"Bangun," Menendang kaki Nadhira membangunkannya.
"Bangun!."
Nadhira yang kaget langsung membuka matanya lebar, ia langsung duduk dan menyingkir dari jalan suaminya.
"Sengaja, biar Mama tau," Tuduh Dariel karena mendapati istrinya tidur di depan kamarnya. Ia cuma takut jika Mamanya tahu pasti kesehatannya akan drop.
"Gak kak. Dira cuma ketiduran."
"Kalau sampai Mama ataupun orang lain tahu, awas kau," Ancam Dariel.
Melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Nadhira begitu saja. Ia pergi ke arah kamar Mamanya berada yang terletak di lantai bawah. Ekspresi wajahnya juga seketika berubah saat bertemu dengan Mamanya itu.
Sedangkan Nadhira yang kini berdiri di depan wastafel, ia menatap wajahnya dari pantulan cermin. Melihat ada ruam di kedua sisi pipinya, menyentuhnya perlahan ia masih tidak percaya jika suaminya sudah sangat berbeda dari yang ia kenal dulu.
"Kamu kuat Dira," Mencoba menyemangati diri sendiri.
Beberapa menit kemudian Nadhira keluar dari kamar. Ia tersenyum sambil menuruni anak tangga dan langsung menghampiri suami dan juga mertuanya di meja makan.
"Pagi Ma," Sapa Nadhira.
"Pagi sayang, bangunya telat pasti kecapean banget ya karena tadi malam," Ucap Mama Dariel bercanda.
"Hah, capek kenapa Ma?" Tanya Nadhira polos.
Mertuanya justru tersenyum nakal melihat ke arah putranya menggoda. Sedangkan Dariel tanpa ekspresi memakan sarapannya. Mencerna perkataan mertuanya, Nadhira langsung membulatkan matanya sempurna teringat perkataan suaminya saat keluar dari kamar Mamanya.
Ia langsung melihat ke arah Dariel, walau tatapannya sama sekali tidak dibalasnya. Nadhira hanya tersenyum getir, capek ngapain ia bahkan sama sekali tidak menggoda di mata suaminya. Jangankan disentuh di akui sebagai istri saja tidak.
Dariel di hadapan Mamanya begitu sangat perhatian, terlihat sebagai seorang suami yang begitu sangat menyayangi istrinya. Nadhira sampai harus kuat dengan perhatian sesaat tersebut.
Setelah berpamitan dengan Mamanya Dariel mendekat pada Nadhira dan mencium dahinya. Sebuah pemandangan yang membuat Mamanya itu tersenyum bahagia. Begitu juga dengan Nadhira, walau itu hanya kepura-puraan suaminya tetap saja jantungnya berdesir kala Dariel mengecup dahinya.
...***...
Seminggu telah berlalu, kepura-puraan suaminya telah usai bersama perginya Mamanya. Ibunya itu sudah pulang kembali ke rumah, Nadhira dan Dariel sendiri yang mengantarnya setelah Oma pulang.
Nadhira juga sudah kembali bekerja, ia sudah sangat bosan di rumah. Apalagi ketika memikirkan pernikahan dan sikap suaminya. Jadi ia memutuskan untuk kembali bekerja.
Keinginan mertuanya untuk memintanya pergi bulan madu juga ia tolak dengan alasan pekerjaan. Ia berjanji akan pergi tetapi tidak dalam waktu dekat karena pekerjaan yang sungguh padat.
Ketika masih sibuk di layar laptop, dan berkas di hadapannya ada seseorang yang memaksa masuk begitu saja ke ruangannya, seorang wanita yang tidak asing lagi bagi Nadhira. Ia sangat tahu siapa itu.
"Maaf Bu, Mba ini memaksa masuk," Ucap sekretarisnya penuh sesal. Nadhira hanya memberi isyarat lalu sekretarisnya keluar dan membiarkan tamu tidak diundang tersebut tetap di dalam.
"Kenapa kamu ke sini?" Tanya Nadhira tanpa bergeming dari tempatnya.
Bukanya menjawab pertanyaan Nadhira, wanita itu justru berjalan mendekat dan menyiram wajah Nadhira dengan air yang ada di gelas, lalu tersenyum jahat.
"Itu hadiah karena Lo sudah ambil Dariel dari gue," Suaranya meninggi.
Wanita itu adalah kekasih suaminya Ellen Aghnia, setelah mengetahui jika Dariel sudah menikah. Ia seperti orang kesetanan melabraknya di rumahnya sendiri. Untunglah kejadian itu terjadi saat mertuanya sedang tidur siang jika tidak pasti kondisinya akan drop. Kini dia justru datang ke kantor dan membuat keributan.
"Dasar wanita murahan, pelakor. Kenapa Lo nikah sama Dariel dan ambil dia dari gue? Hah," Ellen dengan amarahnya menarik tangan Nadhira dan mendorongnya ke lantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments