"Darah. Kak Dariel," Nadhira langsung buru-buru keluar dari kamar mandi dan berlari untuk mengejar suaminya.
"Kenapa lari-larian sayang?" Tanya ibunya saat berpapasan dengannya.
"Ma, lihat kak Dariel?."
"Kenapa? Barusan aja suami kamu izin pergi. Katanya mau ke kantor. emang enggak izin sama kamu?."
"Eh bukan begitu Ma," Nadhira bingung mencari-cari alasan. "Tadi kak dari sudah bilang sama Dira mau ke kantor, cuma dira masih di kamar mandi. Dira suruh tunggu malah ditinggal," Bohongnya.
"Ya sudah, Dira mau mandi dulu."
"Tunggu," Ibunya itu langsung menarik tangan Nadhira menghentikannya karena seperti melihat sesuatu di leher putrinya.
"Sayang leher kamu."
Melihat ibunya hendak mengulurkan tangannya mendekat, Nadhira merespon langsung menyentuh lehernya untuk menutupi kecurigaan ibunya, "Kenapa? tidak kenapa-kenapa Ma. Ini ulah mantu Mama yang usil banget tadi malem," Ucapnya bergurau sambil cengengesan.
Ia langsung berlari ke kamar untuk menghindari ibunya dengan dalih ingin pergi mandi. Ibunya tersenyum melihat putrinya tersebut, Maya hanya berpikiran jika putri juga menantunya tadi malam sedang proses pembuatan cucu untuknya jadi ia tersenyum.
Sedangkan Nadhira merasa takut jika orang tuanya tahu kalau putri mereka mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga, bahkan tidak dianggap sebagai istri. Menarik nafasnya panjang, ia merasa lega karena masih bisa menutupi semuanya.
Melihat bekas memar di lehernya, Nadhira menyentuh warna kebiruan itu dari pantulan cermin dengan membayangkan bagaimana suaminya melakukan kekerasan tersebut.
Ketika mengingat suaminya, ia mengingat kembali darah yang ada lantai kamar mandi begitu juga tisu di tong sampah penuh lumuran darah. Ia merasa Khawatir karena tidak tahu jika suaminya sedang terluka.
...***...
Dari rumah orang tuanya Nadhira langsung pergi ke kantor suaminya, perasaannya begitu tidak tenang memikirkan bagaimana keadaan suaminya. Sampai di sebuah gedung menjulang tinggi di mana kantor suaminya berada, ia buru-buru pergi ke ruangan suaminya.
"Sayang, kenapa kamu tidak bisa hati-hati begini sih," Ellen memarahi Dariel sembari mengobati luka di tangan Dariel kekasihnya.
"Maaf ya sayang karena aku sudah tidak hati-hati," Ucap Dariel lembut.
"Sudah. Muachhhh," Selesai memberi perban, Ellen langsung mencium pipi Dariel dan duduk di pangkuannya.
Nadhira hanya berada di balik pintu melihat bagaimana suaminya begitu lembut dan perhatian dengan kekasihnya, ia hanya tersenyum getir dengan mata yang berkaca-kaca.
Ia yang sudah tergesa-gesa untuk menemui Dariel, justru melihat suaminya dengan kekasihnya di kantor sedang memadu kasih. Melihat suaminya tidak kenapa-kenapa ia kembali menutup pintu yang ia buka sedikit saat hendak masuk tadi.
Saat hendak menutup pintu, Dariel melihat jelas bagaimana wajah istrinya tersebut pergi dengan penuh kecewa.
"Sayang kamu lihat siapa?" Tanya Ellen melihat ke arah tatapan mata Dariel.
"Bukan siapa-siapa sayang."
"Sayang ayo kita jalan-jalan," Rengek Ellen.
"Maaf ya sayang, hari ini enggak bisa. Lagi banyak kerjaan, lain kali ya," Dariel memberi pengertian.
"Kamu sekarang gitu, pasti karena istri kamu itu kan. Kamu sudah enggak sayang lagi sama aku."
"Bu-bukan begitu sayang, kamu kan tau perusahaan..."
"Jangan bawa-bawa perusahaan, bilang aja kamu sudah enggak sayang sama aku. Kamu sudah cinta kan sama Dira?," Ellen memotong perkataan Dariel cepat.
Kemudian ia pergi begitu saja meninggalkan Dariel dengan kesal. Melihat kekasihnya ngambek Dariel hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, ia memang sedang tidak bisa pergi hari ini karena ada pertemuan penting untuk kerja sama perusahaan.
"Lihatlah dia enggak kerja aku, awas aja Lo Dira," Geram Ellen beranggapan jika Dariel sudah berubah dan itu karena Nadhira.
Membiarkan Ellen pergi, Dariel memang sedang tidak bisa main-main lagi. Ia tidak ingin jika perusahannya harus bangkrut lagi. Karena hal itu, ia sampai menikah secara paksa.Tujuannya sekarang hanya menstabilkan perusahaan miliknya.
Seharian bekerja tidak tahu waktu, Dariel memutuskan untuk pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, dan para karyawan sudah tidak ada baru ia pulang ke rumah.
Sampai di rumah ia tidak melihat istrinya sedang menunggu dirinya seperti biasa, ia celingukan di sekeliling rumah tidak menemukannya juga. Namun ia tidak mengambil pusing dan menghiraukannya langsung pergi ke kamarnya.
Sebelum masuk ke kamar, ia berhenti sejenak melihat pintu kamar Nadhira mengingat bagaimana wajahnya tadi pagi saat melihat dirinya dengan Ellen. Mengapa tiba-tiba saja Dariel memikirkan perasaan istrinya tersebut, ia segera menepis pikirannya lalu masuk ke kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments