Gadis-gadis kota

Pagi itu cuaca cerah, matahari sudah bersinar dengan terang. Wijaya Kusuma bangun terlambat karena semalam dia tidak bisa tidur memikirkan tentang kematian bapaknya dan juga keberadaan candi berisi harta karun.

Suara burung berkicauan dari arah luar jendela kamarnya, Wijaya masih dalam keadaan mengantuk, dia membuka pelan matanya lalu memejamkan mata lagi menikmati rasa kantuk yang masih mencengkram tubuhnya.

Tiba-tiba Wijaya teringat sesuatu, dia lalu bangun dan berlari ke arah belakang rumah untuk mandi. Setelah mandi, Wijaya berlari lagi ke kamar mencari pakaian bersih.

"Semalam kamu pergi kemana?" tanya ibu.

"Ngobrol dengan Ki Dayat. Saya pamit dulu ya bu," Wijaya mencium tangan ibunya, dia terlihat sangat buru-buru.

"Sarapan dulu atuh!" teriak ibunya menatap Wijaya cemas.

Wijaya berlari ke rumah pasangan lansia yang memiliki kebun anggur, dia sudah berjanji akan membantu mereka panen anggur. Di belokan jalan, Ajat sudah menunggunya dengan kesal.

"Eleuh-eleuh Pak Kepala Desa, jam berapa ini teh! Lihat tuh matahari sudah terang begini!"

"Memang ini jam berapa? Kan di desa kita tidak ada jam, Jat!" balas Wijaya, keduanya lalu berjalan bersama menuju tempat yang dituju.

"Bercanda Kang, saya juga gak tahu jam berapa. Tapi tumben Akang telat?"

"Iya, semalam saya ngobrol dengan Ki Dayat."

"Ngobrolin apa Kang? Jangan-jangan bahas kematian Pak Rama Wijaya?" tanya Ajat cemas.

"Iya, tenang aja. Saya gak bawa-bawa kamu Jat," ungkap Wijaya.

Saat Wijaya dan Ajat berjalan sambil mengobrol, dari arah depan seorang warga berlari menghampiri Wijaya Kusuma dengan wajah panik dan ketakutan.

"Ada apa pak?" tanya Wijaya heran.

"Itu, di gerbang desa ada segerombol perempuan dari kota, katanya nyari Kang Wijaya Kusuma. Aduh gimana ini Kang!"

"Hah siapa mereka?" tanya Ajat.

"Jat, kamu duluan saja dan sampaikan salamku pada mereka," Wijaya menepuk pundak Ajat.

"Oke, kalau sudah beres urusannya segera kesana ya, Kang?" kata Ajat setuju, Wijaya mengangguk mengiyakan.

Wijaya lalu pergi ke pintu masuk desa. Dari kejauhan, sudah terlihat segerombol wanita yang menunggu disana, mereka terlihat ceria dan penuh rasa ingin tahu.

Kehadiran sekumpulan gadis kota itu juga menarik perhatian warga, namun para warga enggan untuk bertanya-tanya. Mereka menunggu Wijaya Kusuma, Kepala Desa Talaga Seungit datang.

"Wah itu! Itu!" teriak salah seorang gadis, menunjuk Wijaya. Seketika, semuanya menatap ke arah Wijaya Kusuma sambil mengarahkan kamera ponselnya.

"Maaf kalian dari mana dan ada urusan apa di sini?" tanya Wijaya Kusuma.

"Kita mau ketemu Akang, iya kan girls?"

"Iya!!!" teriak mereka kencang.

"Kalian tahu dari mana desa ini?"

"Dari Tictac!" jawab mereka serentak.

"Wah, Aa lebih ganteng aslinya ya di banding yang di rekaman wawancara itu," puji seorang gadis.

Ternyata dari kejauhan, Ningsih berteriak. Dia datang menyusul gerombolan gadis kota itu.

"Hei, kalian!" teriakan Ningsih, membuat semua gadis kota menoleh ke arah belakang.

Ningsih cemburu dengan kebersamaan Wijaya Kusuma dan gadis-gadis itu, ia merasa khawatir salah sati gadis itu akan menjadi pacarnya Wijaya, Ningsih benar-benar pencemburu meskipun cintanya tak pernah disambut oleh Wijaya.

"Ini desa adat, tidak ada tempat untuk kalian bersenang-senang disini, cepat pulang!" tegas Ningsih dengan tatapan kesal, berusaha mengusir mereka.

"Lho, anda ini siapa sih, ngatur-ngatur kami," jawab seorang gadis ketus.

"Viralkan geng!" tegas yang lain, semua kamera lalu tertuju ke arah Ningsih.

Ningsih tidak terima, dia tiba-tiba merebut salah satu ponsel itu dan dia lempar ke semak-semak.

Wijaya berusaha menghentikan amarah Ningsih, ia berbicara dengan tenang, "Ningsih, hentikan. Mereka adalah tamu yang harus kita hargai kedatangannya."

"Tapi mereka sangat menganggu! Apa lo! Mau viralin gue? Rekam sini! Aku gak takut viral ya! Kalian kesini cuma pengen ngeliat ketampanan Aa Wijaya Kusuma kan! Cih!" Ningsih tiba-tiba mengeluarkan ponsel dan merekam balik mereka.

"Teman-teman jadi ini dia pelaku keributan di desa adat, nih muka-mukanya tandai ya! Mereka datang menganggu Kepala Desa yang sibuk dengan urusannya," sindir Ningsih.

"Eh, elo cewek kampung! Tanggung jawab ya ponsel gue jadi hilang!" tegas seseorang sambil melotot menatap Ningsih.

Terpopuler

Comments

Endro Budi Raharjo

Endro Budi Raharjo

viral...!!!

2024-09-30

1

lihat semua
Episodes
1 Tanghulu Sate Buah Viral
2 Ada Mayat di Kolam Ikan
3 Kedatangan Polisi dan Wartawan
4 Terbukanya Rahasia Baru
5 Perbedaan Pendapat
6 Semakin curiga
7 Saung di ladang jagung
8 Sanghyang salaka bumi
9 Gadis-gadis kota
10 Air rebusan bunga niskala
11 Hutan larangan
12 Jiwa yang terlepas dari raga.
13 Melarikan diri
14 Penyesalan Ajat
15 Evakuasi Jenazah Pak Arifin
16 Memadamkan Emosi Yang Berkobar
17 Pertemuan Terakhir
18 Rayuan Istri Orang Lain
19 Bimbang
20 Kabut di Pagi Hari
21 Rapat di Balai Desa
22 Golok Sakti Ki Dayat
23 Golok Sakti Ki Dayat Bagian Kedua
24 Perjalanan Menuju Air Terjun Naga
25 Pertemuan dengan Raja Hutan
26 Mawangi si Gadis Cantik
27 Keluarga Mawangi
28 Malam Mencekam!!
29 Pertarungan Mahkluk Gaib
30 Prabu Laga Winar
31 Padang Savana
32 Pertarungan Pencak Silat
33 Bertemu Raja Monyet
34 Raja Monyet yang berbohong
35 Pertarungan Terakhir Macan Prabu
36 Air Terjun Naga
37 Ilmu Kanuragan
38 Duel di Pagi Hari
39 Terbukanya Mata Batin Wijaya Kusuma
40 Dewi Ratna Sari
41 Jebakan Dewi
42 Hukuman Untuk Dewi
43 Malam Bulan Purnama
44 Malam Bulan Purnama Bagian kedua
45 Akhir dari Meditasi
46 Cerita Made
47 Membuka Mata Batin
48 Sejarah Cincin Batu Biru
49 Cerita Tentang Keabadian
50 Undangan Dari Kerajaan
51 Raksasa yang Kelaparan
52 Sambutan dari Raja Erlangga Kusuma
53 Awal Mula Terciptanya Peraturan Adat
54 Raja Erlangga dan Pertolongan Sosok Leluhur
55 Kabar dari Siluman Tanah
56 Ada Apa Dengan Desa Adat?
57 Harta atau Nyawa
58 Firasat Buruk Guru Spiritual
59 Misi Untuk Made
60 Misi Untuk Made Bagian 2
61 Sampai di Desa Karajaan Sagara
62 Bertemu Wulandari
63 Bertemu Wulandari Bagian Kedua
64 Api Unggun Raksasa
65 Tuduhan Tanpa Bukti
66 Tuduhan Tanpa Bukti Bagian Kedua
67 Kedatangan Pasukan Kepolisian
68 Pembebasan Desa Adat
69 Harta Karun Leluhur
70 Pagi yang Menegangkan
71 Bayang-Bayang Ilmu Hitam Ajat
72 Panggilan Tanggung Jawab
73 Langkah Baru: Ponsel Pertama Kepala desa
74 Manusia Setengah Iblis
75 Membalaskan Dendam
76 Perang Energi
77 Pertolongan di Ujung Harapan
78 Ketegangan di Teras Rumah
79 Kepergian Warga Desa
80 Ketika Sejarah Bicara: Munculnya Raja Erlangga
81 Tenaga Dalam dan Kebangkitan Jiwa
82 Senjata Dari Bambu
83 Melawan Dedemit Wanita
84 Kembali ke Masa Lalu
85 Mencari Jawaban: Bertemu Nyi Rohaya
86 Mengungkap Fakta
87 Perpisahan dan Air Mata
88 Membelah Waktu
