BAB 12

Saat Arzan tidak ada di rumah, Ruby tetap bangun pagi dan memasak sarapan seperti biasanya. Sesudah semua urusan rumah selesai Ruby pun bersiap untuk bekerja. Sebelum berangkat kerja Ruby sebisa mungkin menutupi bekas tamparan Arzan dengan makeup hingga tersamarkan.

Sebelum ke perusahaan Ruby terlebih dahulu ke studio Luli. Sampai sana Luli langsung mencerca banyak pertanyaan ke Ruby karena milihat tangannya dililit dengan kain kasa.

"Tangan kamu kenapa Ruby? kok bisa sampai di lilit kain kasa begini? kamu pasti pecicilan ya di rumah sampai luka? sakit enggak tangan kamu? udah periksa ke dokter belum?" Luli memegang tangan Ruby sambil meringis.

"Tenang Li aku enggak luka parah kok tanganku ini hanya tergores pecahan kaca tadi malam tenang aja mungkin beberapa hari juga bakalan sembuh kok" ucapnya mencoba menenangkan Luli yang setiap dia terluka pasti panik minta ampun.

"Beneran? gimana kamu bisa pemotretan enggak hari ini? kalau kamu enggak bisa tenang aja aku bisa batalin kok."

"Kamu enggak boleh seperti itu Luli nanti studio kamu di anggap tidak profesional aku bisa kok menjalani pemotretan hari ini."

"Bener kamu bisa?" Ruby tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Mereka pun pergi ke perusahaan Prambudi, sampai di sana mereka langsung menuju divisi pemasaran. Di sana sudah ada Arizal yang sudah menunggu.

"Selamat pagi" sapa Ruby dan Luli bersama-sama kepada Arizal.

"Selamat pagi, apakah kalian sudah sarapan?"

"Sudah pak Arizal, mending sekarang kita mulai saja pemotretannya" ucap Luli.

"Kenapa cepat-cepat nona Luli, bagaimana kalau kita ngopi-ngopi dahulu diselingi dengan obrolan ringan."

"Maaf pak Arizal kita di sini kerja bukan untuk mengobrol" ucap Luli sarkas di barengi lirikan tajam.

"Ouh hati sakit mendengar penolakan dari anda, bagaimana dengan nona Ruby apakah anda mau?"

"Ruby jangan dengarkan dia, maaf pak Arizal mending kita segera memulai pemotretannya saja" Arizal terkekeh.

"Ya sudah kalau begitu kita mulai saja pemotretannya sekarang" orang-orang yang bekerja di bawah Arizal pun mengikuti perintahnya lalu menyiapkan peralatan pemotretan.

Pemotretan pun di mulai, Ruby berganti pakaian hingga beberapa kali. Ruby juga mulai luwes berpose di depan kamera bahkan sudah seperti model papan atas. Sampai Luli yang melihatnya terkagum-kagum, Ruby berpose seperti dewi di depan kamera sangat anggun dan cantik.

"Kita berhenti dulu ini sudah waktu istirahat siang" ucap Arizal.

Semua meletakkan alat yang mereka pegang lalu keluar dari ruangan menuju ke kantin. "Ruby kamu mau makan siang apa?" tanya Luli, dia menghampiri Ruby yang sedang duduk disalah satu kursi lipat.

"Makan apa aja deh yang penting bisa ngenyangin perut."

"Aku beliin dulu ya di kantin."

"Enggak usah, mending kita ke kantin bareng aja aku juga pengen lihat-lihat area perusahaan ini."

"Ya udah ayok" mereka berjalan beriringan menuju ke kantin. sampai sana kantin sudah sangat ramai dengan karyawan. Di kantin ini memiliki stand makanan yang cukup banyak dan beragam membuat Ruby dan Luli lapar mata.

"Kamu mau makan apa Li?" tanya Ruby yang berada di sebelah Luli, mereka masih berdiri belum mencari meja untuk makan.

"Enggak tahu, rasanya aku pengen ambil semuanya deh."

"Sama aku juga" mata mereka masih menatap ke stand-stand makanan.

"Loh kalian belum ambil makan?" tanya Arizal saat melihat Ruby dan Luli yang hanya berdiri diam

"Kita bingung mau ambil makanan apa karena pilihannya banyak banget, loh kamu juga kok baru di kantin perasaan tadi kamu keluar lebih dulu deh" ucap Ruby.

"Tadi aku ke ruangan ayah dulu terus baru ke sini, kalau kalian mau semuanya tinggal ambil saja tenang semua makanan di kantin perusahaan ini gratis" mendengar bahwa semua makanannya gratis membuat Ruby dan Luli senang seketika.

"Makasih sudah memberitahu kalau gitu kita ambil makanan dulu" ucap Luli dengan menampilkan senyum cantiknya.

Arizal sempat tertegun sejenak melihat senyum Luli, biasanya wanita itu hanya menampilkan wajah sinis dan jijik ke arahnya. Arizal mengangguk mempersilahkan mereka.

Ruby dan Luli kalap, semua makanan mereka ambil hingga isi dalam piring mereka menggunung. Beberapa orang melihat piring yang di bawa Ruby dan Luli kaget melihat porsi makannya yang besar tapi badannya kecil.

"Wah banyak juga kita ngambil makanannya."

"Udah enggak papa, makanan gratis jangan sampai terlewatkan jarang juga kan kita makan gratis dan bisa ambil sepuasnya seperti ini" ucap Luli.

Mereka mulai makan tanpa mengeluarkan suara, beberapa menit kemudian makanan mereka pun tandas. "Ahh...kenyangnya perutku ini" Ruby mengelus perutnya yang sedikit membuncit sambil menyenderkan tubuhnya ke senderan kursi.

Hueeekgh(Suara sendawa Luli).

"Sama Ruby perutku juga kenyang banget, sungguh makanan di sini tidak ada yang mengecewakan lidah" Ruby mengangguk setuju.

"Oh iya btw tangan kamu masih sakit enggak?" tanya Luli.

"Udah enggak sakit kok tenang aja enggak perlu khawatir begitu" ucap Ruby santai.

"Nanti kalau saat pemotretan tiba-tiba tangan kamu sakit kamu langsung ngomong sama aku ya?"

"Iya, udah jangan mikirin itu lagi ayo kita kembali ke tempat pemotretan sepertinya juga jam makan siang akan segera berakhir" mereka kembali ke divisi pemasaran dengan perut kenyang dan hati yang senang.

"Gimana makanannya apakah enak-enak semua?" tanya Arizal sesudah menghampiri mereka yang baru masuk ruangan.

"Enak-enak semua enggak ada yang mengecewakan sama sekali di lidah!" ucap Ruby dengan semangat.

"Iya terlihat dari perut kalian yang sedikit membuncit itu" Arizal terkekeh dan menunjuk perut mereka berdua.

Melihat Arizal sedang mengejek membuat Luli memberikan tatapan tajam. "Memang ada masalah dengan itu pak Arizal?" tanya Luli sarkas.

"Ouh tidak sama sekali, anda jangan salah paham. Ayo kita mulai pemotretannya" Arizal menghindari segera menghindari pertanyaan Luli lagi.

Pemotretan pun dilakukan kembali hingga pukul 16.00, setelah itu Ruby dan Luli pun langsung bergegas pulang. Saat berada tidak jauh dari lift mereka melihat Arzan, dia sedang bercengkrama dengan seorang perempuan.

"Loh Ruby itukan suami kamu kan? dia kerja di sini?" tanya Luli mencoba memastikan.

"Iya."

"katamu pas itu belum tahu, oh iya bisa aja dia ngomong sama kamu di rumah."

"Dia enggak pernah ngomong, aku juga baru tahu kemarin."

"Kemarin? kok cuman kau yang tahu aku sama Yuli enggak tahu tuh?"

"Halah enggak usah di bahas ayo kita masuk ke dalam lift, liftnya sudah terbuka. Tapi selama di dalam lift nanti kamu jangan banyak omong ya" Luli akan bertanya tapi tangan Ruby sudah lebih dulu menggeretnya, akhirnya mereka buru-buru masuk ke dalam lift, saat baru masuk Ruby dan Arzan saling bertatapan. Air muka Arzan terkejut melihat keberadaan Ruby di sini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!