"Lalu apa yang harus kami lakukan selanjutnya?" Tanya Stevan setelah mereka sudah berada dibalai pertemuan desa selesai makan malam.
Balai pertemuan itu tidak terlalu besar, terletak tepat disebelah rumah Stevan. Disamping Nata, Aksa, dan Stevan hadir pula Couran, Lucia, Jean, Huebert, Loujze, dan Duexter yang sudah pulih benar semenjak dua hari yang lalu. Tampak pula beberapa orang warga yang sepertinya adalah perangkat desa.
"Baiklah, pertama-tama adalah mengantisipasi agar hal seperti ini tidak terulang kembali kedepannya. Kita perlu membuatkan terasering disisi tebing itu" ujar Nata menjawab.
"Terasering?" Terdengar Stevan mewakili yang lain bertanya.
"Maksud saya membuatkan pagar berundak sebagai penyangga di sepanjang pinggiran tebingnya" jelas Nata. "Longsor itu kemungkinan umumnya adalah karena air yang mengikis kepadatan tanah. Jadi dengan membuat aliran rembesan air dengan bambu atau sejenisnya, kemudian membentuk pingiran tebing menjadi seperti undakan, lalu menanamkan batu penyangga sebagai pagar, pasti kedepannya bencana seperti ini tidak akan terulang. Bilapun terjadi pasti tidak akan sampai separah kemarin" tutupnya kemudian.
Semua orang yang ada di dalam ruangan itu hanya terdiam mendengarkan Nata dengan masih belum paham betul apa yang dibicarakan.
"Kemudian untuk pertanian yang lebih maksimal adalah dengan melakukan sistem irigasi yg benar" Lanjut Nata.
"Irigasi?"
"Maksud saya pengairan. Bila daerah timur lebih banyak mengandung air dari pada daerah selatan atau barat, maka air itu harus dialirkan secara merata. Karena yang saya temui kemarin, ada beberapa lahan di bagian selatan dan barat yang tidak menghasilkan tanaman yang bagus karena tanahnya terlalu kering, sedang di bagian timur beberapa lahan malah sia-sia tidak digunakan karena tergenang air" jelas Nata lagi panjang lebar.
"Aksa sudah membuatkan catatan untuk cara-cara kerjanya. Mungkin butuh waktu dua minggu untuk memagari tebing diutara itu. Dan sisanya adalah membangun sistem pengairan dan memaksimalkan pengunaan lahan" Tutup Nata kemudian.
"Kenapa kalian sampai sebegitu memikirkan desa ini" tanya Stevan yang tak habis pikir kenapa dua orang asing ini tiba-tiba saja muncul dan membantu mereka sampai seperti ini.
"Kami hanya membayar hutang budi" ujar Aksa seraya mengangkat jempolnya ke arah Couran.
"Mengajari kalian baca tulis dan membiarkan kalian membaca semua gulungan-gulungan lusuh itu?" Kali ini Couran yang berucap karena dia juga tidak merasa sepadan antara bantuan yang dia berikan dengan yang dilakukan Nata dan Aksa untuk desa ini.
"Informasi untuk informasi. Ilmu pengetahuan untuk ilmu pengetahuan. Kupikir semua ini sebanding. Toh bukan kami juga yang akan membangun semua itu. Warga desa yang akan membangunnya. Kami hanya memberikan informasinya" jawab Nata kemudian dengan senyuman.
"Mereka manis sekali kalau sedang seperti ini" ujar Jean geregetan.
"Kurasa kami juga akan tetap berada disini dan meneruskan membantu sampai pagar tebing dan sistem pengairan itu selesai" ucap Huebert.
"Kalian tidak perlu sampai sejauh ini" ucap Couran.
"Saya juga ingin membalas budi pada desa ini, karena telah menyelamatkan dan merawat saya" kali ini ucap Deuxter.
-
Hari berikutnya setelah mereka selesai sarapan dan hendak bersiap untuk mengatur jadwal pekerjaan hari ini, tampak Lucia dan Jean muncul dari dalam dapur dengan bungkusan bekal makan siang.
"Kami juga memutuskan akan tinggal untuk membantu sampai pagar tebing dan sistem perairan itu selesai dibuat" ujar Lucia.
"Dua minggu. Kalian masih mau tinggal disini dua minggu lagi?" Tanya Aksa menyelidik. "Kalian tidak segera ketempat tujuan kalian?"
"Mereka pengangguran Aks" saut Nata.
"Kami harus mengawasi siapa tau kalian berulah di desa ini" jawab Jean berang.
"Mana mungkin utusan dewa berulah?"
-
"Kenapa kau sampai melakukan hal seperti ini Nat?" Tanya Lucia kepada Nata saat mereka, Aksa, dan Jean sedang berteduh dibawah pohon rindang di waktu istirahat makan siang. Tak jauh dari para warga yang sedang bekerja memecah bebatuan besar.
"Apa maksud anda putri?"
"Dengan segala hal yang terlihat dramatis kemarin" ujar Lucia kemudian. Gadis itu benar-benar penasaran seperti apa sebenarnya cara berpikir Nata.
"Saya perlu agar orang-orang disini mau melakukan apa yang saya perintahkan. Kalau tidak begitu, saya akan lelah mati-matian memastikan ke mereka untuk percaya kepada orang asing ini" jawab ringan khas Nata.
"Hanya karena hal itu? Bukan karena kau ingin pamer kemampuan?" Sela Jean berprasangka.
"Memang benar saya suka sekali selalu dianggap superior, tapi bukan untuk itu juga tujuannya" jawab Nata dengan masih menyuapkan potongan wortel kedalam mulut. "Merubah hal yang sudah ada secara turun temurun itu sangatlah susah. Itu sama seperti mencoba merubah kebiasaan atau bahkan kebudayaan. Apalagi oleh orang asing sepertiku. Maka dari itu cara ini adalah yang paling ampuh"
"Maksudmu?"
"Dengan memberi citra bahwa kita mampu dan lebih unggul dari mereka akan menimbulkan rasa wajar saat kita memerintah mereka, meski kita adalah orang yang baru saja mereka kenal. Kemudian dengan menekankan bahwa kita akan membantu tanpa pamrih, maka akan menimbulkan rasa simpati yang membuat mereka mau melakukan apa yang kita peritahkan. Meski itu adalah merubah kebudayaan" jelas Nata panjang lebar. "Seperti itu kira-kira" tutupnya.
"Masuk akal" ujar Aksa seraya menggigit potongan kentang rebus nya.
"Jadi yang kau lakukan itu berarti hanya untuk memanipulasi mereka? Kalian memang bocah iblis" ucap Jean setelah mendengar penjelasan Nata. Sedang Nata hanya tersenyum kecil.
"Hei, dia yang iblis. Aku utusan dewa" timpal Aksa tidak terima.
"Lalu kenapa kau sangat ingin mereka merubah cara mereka becocok tanam? Apa untungnya bagi mu bila mereka jadi lebih baik?" Tanya Lucia lagi. "Aku tak bisa percaya kalau kau menolong tanpa pamrih" tambahnya sebelum Nata mulai menjawab.
"Memang benar tuan putri. Tidak ada yang namanya tanpa pamrih. Saya melakukannya juga karena berharap sesuatu" jawab Nata.
"Jadi untuk apa?"
"Sampai saat ini saya masih belum tau apa yang bisa saya dapat dari mereka. Tapi yang jelas sekarang saya punya tempat untuk meminta tolong bila kelak saya mengalami kesusahan"
"Menanam budi" saut Aksa.
"Benar. Bantuan untuk bantuan" ucap Nata menambahi.
"Ngomong-ngomong kau cukup pandai memasak untuk ukuran seorang putri bangsawan" imbuh Aksa.
"Beranginya kau berkata kau ke tuan putri!"
-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 295 Episodes
Comments
Adryan Eko
sinis amat sih mbak, perasaan ente sewot aja dah.. calm dikit dong jadi cewe
2023-04-17
1
「Hikotoki」
aksa chuni kah?:V
2021-11-06
1
Abi Alfa
Bagus lebih diterima akal crtanya
2020-10-23
5