Bab. 6 Perintah Ibunya

    Melihat istrinya kesakitan, Dariel melepas cengkraman tangannya. Ia menyentuh warna merah yang ia berikan di pipi Nadhira. Tatapan mereka sesaat bertemu, sampai akhirnya Dariel memejamkan matanya dan jatuh dalam dekapan Nadhira.

       

  Perlahan Nadhira membawa tubuh suaminya dengan sisa kesadaran Dariel. Menjatuhkannya ke ranjang, ia membuka sepatu dan menyelimutinya. Duduk di tepi ranjang, ia tatap sendu suaminya. Ia tidak menyangka jika pria yang ada di hadapannya sekarang sangat berbeda dari yang pernah ia kenal.

Dariel yang ia kenal begitu perhatian, penyayang, lembut dalam bersikap, kini menjadi kasar seperti sekarang. Padahal dulu ia yang paling khawatir jika melihatnya terluka sedikit saja. 15 tahun berlalu membuat Nadhira tidak mengenali sosok Dariel, orang yang sama tetapi memiliki perbedaan yang sangat jauh.

    "Maafin Dira kak."

...***...

    "Suami kamu belum bangun sayang?" Tanya mertuanya lembut.

    "Belum Ma, kak Dariel capek banget sepertinya," Jawab Nadhira.

     Nadhira membawa mertuanya itu ke taman belakang rumah. Udara pagi yang sejuk menusuk paru-paru dengan segarnya. Nadhira begitu sangat perhatian, dan memperhatikan mertuanya tersebut.

    "Sudah. Mama cantik banget," Pujinya setelah selesai merapikan dan mengikat rambut mertuanya.

     "Apalagi kalau lagi senyum," Sambungnya lagi.

    "Mana ada orang penyakitan cantik Dira."

    "Ada. Mama," Ucap Nadhira bangga. "Sekarang biar tambah cantik plus sehat, ayo Dira bantu berdiri," Nadhira menadahkan tangannya untuk membantu mertuanya.

    "Mau ngapain ?" Tanya mertuanya heran.

    "Pertama buka dulu sandalnya, sudah. Sekarang ayo berdiri," Membantu mertuanya berdiri perlahan.

    "Jalan pagi itu sehat Ma, jadi Mama harus olahraga jangan duduk di sana terus," Menunjuk ke arah kursi roda.

    Langkah kaki mulai menapak di atas rerumputan, menuntun mertuanya dengan senyum dan terus menyemangatinya. Mereka mulai berjalan dengan Nadhira yang terus mendampingi, ia juga tidak berhenti berbicara hingga senyum di bibir mertuanya terus merekah.

     Suara tawa mereka terdengar di telinga Dariel saat menuruni anak tangga. Ia yang sudah rapi hendak pergi ke kantor menghentikan langkahnya. Awalnya ia tidak terlalu perduli dengan suara itu, karena sudah pasti pemilik suara itu adalah istrinya. Namun ia jadi penasaran saat mendengar suara tersebut lebih dari satu.

    "Mama," Ucap Dariel spontan saat mengetahui jika itu suara Mamanya.

    "Mama kenapa di sini?" Herannya.

     Mendengar itu membuat Ibu Dariel menatap ke arah menantunya, "Sayang, kamu tidak bilang sama suami kamu kalau Mama di sini?."

     "Um itu Ma..."

      Dariel yang mendekat, mengambil alih menuntun Mamanya. Ia menolak tubuh Nadhira untuk menjauh, "Mama kemari kenapa tidak bilang sama Dariel?."

     Membawa kembali Mamanya untuk duduk di kursi roda, Nadhira menatap ke arah suaminya nanar. Itu adalah kak Dariel yang ia kenal, lembut, perhatian dan penyayang. Tetapi tidak dengannya, sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat jika melihatnya.

     "Tadi malam kak Dariel capek banget Ma, jadi Dira belum kasih tau kalau Mama di sini," Jelas Nadhira cepat sebelum mertuanya bertanya padanya.

     "Oma lagi pergi ke luar kota, jadi Oma minta Dira buat jagain Mama kak," Lanjutnya lagi, saat sorot mata Dariel menatapnya.

     Tidak memperdulikan ucapan Nadhira, ia hanya fokus pada ibunya. Berlutut di depan ibunya mengajaknya bicara.

     "Sayang, kenapa kerja lagi. Kasihan istri kamu ditinggal terus. Kalian kan baru Menikah, pergi bulan madu sana!" Senyum Dariel juga Nadhira terasa getir mendengar perkataan dari Winda.

  .   "Dariel lagi banyak kerjaan Ma," Bohongnya.

      "Istri kamu juga sibuk, tapi dia masih cuti dari kantornya. Kalian baru menikah seharusnya..."

      "Mama. Mama istirahat saja ya, Dariel antar ke kamar," Potongnya cepat, sebelum Mamanya berbicara yang tidak-tidak.

     "Gak mau, Mama mau di sini dulu."

     "Ya sudah, kalau gitu Dariel pergi ke kantor dulu ya," Pamitnya.

      "Kamu tidak sarapan dulu sayang?" Seru ibunya.

     "Gak papa Ma, nanti sarapan di kantor aja."

     "Bentar kak. Dira udah siapin bekal untuk kakak," Ucap Nadhira. Ia buru-buru pergi sebelum suaminya itu menolaknya dengan berbagai alasan.

     Tidak lama Nadhira kembali dengan sebuah paper bag yang berisi bekal suaminya. Ia memberikan bekal itu tanpa menatap suaminya karena takut. Dengan rasa terpaksa Dariel menerimanya karena tidak ingin membuat ibunya tahu jika ia tidak menerima pernikahannya.

    Mencium punggung tangan ibunya, lalu mencium dahinya. Ia pergi begitu saja melewati istrinya. Ibunya yang melihat itu memanggilnya kenapa hal yang sama tidak ia lakukan pada istrinya.

    "Dariel..."

    "Iya Ma."

    "Kamu gak pamit sama istri kamu?" Sontak Dariel dan Nadhira saling menatap satu sama lain.

    "Ayo sayang!" Perintah ibunya.

    "Gak papa Ma. Kak Dariel lagi buru..."

     Deg

     Nadhira seketika terdiam, nafasnya seakan berhenti. Jantungnya berdetak tidak beraturan. Ia mencengkam jemarinya kuat saat melihat apa yang baru saja dilakukan suaminya.

Episodes
1 Bab 1 Berita Pernikahan
2 Bab. 2 Sebuah Kenyataan
3 Bab. 3 Janji 15 Tahun Lalu
4 Bab. 4 Nasi Goreng Berserak di Hari Pertama Menjadi Istri
5 Bab. 5 Kebencian Dariel
6 Bab. 6 Perintah Ibunya
7 Bab. 7 Malam Pertama
8 Bab. 8 Warna Merah Kebiruan
9 Bab. 9 Sebutan Pelakor
10 Bab. 10 Janji Dariel
11 Bab. 11 Kesedihan Karena Tak Pernah Dianggap
12 Bab. 12 Kecurigaan Seorang Ibu
13 Bab. 13 Hadiah Ulang Tahun
14 Bab. 14 Kebencian Millie
15 Bab. 15 Rumah Mertua
16 Bab. 16 Sikap Dariel
17 Bab. 17 Tidak Seperti Biasanya
18 Bab. 18 Merasa Kehilangan
19 Bab. 19 Kecelakaan
20 Bab. 20 Kecurigaan Berupa Fakta
21 Bab. 21 Mulai Berbohong
22 Bab. 22 Kekhawatiran Dariel
23 Bab. 23 Sikapnya Yang Tidak Bisa Dimengerti
24 Bab. 24 Bertemu di Rumah Sakit
25 Bab. 25 Ketangkap Basah Mertua
26 Bab. 26 Pameran Ke Paris
27 Bab. 27 Berkas Penting Dariel
28 Bab. 28 Tiba di Paris
29 Bab. 29 Selalu Salah
30 Bab. 30 Akibat Obat Pemberian Vio
31 Bab. 31 Tanda Kepemilikan Dariel
32 Bab. 32 Semangka Tanpa Biji
33 Bab. 33 Dibully Orangtua
34 Bab. 34 Perhatian Walau Benci
35 Bab. 35 Kedatangan Tamu
36 Bab. 36 Seperti Adik
37 Bab. 37 Terbayang-bayang
38 Bab. 38 Titik Titik Hujan
39 Bab. 39 Saling Baku Hantam
40 Bab. 40 Sikap Yang Berubah-ubah
41 Bab. 41 Sayang?
42 Bab. 42 Kecurigaan Nadhira
43 Bab. 43 Tidak Biasanya
44 Bab. 44 Bukti Perselingkuhan
45 Bab. 45 Penyamaran
46 Bab. 46 Memberi Bukti
47 Bab. 47 Berkunjung Ke Rumah Mertua
48 Bab. 48 Bantal Guling Ternyaman
49 Bab. 49 Kepulangan Sheriel
50 Bab. 50 Apakah Ini Cemburu?
51 Bab. 51 Saya Tahu Perasaannya
52 Bab. 52 Mode Galak
53 Bab. 53 Tidak Saling Kenal
54 Bab. 54 Benci Tetapi Perhatian
55 Bab. 55 Bukan Cuma Sahabat
56 Bab.56 Cinta Pertama Dari Ketiganya
57 Bab. 57 Breaking News
58 Bab. 58 Dua Tahun Yang Sia-sia
59 Bab. 59 Kenyataannya...
60 Bab. 60 Nemenin Makan
61 Bab. 61 Menghukum Diri Sendiri
62 Bab. 62 Ancaman Ellen
63 Bab. 63 Karena Aku Tidak Suka Suamimu
64 Bab. 64 Berusaha Untuk Lepas
65 Bab. 65 Ibu dan Anak?
66 Bab. 66 Sedih Atau Bahagia
67 Bab. 67 Tanda Baru, Jadi Tidak Ada Bekas Lagi
68 Bab. 68 Bersandiwara
69 Bab. 69 Bantu Memilih Kado
70 Bab. 70 Senyum di Balik Pintu
71 Bab. 71 Perhatian Dariel
72 Bab. 72 Adik Perempuan
73 Bab. 73 Dasar Mesum
74 Bab. 74 Pemilik Senyum di Balik Pintu
75 Bab. 75 Kalau Jadi Istri Mau?
76 Bab. 76 Calon Istri
77 Bab. 77 Trauma
78 Bab. 78 Mangga Muda
79 Bab. 79 Ngidam Pecel Lele
80 Bab. 80 Depan Belakang Lain
81 Bab. 81 Diam-diam Bucin
82 Bab. 82 Tantrum
83 Bab. 83 Hutang Lima Jam
84 Bab. 84 Merasa Bersalah
85 Bab. 85 Suka Bocil Tantrum
86 Bab. 86 Surat Cerai
87 Bab. 87 Dira Sayang Kakak
88 Bab. 88 Yang Sebenarnya
89 Bab.89 Penyesalan
90 Bab. 90 Bukankah Itu Terlalu Lama?
91 Bab. 91 Memilih Pilihan Kedua
92 Bab. 92 Bukan Pembunuh
93 Bab. 93 Kejadian 15 Tahun Lalu
94 Bab. 94 Janda
95 Bab. 95 Pendarahan
96 Bab. 96 Tidak Diizinkan Bertemu
97 Bab. 97 Foto Keluarga
98 Bab. 98 Tersebar Gosip
99 Bab. 99 Kembali Hancur
100 Bab. 100 Keputusan Dariel
101 Bab. 101 Rencana Yang Membuahkan Hasil
102 Bab. 102 Terlihat Manja
103 Bab. 103 Berusaha Menahan Diri
104 Bab. 104 Panggil Kakak!!!
105 Bab. 105 Makan Malam
106 Bab. 106 Surat Pengunduran Diri
107 Bab. 107 Keputusan Ibu
108 Bab. 108 Ketahuan Bohong
109 Bab. 109 Sebutan Mama
110 Bab. 110 Datang Bersama
111 Bab. 111 Karena Kamu Milik Saya.
112 Bab. 112 Calon Suami
113 Bab. 113 Sudah Terjadi Pernikahan
114 Bab. 114 Ketahuan
115 Bab. 115 Kesedihan Keluarga
116 Bab. 116 Alasan Terjadinya Pernikahan
117 Bab. 117 Kamu Tidak Salah
118 Bab. 118 Saran Dokter
119 Bab. 119 Sengaja Mengalihkan Perhatian
120 Bab. 120 Gercep Banget Noh Orang
121 Bab. 121 Sekretaris Kakak
122 Bab. 122 Dikit Doang
123 Bab. 123 Triple Date
124 Bab. 124 Disidang
125 Bab. 125 Kakak Perempuan
126 Bab. 126 Bubur Ayam
127 Bab. 127 Harus Selalu Tersenyum
128 Bab. 128 Kalila Yang Tersayang
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Bab 1 Berita Pernikahan
2
Bab. 2 Sebuah Kenyataan
3
Bab. 3 Janji 15 Tahun Lalu
4
Bab. 4 Nasi Goreng Berserak di Hari Pertama Menjadi Istri
5
Bab. 5 Kebencian Dariel
6
Bab. 6 Perintah Ibunya
7
Bab. 7 Malam Pertama
8
Bab. 8 Warna Merah Kebiruan
9
Bab. 9 Sebutan Pelakor
10
Bab. 10 Janji Dariel
11
Bab. 11 Kesedihan Karena Tak Pernah Dianggap
12
Bab. 12 Kecurigaan Seorang Ibu
13
Bab. 13 Hadiah Ulang Tahun
14
Bab. 14 Kebencian Millie
15
Bab. 15 Rumah Mertua
16
Bab. 16 Sikap Dariel
17
Bab. 17 Tidak Seperti Biasanya
18
Bab. 18 Merasa Kehilangan
19
Bab. 19 Kecelakaan
20
Bab. 20 Kecurigaan Berupa Fakta
21
Bab. 21 Mulai Berbohong
22
Bab. 22 Kekhawatiran Dariel
23
Bab. 23 Sikapnya Yang Tidak Bisa Dimengerti
24
Bab. 24 Bertemu di Rumah Sakit
25
Bab. 25 Ketangkap Basah Mertua
26
Bab. 26 Pameran Ke Paris
27
Bab. 27 Berkas Penting Dariel
28
Bab. 28 Tiba di Paris
29
Bab. 29 Selalu Salah
30
Bab. 30 Akibat Obat Pemberian Vio
31
Bab. 31 Tanda Kepemilikan Dariel
32
Bab. 32 Semangka Tanpa Biji
33
Bab. 33 Dibully Orangtua
34
Bab. 34 Perhatian Walau Benci
35
Bab. 35 Kedatangan Tamu
36
Bab. 36 Seperti Adik
37
Bab. 37 Terbayang-bayang
38
Bab. 38 Titik Titik Hujan
39
Bab. 39 Saling Baku Hantam
40
Bab. 40 Sikap Yang Berubah-ubah
41
Bab. 41 Sayang?
42
Bab. 42 Kecurigaan Nadhira
43
Bab. 43 Tidak Biasanya
44
Bab. 44 Bukti Perselingkuhan
45
Bab. 45 Penyamaran
46
Bab. 46 Memberi Bukti
47
Bab. 47 Berkunjung Ke Rumah Mertua
48
Bab. 48 Bantal Guling Ternyaman
49
Bab. 49 Kepulangan Sheriel
50
Bab. 50 Apakah Ini Cemburu?
51
Bab. 51 Saya Tahu Perasaannya
52
Bab. 52 Mode Galak
53
Bab. 53 Tidak Saling Kenal
54
Bab. 54 Benci Tetapi Perhatian
55
Bab. 55 Bukan Cuma Sahabat
56
Bab.56 Cinta Pertama Dari Ketiganya
57
Bab. 57 Breaking News
58
Bab. 58 Dua Tahun Yang Sia-sia
59
Bab. 59 Kenyataannya...
60
Bab. 60 Nemenin Makan
61
Bab. 61 Menghukum Diri Sendiri
62
Bab. 62 Ancaman Ellen
63
Bab. 63 Karena Aku Tidak Suka Suamimu
64
Bab. 64 Berusaha Untuk Lepas
65
Bab. 65 Ibu dan Anak?
66
Bab. 66 Sedih Atau Bahagia
67
Bab. 67 Tanda Baru, Jadi Tidak Ada Bekas Lagi
68
Bab. 68 Bersandiwara
69
Bab. 69 Bantu Memilih Kado
70
Bab. 70 Senyum di Balik Pintu
71
Bab. 71 Perhatian Dariel
72
Bab. 72 Adik Perempuan
73
Bab. 73 Dasar Mesum
74
Bab. 74 Pemilik Senyum di Balik Pintu
75
Bab. 75 Kalau Jadi Istri Mau?
76
Bab. 76 Calon Istri
77
Bab. 77 Trauma
78
Bab. 78 Mangga Muda
79
Bab. 79 Ngidam Pecel Lele
80
Bab. 80 Depan Belakang Lain
81
Bab. 81 Diam-diam Bucin
82
Bab. 82 Tantrum
83
Bab. 83 Hutang Lima Jam
84
Bab. 84 Merasa Bersalah
85
Bab. 85 Suka Bocil Tantrum
86
Bab. 86 Surat Cerai
87
Bab. 87 Dira Sayang Kakak
88
Bab. 88 Yang Sebenarnya
89
Bab.89 Penyesalan
90
Bab. 90 Bukankah Itu Terlalu Lama?
91
Bab. 91 Memilih Pilihan Kedua
92
Bab. 92 Bukan Pembunuh
93
Bab. 93 Kejadian 15 Tahun Lalu
94
Bab. 94 Janda
95
Bab. 95 Pendarahan
96
Bab. 96 Tidak Diizinkan Bertemu
97
Bab. 97 Foto Keluarga
98
Bab. 98 Tersebar Gosip
99
Bab. 99 Kembali Hancur
100
Bab. 100 Keputusan Dariel
101
Bab. 101 Rencana Yang Membuahkan Hasil
102
Bab. 102 Terlihat Manja
103
Bab. 103 Berusaha Menahan Diri
104
Bab. 104 Panggil Kakak!!!
105
Bab. 105 Makan Malam
106
Bab. 106 Surat Pengunduran Diri
107
Bab. 107 Keputusan Ibu
108
Bab. 108 Ketahuan Bohong
109
Bab. 109 Sebutan Mama
110
Bab. 110 Datang Bersama
111
Bab. 111 Karena Kamu Milik Saya.
112
Bab. 112 Calon Suami
113
Bab. 113 Sudah Terjadi Pernikahan
114
Bab. 114 Ketahuan
115
Bab. 115 Kesedihan Keluarga
116
Bab. 116 Alasan Terjadinya Pernikahan
117
Bab. 117 Kamu Tidak Salah
118
Bab. 118 Saran Dokter
119
Bab. 119 Sengaja Mengalihkan Perhatian
120
Bab. 120 Gercep Banget Noh Orang
121
Bab. 121 Sekretaris Kakak
122
Bab. 122 Dikit Doang
123
Bab. 123 Triple Date
124
Bab. 124 Disidang
125
Bab. 125 Kakak Perempuan
126
Bab. 126 Bubur Ayam
127
Bab. 127 Harus Selalu Tersenyum
128
Bab. 128 Kalila Yang Tersayang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!