89 Akhir Jabatan Kepala Desa Talaga Seungit
90 Acara Pergantian Kepala Desa Adat
91 Dua Lawan Satu
92 Raja Erlangga Kusuma: Pertemuan Dua Dimensi Waktu
93 Kembalinya Sukma Sang Raja
94 Serigala Merah
95 Kabut Ilusi
96 Kabut Ilusi Bagian Kedua
97 Restu Alam Semesta
98 Mencari Pak Toha
99 Menangkap Pak Toha
100 Akhir Kisah Wijaya Kusuma
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Tanghulu Sate Buah Viral
2
Ada Mayat di Kolam Ikan
3
Kedatangan Polisi dan Wartawan
4
Terbukanya Rahasia Baru
5
Perbedaan Pendapat
6
Semakin curiga
7
Saung di ladang jagung
8
Sanghyang salaka bumi
9
Gadis-gadis kota
10
Air rebusan bunga niskala
11
Hutan larangan
12
Jiwa yang terlepas dari raga.
13
Melarikan diri
14
Penyesalan Ajat
15
Evakuasi Jenazah Pak Arifin
16
Memadamkan Emosi Yang Berkobar
17
Pertemuan Terakhir
18
Rayuan Istri Orang Lain
19
Bimbang
20
Kabut di Pagi Hari
21
Rapat di Balai Desa
22
Golok Sakti Ki Dayat
23
Golok Sakti Ki Dayat Bagian Kedua
24
Perjalanan Menuju Air Terjun Naga
25
Pertemuan dengan Raja Hutan
26
Mawangi si Gadis Cantik
27
Keluarga Mawangi
28
Malam Mencekam!!
29
Pertarungan Mahkluk Gaib
30
Prabu Laga Winar
31
Padang Savana
32
Pertarungan Pencak Silat
33
Bertemu Raja Monyet
34
Raja Monyet yang berbohong
35
Pertarungan Terakhir Macan Prabu
36
Air Terjun Naga
37
Ilmu Kanuragan
38
Duel di Pagi Hari
39
Terbukanya Mata Batin Wijaya Kusuma
40
Dewi Ratna Sari
41
Jebakan Dewi
42
Hukuman Untuk Dewi
43
Malam Bulan Purnama
44
Malam Bulan Purnama Bagian kedua
45
Akhir dari Meditasi
46
Cerita Made
47
Membuka Mata Batin
48
Sejarah Cincin Batu Biru
49
Cerita Tentang Keabadian
50
Undangan Dari Kerajaan
51
Raksasa yang Kelaparan
52
Sambutan dari Raja Erlangga Kusuma
53
Awal Mula Terciptanya Peraturan Adat
54
Raja Erlangga dan Pertolongan Sosok Leluhur
55
Kabar dari Siluman Tanah
56
Ada Apa Dengan Desa Adat?
57
Harta atau Nyawa
58
Firasat Buruk Guru Spiritual
59
Misi Untuk Made
60
Misi Untuk Made Bagian 2
61
Sampai di Desa Karajaan Sagara
62
Bertemu Wulandari
63
Bertemu Wulandari Bagian Kedua
64
Api Unggun Raksasa
65
Tuduhan Tanpa Bukti
66
Tuduhan Tanpa Bukti Bagian Kedua
67
Kedatangan Pasukan Kepolisian
68
Pembebasan Desa Adat
69
Harta Karun Leluhur
70
Pagi yang Menegangkan
71
Bayang-Bayang Ilmu Hitam Ajat
72
Panggilan Tanggung Jawab
73
Langkah Baru: Ponsel Pertama Kepala desa
74
Manusia Setengah Iblis
75
Membalaskan Dendam
76
Perang Energi
77
Pertolongan di Ujung Harapan
78
Ketegangan di Teras Rumah
79
Kepergian Warga Desa
80
Ketika Sejarah Bicara: Munculnya Raja Erlangga
81
Tenaga Dalam dan Kebangkitan Jiwa
82
Senjata Dari Bambu
83
Melawan Dedemit Wanita
84
Kembali ke Masa Lalu
85
Mencari Jawaban: Bertemu Nyi Rohaya
86
Mengungkap Fakta
87
Perpisahan dan Air Mata
88
Membelah Waktu
89
Akhir Jabatan Kepala Desa Talaga Seungit
90
Acara Pergantian Kepala Desa Adat
91
Dua Lawan Satu
92
Raja Erlangga Kusuma: Pertemuan Dua Dimensi Waktu
93
Kembalinya Sukma Sang Raja
94
Serigala Merah
95
Kabut Ilusi
96
Kabut Ilusi Bagian Kedua
97
Restu Alam Semesta
98
Mencari Pak Toha
99
Menangkap Pak Toha
100
Akhir Kisah Wijaya Kusuma

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!