Bu Intan mulai ketar ketir dengan situasi yang ada. Fahmi mengetahui pernah jalan dengan laki-laki, bu Sarah meninggal karena kasus kekerasan dalam rumah tangga ketahuan selingkuh.
Jangan sampai bu Intan mendapatkan hal yang sama dengan nasibnya seperti bu Sarah.
Kedai
"Mau kemana, kak?" tanya Nur
"Ketemuan dengan teman lama kakak" Mutiara senyum
"Dimana?" Nur selalu kepo kalau kakak nya ingin jalan keluar
"Lihat aja ponsel kakak, kemarin dia ngirim lokasinya" Mutiara berdandan tipis-tipis
Nur mengecek ponsel Mutiara. "Loh kak" Nur terkejut
"Kenapa wajah mu begitu" Mutiara heran melihat ekspresi Nur
"Ini kedai yang kemarin loh, waktu Jeje mau traktir terus kakak ngajak kita pergi" Nur menunjukan lokasi di ponsel Mutiara
Mutiara melihat dengan baik-baik, semalam dia hanya sekilas. "Teman kakak bilang ini kedai milik keluarga nya" Mutiara menatap Nur
"Berarti dia anak pak Min yang perempuan kalau nggak salah sekarang jadi guru agama" Nur mencoba mengingat
"Apa Fatimah tau, kedai itu memakai penglaris" pikir Mutiara
"Apa seorang guru agama bisa melakukan hal buruk seperti itu" Nur menimpali ucapan kakaknya
"Bisa jadi Fatimah nggak mengetahui" Mutiara masih bingung
"Atau kak Fatimah mengetahui cuma kalah dengan keluarga nya jadilah dia diem saja" sahut Nur
"Rasanya nggak mungkin jika Fatimah tau lalu mengajak kakak ketemuan di sana" Mutiara
"Mengajak kesana untuk meramaikan kedai nya" Nur
"Begini saja, kamu ikut dengan kakak" ajak Mutiara
"Malas mandi aku kak" Nur menjawab dengan lesu
"Ayolah dek" bujuk Mutiara
Nur terpaksa menerima ajakan Mutiara, dirinya juga penasaran apa iya seorang guru agama sanggup melalukan pesugihan.
Hanya membutuhkan waktu 35 menit dari rumah Mutiara ke kedai Mie Ayam Becek.
"Merinding" lirih Nur
"Berisik" tegur Mutiara
"Tiara" panggil Fatimah senang melihat teman lamanya bisa berkunjung
"Hai" Mutiara memeluk Fatimah dengan erat
"Kamu bukan nya anak-anak SMA sebelah ya" tanya Fatimah melihat Nur
"Ini adik aku, kamu lupa, Mah" Mutiara memperkenalkan Nur
"Mashaallah ternyata semakin cantik, aku nggak mengenali Nur, berubah banget sama dulu" Fatimah senang
"Jaman sekarang bisa di poles kak" Nur senyum
"Hahaha, iya benar banget. Ayo duduk kalian berdua mau makan apa?" Fatimah semangat
"Air mineral aja, Mah" Mutiara melihat situasi
"Masa nggak makan" Fatimah
"Ini bocah mau makan steak, bagaiman kalau kita makan steak supaya nggak ileran. Aku traktir deh" ajak Mutiara mencoba keluar dari kedai ini
"Takut aku ileran apa takut di marahi mama dan papa" sahut Nur mengikuti drama Mutiara
"Salah satunya itu juga, hahaha" Mutiara tertawa
"Aku pamit sama bapak terlebih dahulu. Adik ku belum kesini jadi takut nggak ada yang bantu" Fatimah berjalan ke arah pak Min yang lagi mengolah mie
"Ya ampun itu jorok sekali" lirih Mutiara melihat gerobak pak Min
"Apa yang kakak lihat?" Nur penasaran
"Sama seperti kemarin mencampurkan air liurnya ke dalam mie yang sedang di aduk" Mutiara berbicara pelan serta hati-hati
"Apa kakak mau jujur sama kak Fatimah?" tanya Nur
"Bingung harus memulai darimana" Mutiara melihat pembeli yang lagi makan di meja masing-masing masih di ikuti oleh sosok anak kecil yang memainkan helaian mie.
"Astaghfirullah, ya Allah" Mutiara hanya bisa beristighfar melihat makhluk tak kasat mata
"Air mineral ini aman nggak, bukannya kita harus menghargai juga untuk meminum minuman yang sudah disediakan tuan rumah" Nur menatap air mineral dalam botol
"Bismillah dan berdoa saja, kakak nggak melihat sosok itu di dalam lemari pendingin yang Fatimah ambil isinya" Mutiara membuka air mineral.
"Aku di izinkan, ayo" Fatimah
"Ini aku minum ya" Mutiara menunjukan air botolan dan meminum sedikit
"Seger" Nur
Fatimah hanya senyum melihat tingkah Nur.
"Di bawa aja buat di dalam mobil lumayan" Mutiara meminta adiknya membawa air tersebut
"Bilang aja pelit nggak mau beliin yang lain" Nur pura-pura jutek
"Lumayan tau" tegas Mutiara
Diperjalanan Mutiara dan Fatimah hanya bercerita tentang kenangan-kenangan semasa bersama hingga sampai di salah satu resto steak yang cukup terkenal.
"Akhirnya makan steak juga" Nur senang
"Kalau bisa pesan yang murah aja, Nur" ucap Mutiara
Nur hanya melirik kakak nya dengan rasa kesal.
"Bercanda, begitu aja ngambek. Ujung-ujungnya ngadu ke mama" Mutiara mencubit pipi Nur
"Dari dulu nggak pernah akur" Fatimah menimpali
Mereka bertiga menikmati makanan yang sudah tersaji.
"Oh iya kak Mut, Nur mau tanya deh" Nur mulai berakting
"Tanya apa, jangan yang rumit karena hidup kakak udah rumit" Mutiara santai
"Ya elah. Kak Mut dan Kak Fatim percaya dengan pesugihan nggak?" tanya Nur serius
Mutiara melirik sedikit ke arah Fatimah yang terlihat biasa saja, tidak panik sedikit pun.
"Kakak pribadi percaya aja dengan ada nya hal negatif itu, tetapi kalau untuk hasilnya kakak kurang percaya deh. Sekarang coba di pikir apa iya jin atau sejenisnya bisa membuat orang menjadi kaya raya, nggak masuk akal deh" tutur Fatimah
Nur menatap kakaknya.
"Hem, Mah. Kamu ingat nggak kalau aku bisa melihat hal gaib?" tanya Mutiara
"Ingat, waktu kita jalan-jalan ke puncak terus kita jajan rujak, kamu bilang alat untuk uleg bumbu adalah tangan jin sampai akhirnya nggak jadi beli" Fatimah
"Kamu jangan marah sama aku ya" Mutiara hati-hati
"Marah? Untuk apa aku marah?" pikir Fatimah melihat ke arah Nur dan juga Mutiara
"Aku melihat itu di kedai, mu." lirih Mutiara menunduk
"Jangan bercanda kamu" ucap Fatimah kesal
"Untuk masalah jin begini aku nggak pernah becanda" Mutiara
"Yang bisa melihat hanya kamu, selama ini nggak ada yang bilang, Mut. Kamu jangan fitnah kedai bapak ku dong" Fatimah mulai terpancing emosi.
"Aku bukan fitnah, aku memberitahu kamu. Toh aku nggak bilang ke siapapun" ucap Mutiara
"Tapi disini juga ada adikmu, bisa saja Nur menceritakan ke teman-teman yang biasa nongkrong dengannya" Fatimah
"Nur nggak akan bicara apapun" timpal Nur
"Jaminan apa kalau kamu nggak akan bilang, teman mu pasti nggak akan datang lagi ke kedai" tebak Fatimah
"Mah denger aku dulu. Hal ini lebih baik kita selidiki" usul Mutiara
"Siapa yang harus diselidiki? Orangtua ku? Adik ku? Atau abang ku?" emosi Fatimah bertambah
"Minimal orang yang ada di dalam rumah mu" sahut Mutiara
"Ra, kita bertemu untuk menjaga silaturahmi dan bercerita apa saja yang telah kita lalui sampai di titik ini. Bukan membuat cerita kalau orangtua ku memakai pesugihan" Fatimah
"Aku minta maaf, Mah. Bila ucapan aku atau Nur telah menyakitimu. Aku hanya khawatir dengan kamu serta Fahmi hanya itu" Mutiara
Aku juga salah, untuk apa ikut campur urusan keluarga Fatimah. Batin Mutiara menyesal
Bersambung...
...🍇Happy Reading🍇...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
🍁FAIZ💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️
Tindakan Mutiara udah benar, dia kan harusnya Fatimah juga mikir, dia kan tahu betul Mutiara bisa melihat hal ghoib
2024-09-07
0
𝓐𝔂⃝❥EᷤIᷴNᷫAͥ●⑅⃝ᷟ◌ͩ🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ
iyaa ngak salah sih kalau fatimah marah dia kan anak pasti akan membela orgtuanya tp mah si mutiara kan kasi tahu minimal kau selidik lah apa benar atau fitnah, kalau benar kan malu sendiri ntar udah marah2 hurmm.
2024-09-04
1
D3yennnn👑🐼
di bilangin kok ngeyeel
2024-08-12
0