Nadhira yang kakaknya terjatuh kaget, tetapi apa yang ia lihat kemudian lebih membuatnya terkejut. Ia menegakkan tubuhnya untuk memastikan apa yang ia lihat benar atau hanya sekedar anganya saja.
"Kak Dariel," Ucapnya pelan.
"Aw, hssss. Dariel Lo gila ya," Bentak Millie tidak terima.
Mendengar perkataan Millie, Dariel hanya tersenyum seringai. Ia kemudian berjongkok di hadapan kakak tiri istrinya tersebut dengan tatapan dingin, Millie sampai memundurkan tubuhnya karena merasa takut dengan tatapan tajam Dariel.
"Dasar cewek gila."
Kemudian Dariel menghampiri istrinya tersebut, "Cepat berdiri!" Dariel menarik tangan Nadhira kasar, meninggalkan Millie begitu saja dan masuk ke dalam rumah.
Tatapan Dariel yang tadinya tanpa ekspresi dengan aura dingin, berubah seketika ketika melihat mertuanya yang tersenyum bahagia ketika melihat kedatangannya.
"Dariel kamu datang?" Tanya Arthur yang melihat kedatangan menantunya.
"Iya Pa. Maaf Dariel terlambat karena sedang banyak kerjaan. Ini hadiah untuk Papa," Memberikan sebuah paper bag berwarna hijau tua pada mertuanya tersebut.
Nadhira hanya diam sembari memperhatikan suaminya yang terlihat berbeda, ia banyak tersenyum bahkan genggaman tangan suaminya di jemari Nadhira belum ia lepaskan.
Namun Nadhira sadar jika suaminya sekarang pasti sedang bersandiwara. Entah apa yang ada dipikiran suaminya sampai akhirnya ia mau datang, padahal sebelumnya ia sudah menolak keras untuk datang setelah Nadhira memohon padanya.
Melepaskan genggaman tangan Dariel perlahan, suaminya tersebut sampai melihat sekilas apa yang dilakukannya. Ia duduk di dekat suaminya hanya diam dan tersenyum, sesekali menjawab jika ditanya Dariel ataupun orang tuanya.
Millie yang baru masuk langsung merubah ekspresi wajahnya, ia bersikap ramah pada Dariel seakan tidak terjadi apapun Sebelumnya. Walau sebenarnya mereka saling serang melalu tatapan mata mereka.
"Kalian tidur di sini ya? Lagian sudah malam juga kan," Pinta Arthur.
"Enggak Pa, besok Kak Dariel ada meeting penting."
"Enggak papa sayang, besok kan bisa dari sini perginya," Ucap Dariel yang membuat Nadhira langsung menoleh ke arahnya.
"Hah, suami kamu saja enggak nolak," Ucap Maya. Nadhira hanya tersenyum mendengar perkataan Mamanya.
"Ya sudah kalian istirahat saja, pasti capek kan," Perintah Arthur.
Dengan langkah takut-takut Nadhira berjalan beriringan dengan langkah kaki suaminya, sebab jemarinya yang digenggam Dariel. Ia hanya menunduk sesekali menoleh ke arah suaminya sambil terus mengikuti langkah kakinya.
Hingga sampai di dalam kamar Dariel menepis tangan Nadhira kasar hingga ia terhuyung. Ia hanya menunduk tidak berani menatap wajah suaminya karena takut.
"Apa?" Tanya Dariel saat Nadhira menatapnya.
"Kau pikir Apa, hah."
"Jika bukan karena Mama aku enggak Sudi datang kemari. Menyebalkan."
Nadhira kembali menunduk, ia meremas helai bajunya kuat karena takut. Sedangkan Dariel menatap istrinya dengan tidak sukanya, ia kemudian berjalan ke arah ranjang mengambil satu bantal dan melemparnya pada Nadhira.
"Dasar bodoh. Awas kau naik ke atas ranjang," Ancamnya.
Dariel melangkah naik ke ranjang, sebelumnya ia mematikan lampu. Nadhira yang masih mematung di tempatnya sambil melihat sekeliling ruangan yang gelap. Ia kemudian melangkahkan kakinya di kaki ranjangnya, ia duduk di lantai dan bersandar di sana.
Memeluk bantal yang ia pegang, air matanya menetes. Sudah beberapa menit berlalu tetapi Nadhira masih di posisi yang sama, bukan karena tidak ingin tidur, ia hanya tidak bisa tidur jika lampu dimatikan.
Melihat istrinya itu masih di posisi yang sama dan menangis walau tidak ada suaranya. Dariel menarik nafasnya kasar, rahangnya mengeras. Ia bangkit dari tidurnya, namun bukan untuk memarahinya ia justru menghidupkan kembali lampu kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments