BAB 3

Setelah bergelut dengan kuas makeup dan beauty blender akhirnya Ruby selesai mendandani Luli dengan cantik. "Nah sudah selesai coba buka mata kamu."

"Wah perfect sekali Ruby, kenapa kamu tidak membuka salon saja kalau kamu bisa mendandani aku secantik ini?"

"Kamu terlalu berlebihan Luli aku tidak sejago itu untuk membuat salon sendiri lagian kalau membuat usaha itu harus memiliki banyak modal sedangkan aku tidak punya uang sama sekali."

"Untuk masalah modal mah gampang aku bisa membantu kamu untuk lagian orang tua kamu aja enggak kalah kayanya dengan keluargaku kenapa kamu enggak minta bantuan orang tuamu saja?"

"Aku tidak enak Li, aku sudah menikah tidak seharusnya aku kembali merepotkan kedua orang tuaku kembali."

"Gini aja kalau kamu kepikiran akan membuat suatu usaha mending kamu langsung ngomong sama aku, aku siap kok untuk ngasih kamu modal."

"Makasih ya Li kamu sering banget bantu aku" Ruby tersenyum tulus kepada Luli.

"Iya memang tugas sahabat saling membantu satu sama lain, kamu tahu tidak jasa kamu untuk hidupku itu tidak main-main. kamu ingat kan dulu pas waktu SMA aku seperti apa?"

"Iya udah jangan di ingat-ingat lagi nanti malah membuat kamu sakit kembali, mending sekarang kita segera ganti baju deh karena waktu berjalan terus kalau tidak cepat-cepat kita bisa beneran telat" ucap Ruby mencoba mengalihkan pembicaraan saat melihat mata Luli mulai berkaca-kaca dan raut wajahnya mulai ketakutan.

"Haduh jadi lupa kan aku, ayo Ruby kita ganti baju tapi pilihkan baju aku dulu. Aku bingung pakai baju yang mana" Luli sadar dan menghapus air mata yang mulai tumpah.

Ruby pun segera memilihkan baju untuk Luli, pilihan Ruby jatuh pada gaun berwarna olive yang panjang sampai mata kaki yang ada belahan pada bagian bawah sampai di atas lutut, berlengan panjang dan berbelahan dada cukup rendah.

"Kamu memilihkan aku baju ini?" tanya Luli memastikan.

"Iya gimana kamu suka atau tidak?"

"Gaun pilihan kamu itu terlalu tertutup Ruby, coba pilihkan yang lebih seksi untukku."

"Ini sudah cukup seksi Luli masa mau mencari yang lebih seksi lagi, acara ulang tahun Brigitta itu di lakukan di rumahnya bukan di club, di sana pasti akan ada orang tuanya makanya aku pilihkan gaun yang itu dari sekian banyak gaun kamu yang sangat seksi itu" mendengar ocehan Ruby akhirnya Luli menurut walupun dengan gerutuan.

Saat Luli berganti pakaian Ruby pun juga berganti pakaian, Ruby malam ini menggunakan gaun berwarna hitam yang memiliki panjang di bawah lutut sedikit mengembang dan berlengan panjang yang sangat pas pada badan Ruby.

Setelah selesai akhirnya mereka berdua berangkat menggunakan mobil Luli, sesampainya di sana keadaan sudah mulai cukup ramai dengan orang-orang yang bercengkrama dan mencoba menjilat satu sama lain dengan ucapannya.

"Ternyata tamunya bukan hanya anak muda saja kenapa para orang tua juga ikut berpesta di sini?" tanya Luli dengan raut wajah sebal.

"Biarkan saja mungkin para orang tua itu relasi dari kelurga Brigitta."

"Tapi kalau banyak orang tua begini pasti banyak yang mencoba menjilat satu sama lain dan aku tidak suka."

"Sudah biarkan saja jangan terlalu di hiraukan kita nikmati saja pestanya dan jangan pedulikan mereka, bisakan?" Luli menjawab dengan anggukan dan bibir yang mencebik kesal.

Mereka menghampiri Brigitta dan bercepika-cepiki lalu memberikan hadiah yang mereka bawa masing-masing. "Selamat ulang tahun ya Brigitta semoga sehat selalu dan senantiasa bahagia" ucap Ruby.

 "Ya ampun kalian repot-repot banget sih bawaan aku hadiah padahal kehadiran kalian di sini itu sudah cukup, pasti aku akan selalu bahagia" ucap Brigitta dengan menampilkan senyum menawannya.

"Selamat ulang tahun ya Brigitta semoga enggak julid lagi ya jadi orang" sindir Luli dengan menampilkan senyumnya.

Mendengar perkataan Luli, Brigitta yang semula tersenyum ceria langsung berubah menjadi sinis kepada Luli. "Apa maksud kamu! huh...omong-omong makasih ya hadiahnya sekali lagi, kamu enggak ngasih hadiah murahan kan?" Brigitta mencoba menahan emosinya sendiri agar tidak terpancing dengan perkataan Luli.

"Kan memang seharusnya datang ke ulang tahun itu membawa hadiah ya nanti di saat kita tidak membawa hadiah pasti akan di cibir oleh orang-orang, tenang aja hadiah yang aku bawa itu enggak murahan seperti harga dirimu" ucap Luli menusuk.

"Siapa memang yang berani mencibir kalian apalagi kamu Luli, kamu kan terkenal dengan julukan macam liar yang selalu mencari masalah dan tolong jaga omongan kamu ya Luli, aku bisa saja mempermalukan kamu saat ini juga di sini" bisik Brigitta pada akhirnya kalimat tepat di telinga Luli.

"Pemilik acara atau tamu undangan pun bisa jadi, bahkan itu pernah terjadi bukan begitu Brigitta?" ucap Luli menatap mata Brigitta.

Brigitta yang di tatap seperti itu oleh Luli pun mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Oh iya kalian sudah mencoba hidangannya belum? makanan yang aku pesan untuk pesta hari ini sekelas bintang lima pasti kalian belum mencobanya" ucap Brigitta mengalihkan pembicaraan dan menekankan kata belum, seolah-olah Ruby dan Luli belum pernah mencoba makanan bintang lima.

Saat Luli akan membalas perkataan Brigitta, Ruby lebih dulu menghentikannya dengan meremat tangan Luli agar berhenti membalas perkataan Brigitta. "Oh iya? baiklah kita kan mencoba makanannya dulu ya" Ruby menarik tangan Luli untuk segera mengikutinya pergi dari hadapan Brigitta.

Setelah menjauh dari Brigitta, Luli menghempaskan tangan Ruby dengan sedikit kasar. "Kamu kenapa sih cegah aku untuk ngelawan dia!"

"Aku nyegah kamu agar kamu tidak membuat keributan di pesta orang, aku enggak mau citra kamu buruk di hadapan banyak orang. Jadi tolong tahan emosi kamu ya" Ruby memohon sambil menampilkan puppy eyes yang mana paling ampuh menaklukkan amarah Luli.

"Baik aku akan mencoba menahan emosiku tapi aku tidak bisa berjanji ya" Ruby menghela nafas pasrah.

"Ayo kita coba makanannya siapa tahu bisa membuat emosi kamu turun dengan cepat" Ruby kembali menggeret Luli ke stand makanan. Ruby yang melihat banyak makanan berbinar bahagia dan sangat antusias sedangkan Luli tidak menampilkan raut berselera sama sekali.

"Sepertinya aku tidak selera dengan makanan yang di sediakan di sini."

"Kenapa? kamu tidak suka atau sedang diet saat ini?" Ruby bertanya dengan bingung karena tidak biasanya Luli tidak berselera dengan makanan. Biasanya Luli itu selalu antusias dengan semua makanan apalagi yang enak-enak begini.

"Aku enggak selera karena makanan itu dari Brigitta" ucap Luli malas.

"Astaga kamu jangan seperti itu dong, ayo sini kita icip-icip makanan di sini aku tahu kok kamu sebenarnya lapar" akhirnya dengan segala bujuk rayu Ruby Luli mau mencicipi makanan dengannya.

Terpopuler

Comments

💫0m@~ga0eL🔱

💫0m@~ga0eL🔱

yg tertutup itu lebih bagus kelees

2024-10-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!