Mendengar itu jantung Dariel berdesir, rasa khawatirnya semakin besar. Ia yang berada di kamar Nadhira langsung buru-buru turun untuk mencari keberadaan istrinya. Langkahnya tampak tergesa-gesa, mengimbangi deru nafasnya.
ketika melewati dapur sudut matanya seperti melihat sesuatu, ia menoleh dan memundurkan langkahnya untuk memastikan sesuatu. Perlahan semakin mendekat, ia membulatkan matanya sempurna dan langsung berlari menghampiri.
"Dira."
"Dira bangun!" Suara Dariel mencoba membangunkan istrinya.
Mengangkat tubuh istrinya dalam dekapannya, Dariel begitu tampak cemas. Ternyata rasa khawatirnya sedari tadi karena merasakan sesuatu terjadi pada istrinya tersebut.
Tidak mendapatkan respon dari Nadhira, Dariel langsung bergegas membawa istrinya itu ke rumah sakit. Dariel merasakan suhu tubuh Nadhira begitu panas. Bukan cuma itu, ia juga melihat ada luka di dahi istrinya dan kakinya diperban.
Sampai di rumah sakit, ia dengan cemas Mondar-mandir di depan ruang ICU menunggu kabar dari dokter tentang keadaan Nadhira. Mengapa ia terlihat begitu sangat cemas, jika begitu sangat membenci istrinya tersebut.
"Bagaimana dengan keadaan Dira?" Tanya Dariel tidak sabaran ketika melihat dokter keluar.
***Bukkk***
Bukan jawaban yang ia dapatkan, melainkan pukulan di wajahnya hingga membuat ia terhuyung.
"Lo gila ya," Teriak Dariel tidak terima, ia menatap tajam ke arah dokter tersebut.
"Lo yang gila, jika tidak becus jadi suami mending Lo ceraikan Dira!" Ucapnya penuh penekanan.
Menarik kera baju Dariel dengan penuh emosi, dokter tersebut melupakan amarahnya, "Gue peringatkan sama Lo, jika ada luka di tubuh Dira lagi karena Lo. Gue tidak akan tinggal diam lagi."
Ada beberapa luka yang ada di tubuh Nadhira, terutama bagian leher yang dokter itu lihat. Jika itu bukan luka dari kecelakaan, melainkan luka dari seseorang, yang ia yakini jika itu pasti dari Dariel.
Setelah mengucapkan kalimat itu, dokter itu melepaskan kera baju Dariel karena ada suster yang melerainya. Jika tidak Dariel akan mendapatkan pukulan lagi darinya.
"Dira baik-baik saja, dia cuma demam karena luka akibat kecelakaan kemarin. Seharusnya dia di rawat tetapi tetap memilih untuk pulang karena memikirkan suami yang bahkan tidak peduli dengannya," Jelasnya tentang keadaan Nadhira.
"Lo enggak tau kan, istri Lo kecelakaan? Lo memang bukan laki-laki," Cercanya. Ia tersenyum remeh meninggalkan Dariel di tempat.
Setelah Nadhira meninggalkan kantor Dariel, ia pergi menuju kantornya. Diperjalanan ia yang melihat suaminya tadi sedang bermesraan dengan kekasihnya, mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak konsen saat mengendarai mobilnya hingga mobilnya akhirnya tabrakan. Untungnya tidak ada luka serius, hanya dahi dan kaki kanannya yang terluka.
Dipindahkan ke ruangan rawat inap, Nadhira terlihat sangat lemah terbaring dengan alat medis. Dariel yang duduk di sisinya hanya menatapnya tanpa ekspresi, sampai ia juga akhirnya terlelap di dekat Nadhira.
Keesokkannya, Nadhira yang lebih dulu terbangun mendapati dirinya di ruangan asing. Ia menoleh, melihat sekeliling sembari mengingat kejadian sebelumnya. Saat menggerakkan tangannya ia tidak sengaja menyentuh kepala suaminya.
Reflek ia langsung menarik tangannya kembali, tetapi saat melihat tidak ada pergerakan ia kembali mengulurkan tangannya. Namun bukan ingin menyentuh kepalanya, ia melihat sudut bibir suaminya yang memar.
Sentuhan Nadhira membuat Dariel terusik, ia langsung menarik tangannya cepat, "Maaf kak," Ucapnya cepat
Dariel yang bangun langsung ingin menyentuh dahi istrinya itu untuk memeriksa suhu tubuhnya, namun respon Nadhira justru menghindar takut karena berpikiran suaminya akan mencekiknya lagi.
Respon Nadhira tersebut membuat dada Dariel berdesir, sebegitu menakutkannya kah ia di mata istrinya. Setelah mengetahui istrinya baik-baik saja ia meninggalkannya masuk ke kamar mandi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments