Terbukanya Rahasia Baru

Mayat pemuda tidak dikenal itu akhirnya dibawa polisi untuk dilakukan autopsi di rumah sakit. Wijaya dan sahabat dekatnya, Ajat mengantar rombongan polisi sampai Desa Karajaan Sagara, tempat mereka memarkir kendaraan.

Sesampainya di Desa Karajaan Sagara, suasana menjadi tegang, banyak warga yang berkumpul di sekitar lapangan. Tatapan mereka semua tertuju pada mayat yang berada di dalam kantong yang tengah dimasukan kedalam mobil ambulans.

Polisi lalu pamit dan pergi meninggalkan Wijaya Kusuma, Ajat, serta penduduk Desa Karajaan Sagara. Ketika semua warga mulai berhamburan untuk kembali ke rumah masing-masing, Ningsih berlari mendekati Wijaya Kusuma.

"Sudah ku duga, pasti dia kesini," keluh Ajat yang sudah bosan dengan gangguan Ningsih, setiap kali dia dan Wijaya berada di desa ini pasti Ningsih selalu mencegat dan menganggu.

"Aa Wijaya, jangan dulu pergi ya!" teriak Ningsih.

Wijaya menoleh dan tersenyum hambar pada gadis centil itu, "Ada apa sih? Mau kasih lagi tanghulu? Aa nggak suka ah, terlalu manis."

"Bukan ih! Aa gawat!" ucap Ningsih panik.

"Gawat kenapa atuh?" tanya Wijaya yang sebenarnya tidak peduli.

"Kampung Aa viral nih di Tictac!" Ningsih menunjukan layar ponselnya ke hadapan Wijaya.

"Ya tidak apa-apa atuh, memangnya kenapa? Pasti orang-orang di luar sana heran karena di jaman seperti ini masih ada kampung yang gelap gulita dan mengandalkan obor dari bambu."

"Bukan masalah kampungnya, tapi lihat nih, Aa jadi terkenal. Banyak yang genit di kolom komentarnya! Ih Ningsih gak suka!" tegas Ningsih dengan wajah kesal.

"Mana, coba aku lihat!" Ajat lalu mengambil ponsel di tangan Ningsih, menatap layar ponsel dengan seksama.

"Eh, iya Kang. Banyak yang naksir Akang!" ungkap Ajat, membaca komentar dalam video pendek itu.

"Tuh kan! Aku gak suka banyak saingan gini teh!" keluh Ningsih.

"Kamu gak perlu takut, kan Aa nggak punya ponsel, mana bisa Aa balas komentar mereka."

"Nih ponselnya," Ajat lalu mengembalikan ponsel Ningsih.

"Sudah ya, kami mau pulang," ucap Wijaya, mengakhiri obrolan dengan Ningsih.

Wijaya dan Ajat lalu bergegas pulang sebelum obor bambu mereka padam, saat di perjalanan, Ajat tiba-tiba membahas soal kematian bapak Wijaya yang juga penuh kejanggalan.

"Kang, sebenarnya saya sudah lama nahan mau ngomong ini sama Akang," ungkap Ajat.

"Bahas apa Jat, ngomong aja atuh. Kan kita teh sahabat dari kecil," jawab Wijaya, memegang obor dengan tangan kanan dan menoleh sebentar.

"Pak Kepala Desa Rama Wijaya, sebenarnya juga meninggal tidak wajar kan?"

"Ah, tidak Jat. Bapak kan memang punya riwayat sakit lambung," sanggah Wijaya.

"Tapi, denger-denger meninggalnya kaya diracun Kang" sambung Ajat ragu-ragu.

"Tidak Jat, bapak saya memang sakit lambung, itu mah cuma gosip," Wijaya mencoba menegaskan.

"Tapi Kang Wijaya tahu nggak, sebelum Pak Rama meninggal, beliau sedang berselisih dengan Kepala Desa Karajaan Sagara?" Ajat kembali bertanya karena dorongan rasa penasaran yang tersimpan sejak lama.

Pertanyaan itu sontak membuat Wijaya terdiam, bahkan membuat langkahnya terhenti sejenak. Wijaya tiba-tiba ingat kejadian saat diremehkan oleh Kepala Desa itu.

"Kamu tahu dari siapa Jat?" Tanya Wijaya, menoleh dengan sorot mata tajam seolah emosinya baru saja bangkit.

Ajat menatap ngeri Wijaya, Ajat mencoba tidak memperpanjang obrolan tadi namun Wijaya sudah tanggung penasaran, padahal yang tahu kisah ini hanyalah para sesepuh desa.

"Yang saya dengar. Pak Rama berselisih paham dengan Kepala Desa Karajaan Sagara karena mereka hendak menggunakan mata uang dan meninggalkan sistem barter, Pak Rama tidak ingin Desa Karajaan Sagara membuka akses bagi budaya dari luar, termasuk metode jual beli."

"Apa benar yang kamu ucapkan itu, Jat?" Wijaya Kusuma mulai peduli dengan kisah yang tadi dia anggap hanya sebatas gosip belaka.

"Iya, saya juga tahu dari beberapa orang tua, saya kira Akang tahu, maaf ya Kang, kalau saya lancang bahas ini," ucap Ajat terbata-bata.

"Iya tidak usah merasa besalah, Jat. Justru saya bersyukur bisa tahu cerita ini, kita kan sudah lama berteman, tidak perlu menyimpan rahasia, jujur lebih baik," kata Wijaya Kusuma.

Episodes
1 Tanghulu Sate Buah Viral
2 Ada Mayat di Kolam Ikan
3 Kedatangan Polisi dan Wartawan
4 Terbukanya Rahasia Baru
5 Perbedaan Pendapat
6 Semakin curiga
7 Saung di ladang jagung
8 Sanghyang salaka bumi
9 Gadis-gadis kota
10 Air rebusan bunga niskala
11 Hutan larangan
12 Jiwa yang terlepas dari raga.
13 Melarikan diri
14 Penyesalan Ajat
15 Evakuasi Jenazah Pak Arifin
16 Memadamkan Emosi Yang Berkobar
17 Pertemuan Terakhir
18 Rayuan Istri Orang Lain
19 Bimbang
20 Kabut di Pagi Hari
21 Rapat di Balai Desa
22 Golok Sakti Ki Dayat
23 Golok Sakti Ki Dayat Bagian Kedua
24 Perjalanan Menuju Air Terjun Naga
25 Pertemuan dengan Raja Hutan
26 Mawangi si Gadis Cantik
27 Keluarga Mawangi
28 Malam Mencekam!!
29 Pertarungan Mahkluk Gaib
30 Prabu Laga Winar
31 Padang Savana
32 Pertarungan Pencak Silat
33 Bertemu Raja Monyet
34 Raja Monyet yang berbohong
35 Pertarungan Terakhir Macan Prabu
36 Air Terjun Naga
37 Ilmu Kanuragan
38 Duel di Pagi Hari
39 Terbukanya Mata Batin Wijaya Kusuma
40 Dewi Ratna Sari
41 Jebakan Dewi
42 Hukuman Untuk Dewi
43 Malam Bulan Purnama
44 Malam Bulan Purnama Bagian kedua
45 Akhir dari Meditasi
46 Cerita Made
47 Membuka Mata Batin
48 Sejarah Cincin Batu Biru
49 Cerita Tentang Keabadian
50 Undangan Dari Kerajaan
51 Raksasa yang Kelaparan
52 Sambutan dari Raja Erlangga Kusuma
53 Awal Mula Terciptanya Peraturan Adat
54 Raja Erlangga dan Pertolongan Sosok Leluhur
55 Kabar dari Siluman Tanah
56 Ada Apa Dengan Desa Adat?
57 Harta atau Nyawa
58 Firasat Buruk Guru Spiritual
59 Misi Untuk Made
60 Misi Untuk Made Bagian 2
61 Sampai di Desa Karajaan Sagara
62 Bertemu Wulandari
63 Bertemu Wulandari Bagian Kedua
64 Api Unggun Raksasa
65 Tuduhan Tanpa Bukti
66 Tuduhan Tanpa Bukti Bagian Kedua
67 Kedatangan Pasukan Kepolisian
68 Pembebasan Desa Adat
69 Harta Karun Leluhur
70 Pagi yang Menegangkan
71 Bayang-Bayang Ilmu Hitam Ajat
72 Panggilan Tanggung Jawab
73 Langkah Baru: Ponsel Pertama Kepala desa
74 Manusia Setengah Iblis
75 Membalaskan Dendam
76 Perang Energi
77 Pertolongan di Ujung Harapan
78 Ketegangan di Teras Rumah
79 Kepergian Warga Desa
80 Ketika Sejarah Bicara: Munculnya Raja Erlangga
81 Tenaga Dalam dan Kebangkitan Jiwa
82 Senjata Dari Bambu
83 Melawan Dedemit Wanita
84 Kembali ke Masa Lalu
85 Mencari Jawaban: Bertemu Nyi Rohaya
86 Mengungkap Fakta
87 Perpisahan dan Air Mata
88 Membelah Waktu
89 Akhir Jabatan Kepala Desa Talaga Seungit
90 Acara Pergantian Kepala Desa Adat
91 Dua Lawan Satu
92 Raja Erlangga Kusuma: Pertemuan Dua Dimensi Waktu
93 Kembalinya Sukma Sang Raja
94 Serigala Merah
95 Kabut Ilusi
96 Kabut Ilusi Bagian Kedua
97 Restu Alam Semesta
98 Mencari Pak Toha
99 Menangkap Pak Toha
100 Akhir Kisah Wijaya Kusuma
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Tanghulu Sate Buah Viral
2
Ada Mayat di Kolam Ikan
3
Kedatangan Polisi dan Wartawan
4
Terbukanya Rahasia Baru
5
Perbedaan Pendapat
6
Semakin curiga
7
Saung di ladang jagung
8
Sanghyang salaka bumi
9
Gadis-gadis kota
10
Air rebusan bunga niskala
11
Hutan larangan
12
Jiwa yang terlepas dari raga.
13
Melarikan diri
14
Penyesalan Ajat
15
Evakuasi Jenazah Pak Arifin
16
Memadamkan Emosi Yang Berkobar
17
Pertemuan Terakhir
18
Rayuan Istri Orang Lain
19
Bimbang
20
Kabut di Pagi Hari
21
Rapat di Balai Desa
22
Golok Sakti Ki Dayat
23
Golok Sakti Ki Dayat Bagian Kedua
24
Perjalanan Menuju Air Terjun Naga
25
Pertemuan dengan Raja Hutan
26
Mawangi si Gadis Cantik
27
Keluarga Mawangi
28
Malam Mencekam!!
29
Pertarungan Mahkluk Gaib
30
Prabu Laga Winar
31
Padang Savana
32
Pertarungan Pencak Silat
33
Bertemu Raja Monyet
34
Raja Monyet yang berbohong
35
Pertarungan Terakhir Macan Prabu
36
Air Terjun Naga
37
Ilmu Kanuragan
38
Duel di Pagi Hari
39
Terbukanya Mata Batin Wijaya Kusuma
40
Dewi Ratna Sari
41
Jebakan Dewi
42
Hukuman Untuk Dewi
43
Malam Bulan Purnama
44
Malam Bulan Purnama Bagian kedua
45
Akhir dari Meditasi
46
Cerita Made
47
Membuka Mata Batin
48
Sejarah Cincin Batu Biru
49
Cerita Tentang Keabadian
50
Undangan Dari Kerajaan
51
Raksasa yang Kelaparan
52
Sambutan dari Raja Erlangga Kusuma
53
Awal Mula Terciptanya Peraturan Adat
54
Raja Erlangga dan Pertolongan Sosok Leluhur
55
Kabar dari Siluman Tanah
56
Ada Apa Dengan Desa Adat?
57
Harta atau Nyawa
58
Firasat Buruk Guru Spiritual
59
Misi Untuk Made
60
Misi Untuk Made Bagian 2
61
Sampai di Desa Karajaan Sagara
62
Bertemu Wulandari
63
Bertemu Wulandari Bagian Kedua
64
Api Unggun Raksasa
65
Tuduhan Tanpa Bukti
66
Tuduhan Tanpa Bukti Bagian Kedua
67
Kedatangan Pasukan Kepolisian
68
Pembebasan Desa Adat
69
Harta Karun Leluhur
70
Pagi yang Menegangkan
71
Bayang-Bayang Ilmu Hitam Ajat
72
Panggilan Tanggung Jawab
73
Langkah Baru: Ponsel Pertama Kepala desa
74
Manusia Setengah Iblis
75
Membalaskan Dendam
76
Perang Energi
77
Pertolongan di Ujung Harapan
78
Ketegangan di Teras Rumah
79
Kepergian Warga Desa
80
Ketika Sejarah Bicara: Munculnya Raja Erlangga
81
Tenaga Dalam dan Kebangkitan Jiwa
82
Senjata Dari Bambu
83
Melawan Dedemit Wanita
84
Kembali ke Masa Lalu
85
Mencari Jawaban: Bertemu Nyi Rohaya
86
Mengungkap Fakta
87
Perpisahan dan Air Mata
88
Membelah Waktu
89
Akhir Jabatan Kepala Desa Talaga Seungit
90
Acara Pergantian Kepala Desa Adat
91
Dua Lawan Satu
92
Raja Erlangga Kusuma: Pertemuan Dua Dimensi Waktu
93
Kembalinya Sukma Sang Raja
94
Serigala Merah
95
Kabut Ilusi
96
Kabut Ilusi Bagian Kedua
97
Restu Alam Semesta
98
Mencari Pak Toha
99
Menangkap Pak Toha
100
Akhir Kisah Wijaya Kusuma

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!