Malam semakin larut, jam sudah menunjukkan tengah malam tetapi suaminya tak kunjung pulang. Nadhira yang merasa cemas Mondar-mandir sedari tadi dengan perasaan khawatir menunggu suaminya.
Duduk di tangga Nadhira melihat ke arah pintu masuk rumah, ia bolak balik melihat ke arah jam dinding. Jam terus berputar dan berganti angka tetapi suaminya tak kunjung memperlihatkan diri di hadapannya. Sampai akhirnya Nadhira ketiduran.
Tak lama Nadhira tertidur, terdengar suara mobil Dariel pulang. Pria itu keluar dari mobil dibantu supirnya, namun ditolak Dariel. Ia berjalan sempoyongan masuk ke dalam rumah karena habis minum-minum seperti biasa, hingga sampai di anak tangga pertama ia mendapati istrinya tertidur di sana.
Ia berhenti sejenak, melihat istrinya tersebut. Tetapi fokusnya pada jari telunjuk Nadhira yang di perban. Setelah itu ia naik melewati Nadhira tanpa menoleh sedikitpun. Pria itu membiarkan istrinya di sana tanpa perduli sedikitpun.
Hingga suara pintu yang Dariel banting saat menutupnya membuat Nadhira kaget dan terbangun. Ia langsung melihat ke arah atas, di mana sumber suara. Sebelumnya ia melihat ke arah pintu yang terbuka dan ia meyakini jika itu pasti suaminya yang baru saja pulang.
Berjalan ke arah pintu, Nadhira menutupnya. Lalu langkah kakinya menaiki anak tangga hingga tepat di depan pintu kamar suaminya. Ia menyentuh pintu itu, dan berdiri lama di sana. Setelah tidak mendengar suara apapun lagi dari dalam, Nadhira baru pergi ke kamarnya.
...***...
"Pagi kak," Sapa Nadhira dengan senyum.
Tak menghiraukan ucapan istrinya, Dariel melewatinya. Ia pergi ke arah kulkas untuk mengambil air dingin.
"Kakak jangan minum air dingin, Dira sudah buatkan teh hangat," Ucap Nadhira mengulurkan teh pada Dariel, lalu mengambil botol minuman dingin dari tangan suaminya.
***Pyarrrrrrrrr***
Gelas teh tersebut berserakan di lantai, karena ditepis oleh Dariel, "Sudah berapa kali aku bilang, jangan pernah bertingkah seperti istriku," Ucap Dariel penuh penekanan, ia mencengkram leher istrinya sampai ia mengerang kesakitan.
"Kak," Suara Nadhira memohon.
Tangan itu semakin kuat mencekik leher Nadhira sampai ia susah untuk bernafas, melihat Nadhira mulai lemas Dariel menarik tangannya dan mendorong tubuh Nadhira hingga jatuh ke lantai.
"Uhukkkk uhukkk," Suara batuk Nadhira, ia seperti orang rakus menghirup udara yang masuk dalam indra penciumannya.
"Dan masakan ini, berhenti masak makanan seperti ini. Karena aku tidak akan pernah makan masakan yang kau buat," Bentak Dariel sambil melempar piring berisi makanan ke sembarang tempat.
Suara pecahan kaca tersebut membuat Nadhira memejamkan matanya merasa takut, pria yang ada di hadapannya terlihat begitu sangat murka.
"Hah sial," Ucap Dariel lalu pergi kembali ke kamarnya.
Minggu pagi Nadhira menjadi sangat tragis, ia menangis memeluk lututnya karena takut. Lantai berserakan di hadapannya membuatnya menjadi lebih sedih lagi, ia yang bangun pagi-pagi demi memasak untuk sarapan suaminya justru berakhir di lantai.
Setelah meluapkan kesedihannya, Nadhira membersihkan lantai yang berserakan itu. Sambil menangis ia membersihkan makanan yang ia buat dengan penuh cinta tetapi justru dibuang oleh suaminya sendiri.
Tangisannya tidak bisa terbendung, air matanya terus mengalir deras. Sampai ia selesai membersihkan lantai air matanya masih saja jatuh. Ia begitu sedih, selain tidak dianggap ia juga tidak dihargai sebagai seorang istri.
Selesai membersihkan lantai, Nadhira berjalan ke arah kamarnya. Baru berjalan hingga sampai pertengahan tangga ia berpapasan dengan suaminya. Ia langsung menunduk saat melihat Dariel hendak melewatinya.
Nadhira langsung menghentikan tangisannya, saat melihat ruas jari Dariel berdarah. Ia langsung menoleh melihat ke arah Dariel yang semakin jauh, suaminya itu seperti habis memukul benda keras yang membuat tangannya terluka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
R yuyun Saribanon
ga punya harga dirinlu dira oneng
2024-10-25
1