Walau sudah dilarang masak makanan untuk Dariel, Nadhira tetap saja memasak untuknya. Namun masakan itu hanya sebagai pajangan di meja makan tanpa pernah ia sentuh. Masak dan menikmati sendiri masakannya di meja makan berharap jika suaminya akan luluh suatu saat nanti.
Setiap pagi juga Nadhira selalu membuatkan bekal untuknya, walau tidak pernah sekalipun bekal itu dibawa atau dilirik suaminya. Ia tetap melakukannya sebagai rutinitas setiap paginya. Setidaknya ia bahagia melakukannya.
Sambil sarapan Nadhira menunggu suaminya, bukan ingin menawarkan sarapan ia ingin bicara sesuatu dengannya. Ragu-ragu ia menghampiri suaminya saat melihat Dariel berjalan menuruni anak tangga.
"Kak, nanti kakak sibuk atau tidak?" Tanyanya tiba-tiba saat Dariel berjalan melewatinya.
Menghentikan langkahnya, Dariel memutar tubuhnya menatap istrinya tidak suka, "Jangan ganggu aku, urus hidupmu sendiri," Ucapnya penuh penekanan, lalu pergi meninggalkan Nadhira.
"Kak, Papa hari ini ulang tahun. Dia ingin kita datang untuk makan malam di rumah," Beritahunya, Nadhira berlari kecil mengejar langkah kaki Dariel yang tidak sama sekali menghiraukannya.
"Kakak bisa datang kan?."
Tidak dihiraukan Nadhira berdiri di depan, menghalangi jalan suaminya, "Kak datang ya, semenjak kita menikah. Kita belum ada ke rumah Mama sama Papa," Ucapnya memohon.
"Kau urus sendiri keluargamu, Aku tidak punya waktu," Jelasnya, kemudian ia mendorong tubuh Nadhira yang menghalangi jalannya.
Tidak menyerah, Nadhira kembali mengejar suaminya. Ia menarik tangannya, menghentikan langkahnya, "Kak sekali ini aja, Dira mohon," Ucapnya dengan wajah memelas.
"Apa sih," Menepis kasar tangan Nadhira. "Sudah Aku bilang, jangan ganggu aku. Urus hidupmu sendiri!" Bentaknya.
Hatinya kembali merasa sedih, ia masih berdiri di tempat menatap suaminya yang pergi begitu saja. Suaminya benar-benar sangat tidak memperdulikannya dan sangat membencinya.
Dengan penuh rasa kecewa ia berjalan kembali ke kamar, bersiap dan akan pergi ke kantor. Ia sudah tahu jika suaminya pasti akan menolaknya, tetapi setidaknya ia sudah berusaha dengan sedikit harapan yang ia punya walau gagal.
Mengendarai Mobilnya yang melaju dengan kecepatan sedang, sampai ia berhenti di lampu merah. Ia menoleh ke kanan, dan mendapati di sebelahnya adalah mobil suaminya. Menurunkan kaca dengan senyum dibibirnya, namun senyumnya berubah menjadi getir karena melihat jika di dalam mobil suaminya ia sedang bersama dengan kekasihnya.
Matanya berkaca-kaca melihat suaminya bermesraan di depan matanya, bahkan saat mengetahui jika Nadhira melihatnya. Ia sama sekali tidak perduli dan semakin memeluk Ellen kekasihnya dengan sengaja.
Menutup kembali kaca mobilnya, ia menggenggam setir mobilnya kuat. Air matanya lolos karena tak kuasa menahan kesedihannya.
"Dira kamu kuat, kamu bisa," Ucapnya pada diri sendiri.
Setelah lampu hijau, Nadhira menginjak gas mobilnya cepat segera meninggalkan mobil suaminya. Ia menepis semua perasaan sedihnya, dan fokus untuk rapat yang akan diadakan di kantor. Karena hari ini akan ada pembahasan tentang produk baru.
...***...
"Sayang, kamu sudah datang?" Antusias Maya ibu dari Nadhira ketika melihat putrinya datang.
"Iya Ma, maaf ya telat soalnya kerjaan lagi banyak-banyaknya. Oh iya Papa mana?."
"Sayang suami kamu tidak ikut?" Suara Maya yang tidak melihat keberadaan menantunya.
Mendengar pertanyaan itu membuat Nadhira kebingungan, namun ia tetap tersenyum agar ibunya tidak merasa curiga. Ia tidak ingin jika ibunya tahu jika dirinya sama sekali tidak dianggap sebagai seorang istri oleh Dariel, ia juga tidak ingin jika suaminya sampai dibenci orang tuanya terutama ibunya.
"Sayang apa kamu bahagia? Pernikahan kamu ..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments