Ajat berlari dengan napas terengah-engah. Suara gemerisik daun dan ranting yang patah di bawah kakinya terdengar di telinga, Ajat masuk semakin jauh ke dalam hutan, menghindari kejaran Pak Arifin yang tidak akan membiarkannya lolos begitu saja.
Dari kejauhan terdengar teriakan Pak Arifin, "Ajat! Kamu tidak akan pernah kembali ke desa!" teriakan Pak Arifin kencang namun terdengar sedikit lelah.
Ajat memilih masuk ke dalam semak-semak kemudian menembus pepohonan yang rimbun, semakin jauh dari desa. Tak jauh dari tempat dia berlari, tiba-tiba saja pandangan Ajat tertuju pada sesuatu yang aneh di antara pepohonan.
Sebuah struktur bebatuan yang berbentuk seperti tembok tertutup lumut dan tanaman liar. Ajat pun memperlambat langkahnya, tertegun oleh penemuan yang tak terduga.
"Apa ini?" Ajat memegang tembok di hadapannya, terlihat ukiran batu yang menceritakan tentang manusia yang berburu hewan.
"Ini pasti peninggalan masa lalu, pantas saja sesepuh desa selalu melarang kita melewati batas perkampungan, ternyata di balik hutan ini ada peninggalan bekas leluhur."
Ajat melangkahkan kakinya lagi, dia tidak perduli lagi dengan Pak Arifin, karena Pak Arifin tidak mungkin mengejarnya melewati hutan larangan. Ajat juga tahu larangan itu, siapapun yang masuk ke hutan larangan akan mendapat bencana.
Ajat tidak perduli, dia berbelok dan melihat bangunan lain yang berada di tengah-tengah, candi yang sebelumnya di ketahui oleh Wijaya Kusuma.
Ajat mendekati struktur itu dengan langkah pelan dan penuh hati-hati, jari-jarinya menyentuh ukiran batu yang rumit juga berlumut. "Ini mah, candi," kata Ajat dengan nada bergetar.
"Jadi selama ini para leluhur sudah menyembunyikan candi ini, tapi kenapa harus di sembunyikan?" pikirnya.
Ajat berjalan menuju bagian belakang candi, melihat bangunan kuno itu dengan penuh rasa takjub, namun ajat tak sengaja menginjak sebuah batu membuat kaki kanannya terperosok.
Tiba-tiba pintu belakang candi itu bergeser, Ajat melihat sebuah ruangan kosong yang gelap, samar-samar dia melihat kilauan berwarna kuning.
"Kang Wijaya harus tahu tentang ini! Ternyata di hutan larangan ada candi kuno peninggalan leluhur kita." Ajat lalu berjalan masuk ke dalam ruangan candi.
"Emas! Ini emas! Ini harta karun! Pantas saja candi ini disembunyikan, di dalamnya banyak tersimpan harta karun," Ajat lalu memegan koin-koin bewarna emas dengan ukiran gambar seorang ratu dan raja.
"Tidak, kalau aku memberitahu Kang Wijaya, dia akan melarangku untuk mengambil harta ini, aku masih ingat saat dia melarangku memakan sate buah dari Ningsih! Lebih baik aku mengambil emas-emas ini dan menjualnya ke kota, aku bisa pergi dari desa adat ini dan hidup kaya raya."
Tiba-tiba saja sikap Ajat berubah setelah melihat harta karun di dalam candi, dia sudah dibutakan oleh benda berkilauan yang ada di dalam candi itu. Ajat berencana kembali lagi ke tempat ini dengan membawa keranjang.
Ajat lalu keluar dari ruangan candi itu, menekan kembali teras candi hingga pintu kembali tertutup. Ajat tersenyum dan membayangkan dirinya di masa depan.
"Aku bisa segera menikah dengan gadis cantik dari kota, gadis kampung seperti Ningsih atau anak Pak Arifin tidak ada apa-apanya! Aku mendadak kaya bahkan aku bisa memakan sate buah beku itu sepuasnya."
Ajat lalu berlari meninggalkan hutan larangan dan berencana akan kembali lagi untuk menguras isi dari dalam candi itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Minchio
haha.
2024-08-04
0
Was pray
kaya mendadak si ajat....nggak cuma makan sate kambing bahkan bisa makan kambing guling..cerdas si ajat tidak menyia nyiakan kesempatan yg ada
2024-08-03
1