"Ya terus aku harus bagaimana" ucap Luli dengan nada lemas.
"Ikuti saja alurnya tapi walaupun begitu kamu harus tetap berusaha."
Luli kembali bersemangat, "iya aku akan berusaha untuk lebih dekat dengan laki-laki itu."
"Iya terserahmu yang penting kamu bisa senang dan bahagia, udah sore nih yuk kita pulang."
"Iya ayok, eh bentar teleponku bunyi."
"Hallo Yul ada apa ya?"
"Nona di studio ada sedikit masalah cepat anda kemari!" terdengar suara Yuli yang mulai panik.
"Ok sebentar lagi aku sampai sana" Luli mematikan sambungan telepon.
"Ruby maaf ya aku enggak bisa nganter kamu sampai rumah kata Yuli di studio ada masalah dan kedengarannya di telepon tadi Yuli sangat panik."
"Iya enggak papa sudah sana nanti takutnya ada masalah yang serius, nanti kalau ada apa-apa hubungi aku ya siapa tahu aku bisa bantu" Luli mengangguk dan secepat kilat menuju mobilnya lalu mengendarainya dengan cepat menuju studio.
Sedangkan Ruby berjalan menuju ke halte bus yang untungnya berada tidak jauh dari taman. Setelah bus sampai di halte yang lumayan dekat dengan rumahnya Ruby segera turun.
Sampai di rumah ternyata Arzan sudah ada di dalam rumah sedang menonton televisi sambil meminum kopi. "Loh mas kok kamu jam segini udah pulang?" tanya Ruby.
Arzan itu tipe laki-laki yang senang bekerja, biasanya dia akan pulang jam sepuluh dan pulang paling cepatnya itu jam setengah sepuluh itu pun karena tidak ada jadwal lembur.
"Aku mengajukan pulang cepat karena akan menghadiri pesta tahunan yang diadakan teman-temanku."
"Pesta tahunan? memang pesta itu dilakukan dalam rangka apa?"
"Pesta itu seperti reuni untuk aku dan sahabatku, pesta itu di lakukan sekali dalam setahun tiap tahunnya pasti akan ada gilirannya nah pas saat ini pestanya berada di apartemen Yuda."
"Wah sepertinya seru! apakah aku boleh ikut mas?" Arzan mengerutkan keningnya tidak suka.
"Ngapain ikut disana cuman ada laki-laki enggak ada perempuan nanti pasti kamu disana cepat bosan."
"Ya enggak papa, aku bisa cepat kok berbaur sama laki-laki."
"Iya cepat berbaur banget bahkan sama model pria itu pun kamu udah pangku-pangkuan."
"Ya kan kerja ya harus profesional dong, kamu di kantor diam-diam memperhatikan aku ya?"
"Enggak, aku cuman enggak sengaja lihat aja."
"Masa sih perasaan ruangannya tertutup dan hanya bisa di lihat saat mengintip aja."
"Kurang kerjaan banget aku ngintipin kamu" Arzan melirik sebal ke arah Ruby.
"Udah enggak usah bahas itu sekarang tanya teman kamu aku boleh ikut apa enggak."
"Berani ya sekarang suruh-suruh aku!" walaupun ucapan Arzan terkesan marah tapi dia tetap menelpon Yuda untuk menanyakan hal itu. Ruby pun melihatnya tersenyum senang, dia mendengarkan percakapan Arzan dan Yudi dengan sungguh-sungguh.
Sesudah Arzan mematikan teleponnya Ruby langsung bertanya, "gimana apakah aku boleh ikut?"
"Iya boleh ikut nanti Yuda dan Yudi bakal bawa ceweknya juga kok tapi inget selama di sana jangan buat hal yang aneh-aneh" Arzan memberikan peringatan.
"Iya tenang aja, kita berangkatnya jam berapa?"
"Jam delapan, pokoknya jam segitu kamu harus sudah siap enggak ada ya aku nungguin kamu kalau kamu lama aku tinggal" Ruby menganggukan kepalanya.
"Kalau gitu aku istirahat dulu ya mas, oh iya kamu lapar enggak?" Arzan menjawab dengan gelengan.
Mendapat jawaban gelengan oleh Arzan membuat Ruby masuk ke kamarnya. Ruby mulai menghapus make-upnya lalu tidur hingga jam setengah tujuh. Dia segera bangun lalu mandi dan menggunakan rok warna hitam di atas mata kaki memiliki belahan hingga lutut dan di padukan dengan atasan warna putih.
Saat turun kebawah ternyata Arzan sudah siap, dia terlihat tampan mengenakan jas warna hitam dan kaos putih sebagai dalamannya. "Kamu lama."
"Ya maklum kan perempuan lagian ini juga belum jam delapan, gimana penampilan aku cantik enggak?"
"Biasa saja seperti perempuan pada umumnya" Ruby mendengus kesal mendengar jawaban dari Arzan yang kelewat datar.
"Kamu itu seharusnya puji aku biar aku senang."
"Enggak mau" jawab itu membuat Ruby tambah kesal dan geregetan.
"Ayo berangkat ini sudah jam setengah delapan" ajak Arzan.
Mereka pun berangkat menuju apartemen Yuda, sampai di sana sudah ada Yuda dan pacar barunya. "Mana yang lain kok belum datang?" tanya Arzan sambil bertos ria.
"Ngaret dikit kayaknya kamu tahu sendiri kan mereka sibuknya seperti apa."
"Iya tapi mereka udah kamu kasih tahu?"
"Udah dong jauh-jauh hari aku udah memberitahu mereka agar mengosongkan jadwalnya."
Yuda melirik Ruby yang setia berdiri di samping Arzan, "hai Ruby kita ketemu lagi" Ruby menjawab dengan anggukan dan tersenyum sopan.
"Ayo sini duduk dan nikmati hidangannya, oh iya kenalin nih pacar aku namanya Luna" Luna tersenyum kerah Ruby dan Arzan, Ruby pun juga membalas senyumannya.
Mereka berempat duduk di sofa sambil berbincang-bincang santai hingga terdengar suara pintu apartemen terbuka. Di balik pintu muncul dua orang pria dan satu orang perempuan.
"Hai bro kalian lama sekali hingga aku dan Arzan sudah puas makan makanannya" Yuda berdiri di ikuti juga oleh Arzan, mereka menghampiri kedua laki-laki itu yang mana adalah Yudi dan Akbar.
"Ayo sini duduk semua kita makan-makan dulu" Yuda sebagai tuan rumah cukup ramah dengan tamu-tamunya.
Pada saat para laki-laki sibuk berdiskusi membahas pekerjaan begitu pula dengan para wanita yang sudah mengakrabkan diri dan membahas seputar fashion saat ini. Jadi ruang tamu apartemen Yuda sangat ramai seperti pasar.
Saat mereka sudah mulai bosan mereka kemudian bermain truth or dare bersama-sama, peraturannya seperti biasanya saat botol di putar dan berhenti di salah satu orang maka orang itu harus memilih antara kejujuran atau tantangan. Mereka semua antusias dalam permainan ini.
Dalam putaran pertama botol itu berhenti kearah Yuda, "aku yang akan memberikan pertanyaan, kamu truth atau dare?" ucap Akbar.
"Aku milih truth aja deh, ayo kasih pertanyaan sama aku."
"Apakah kamu akan berhenti bermain perempuan dan akan tetap setia dengan Luna?" diberi pertanyaan seperti itu membuat Yuda langsung ketar-ketir.
"Enggak ada pertanyaan lain?" Akbar hanya menggeleng.
"Ayo sayang jawab" ucap Luna, dia penasaran dengan jawaban yang akan diberikan oleh Yuda.
"Aku milih minum aja deh" Yuda langsung menuangkan minuman yang memang sudah di siapkan di meja ke gelas yang cukup besar lalu menegaknya dengan sekali minum.
"Yah gimana sih kamu cuman jawab seperti itu aja enggak berani" semua orang bersorak kesal sedangkan Luna langsung kecewa, Ruby yang berada di sampingnya menepuk pundaknya memberikan semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments