreksi perkataan Aksa.
"Tuan Couran." Aksa mengulangi ucapan Lucia.
"Tentu saja. Kalian bisa tinggal di rumahku untuk beberapa waktu bila kalian mau," jawab Couran kemudian yang dibalas dengan ucapan terima kasih dari Aksa dan Nata.
"Kurasa kalian juga harus mulai mempelajari cara untuk memenuhi kebutuhan kalian sendiri, sebelum kalian bisa mandiri," ujar Lucia kemudian.
"Benar. Di daratan ini kalian tidak akan dapat makanan secara cuma-cuma seperti saat kalian bersama kami," ucap Jean yang tampak disergah oleh Lucia karena dirasa tidak sopan.
"Kami paham benar akan hal tersebut. Maka itu jangan kuatir. Kami akan mempelajari hal tersebut juga," jawab Aksa kemudian dengan senyum mengembang.
-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
ika wahyuni
keren bgt ih.. semoga makin banyak peminat bacanya
2023-09-29
2
Hanachi
apakah di tanah pharos memang sama sekali ga pernah turun hujan?! kenapa ketika ada gumpalan awan hitam itu dianggap ajaib?!
2022-06-21
0
Hanachi
berarti kalau di bumi, dataran elder ini disebut dengan benua elder?!
2022-06-21
0