Sinar matahari sore menembus celah-celah daun, memberikan suasana hangat yang kontras dengan dinginnya perasaan bersalah Ajat. Selain mencuri harta peninggalan leluhur, Ajat juga sudah melakukan tindakan keji, membunuh Pak Arifin.
Ajat terdiam mengikuti langkah Wijaya Kusuma, sahabat kecilnya. Wijaya Kusuma juga terdiam membisu, kepergian Ajat beberapa jam yang lalu membuatnya terus diliputi rasa penasaran.
Nalurinya berkata, seperti ada sesuatu yang salah dengan Ajat. Namun Wijaya tidak tahu apa yang sudah dilakukan oleh Ajat. Kemudian, Ajat berhenti melangkah, Wijaya belum sadar jika sahabatnya tertinggal di belakang.
Saat Wijaya menoleh, tatapan wajah Ajat seolah menyiratkan sesuatu.
"Ajat, ada hal lain yang kamu sembunyikan dariku ya?"
"Kang, saya sudah berdosa..." mata Ajat berkaca-kaca, tubuhnya mendadak bergetar.
"Katakan saja Jat, aku tidak akan pernah marah padamu," pinta Wijaya.
"Saya sudah terlanjur berdosa, saya tidak bisa lagi tinggal di desa ini."
"Kenapa Jat?" Wijaya lalu berjalan mendekat, namun Ajat tiba-tiba mengarahkan sebuah pisau kecil ke arah Wijaya Kusuma.
"Ada apa denganmu? Turunkan pisau itu, ada masalah apa?" kata Wijaya lembut.
Ajat lalu melepas keranjang yang dia gendong, ketika keranjang itu tumpah, nampak buah anggur bercampur dengan benda-benda berkilauan. Saat itu Wijaya Kusuma benar-benar kaget dan tak percaya dengan yang dia lihat di atas tanah, harta karun berhamburan disana.
"Saya sudah mencuri harta karun dari dalam candi leluhur, saya melanggar peraturan adat masuk ke dalam hutan larangan!" tegas Ajat.
"Ajat, dari mana kamu tahu harta karun di candi itu?" tanya Wijaya Kusuma.
"Aku di kejar oleh Pak Arifin, dia berencana membunuhku. Pak Arifin adalah pelaku yang membunuh pemuda tanpa identitas! Dompet anak itu dibuang di dekat perkebunan arah ke rumah Pak Arifin!"
"Ajat!" Teriak Wijaya, Ajat pergi berlari meninggalkan Wijaya Kusuma.
Wijaya tidak bisa mengejar Ajat karena dia tidak mungkin meninggalkan harta karun yang berserakan di atas tanah, akhirnya Wijaya memilih memasukan semua emas dan perhiasan ke dalam keranjang.
Ajat pun menghilang dari pandangan Wijaya Kusuma, dia tidak menyangka, Ajat mencuri harta karun ini. Sekarang muncul lagi masalah-masalah baru yang harus diselesaikan.
Wijaya Kusuma ingin mencari dompet pemuda yang tewas di kolam ikan, namun sebelumnya dia pergi dahulu ke rumah Ki Dayat, menitipkan harta karun yang curi Ajat.
Sesampainya di rumah Ki Dayat, Wijaya pun menceritakan kronologinya.
"Jangankan Ajat, Pemilik sawah dan perkebunan juga pasti akan tergiur dengan harta karun ini," ucap Ki Dayat.
"Iya Ki, apalagi Ajat hidup sebatang kara. Tapi kenapa dia bisa tahu kunci untuk membuka pintu candi?"
"Semua itu hanya kebetulan, dia tidak tahu lokasi candi itu, apalagi kuncinya. Dan yang tahu kunci pintu candi hanya Aki dan bapakmu."
"Ki, saya titip keranjang ini disini, saya ingin mencari barang bukti pembunuhan pemuda itu."
"Iya, simpan saja disini, nanti malam kita kembalikan harta ini ke dalam candi."
Wijaya mengangguk, setelah itu dia pamit pergi menuju dompet milik si pemuda yang katanya ada di dekat kebun. Setelah sampai di lokasi, Wijaya berusaha mencari dompet itu. Namun yang dia temukan hanya benda yang sudah gosong terbakar.
"Kang Wijaya!" teriak Arini, anak gadis Pak Arifin.
"Eh, Arini. Habis dari mana?" tanya Wijaya.
"Dari hutan larangan, tolong saya Kang."
"Kenapa kamu masuk ke hutan larangan?" tanya Wijaya kaget.
"Aku mencari bapak, dia menghilang dan aku diberitahu Ajat, ada harta karun di hutan itu."
"Arini, jangan masuk ke hutan larangan sendirian, sejak kapan bapakmu menghilang?"
"Sudah lama, awalnya dia pergi bersama Ajat namun dia tidak kembali lagi," Arini berusaha mengarang cerita.
Wijaya dengan perasaan berdebar lalu pergi ke hutan larangan ditemani Arini. Dia terpaksa membawa Arini, untuk menjadi saksi. Wijaya curiga, telah terjadi sesuatu antara Ajat dan Pak Arifin di hutan larangan.
"Kang, saya takut. Soalnya gak ada tanda-tanda kehadiran bapak di sana."
"Iya, ikuti saja aku. Kita cek di dekat candi," ucap Wijaya.
"Candi? Memangnya di hutan larangan ada candi?" tanya Arini penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments