Sepanjang pesta pernikahan Dariel sama sekali tidak memandang Nadhira. Tetapi wanita itu justru selalu menatap suaminya dengan penuh harap. Di hari bahagia sekaligus menyediakan untuknya, seharusnya di hari pernikahannya menjadi hari paling bahagia tetapi justru sebaliknya.
Menarik kopernya masuk ke dalam rumah dua lantai, Nadhira mengikuti langkah kaki suaminya yang sudah tertinggal jauh. Setelah dari gedung pernikahan mereka langsung pergi ke rumah Dariel. Rumah itu adalah rumah yang memang ia beli sendiri dari hasil kerja kerasnya selama ini, walau tidak terlalu besar tetapi ia nyaman.
***Bamm***
Suara pintu kamar yang dibanting kuat oleh Dariel saat menutup pintu. Nadhira sampai melonjak kaget mendengarnya. Ia mematung sejenak sebelum benar-benar mendekat ke arah pintu. Meremas kuat helai kain baju pengantin yang ia kenakan. Ia takut-takut untuk masuk ke dalam.
"Mau ngapain?" Suara Dariel begitu kasar. Saat melihat Nadhira hendak masuk ia langsung mendekat dengan tatapan tidak sukanya.
"Ma-Masuk," Jawabnya takut-takut.
Mendengar itu Dariel langsung mencengkram tangan Nadhira, menariknya paksa dan mendorongnya hingga jatuh ke lantai. Ia juga melempar kasar koper Nadhira hingga terpental jauh.
"Kamu dengar, jangan pernah masuk ke kamar saya. Kamu tidak punya hak untuk itu. Dan ingat jangan pernah bersikap seolah menjadi istri saya, karena di mata saya Pernikahan ini tidak pernah terjadi," Ucapnya penuh penekanan. Lalu masuk ke kamar dengan membanting pintu keras.
Bagai disambar petir, Nadhira mendengar kalimat yang begitu menyakitkan keluar dari mulut suaminya sendiri. Dadannya terasa sesak, air matanya bahkan mengalir deras. Ia menatap pintu kamar itu nanar, sungguh malam pertama yang menyakitkan.
...***...
Pagi-pagi sekali Nadhira sudah sibuk di dapur, seakan melupakan kejadian kemarin ia terlihat sedang menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya. Nadhira tidak putus asa, ia berharap sarapan yang ia buat dapat meluluhkan hati suaminya.
Nasi goreng juga susu coklat sudah tersedia di atas meja, Nadhira tersenyum mengingat jika itu sarapan kesukaan suaminya itu dulu. Saat sibuk merapikan meja makan, terlihat Dariel yang sudah rapi dengan stelan jas berwarna abu menuruni akan tangga.
Senyum Nadhira yang tadinya mengembang, menghilang seketika saat Dariel lewat begitu saja tanpa melihat ke arahnya. Tidak berlarut ia berlari menghampirinya.
"Kak..." Menghentikan langkah kaki Dariel dengan berdiri di depan menghalanginya.
"Sarapan dulu, Dira sudah buat nasi go..."
Tidak memperdulikan atau menunggunya menyelesaikan perkataannya, Dariel acuh begitu saja pergi tanpa merespon ucapannya. Melihat Dariel pergi, Nadhira berlari ke arah meja makan dengan cepat. Ia mengambil bekal yang sudah ia siapkan lalu segera berlari menghampiri Dariel yang hendak masuk ke dalam mobil.
"Kalau gak mau sarapan di rumah, Dira sudah buat bekal biar kakak sarapan di kantor," Ucapnya dengan memberikan kotak bekal di tangannya.
Tatapan Dariel menatap wajah istrinya dan kotak bekal itu bergantian. Ia kemudian mengambil kotak bekal itu, namun bukan menerimanya. Melainkan ia buang seenaknya hingga isinya berserakan di tanah.
Dengan tatapan kecewa ia melihat masakan yang sudah ia buat dengan penuh cinta sedari pagi berserakan tidak penuh arti. Matanya berlinang, menatap suaminya yang begitu dengan teganya melakukan itu.
"Sudah saya katakan, jangan pernah bersikap seolah menjadi seorang istri," Bentaknya.
"Jika kamu melakukannya lagi, jangan salahkan saya bersikap kasar padamu," Ancamannya dengan mencengkram pergelangan tangan Nadhira kuat, sampai ia meringis kesakitan.
"Dariel," Suara seseorang yang terlihat begitu marah, dan Dariel sangat mengenali suara itu.
***Deg***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Asnisa Amallia
Menakjubkan!
2024-07-26
1