"Arzan kok kamu bisa seperti ini? bukannya tadi masih ngerjain laporan kantor?"
"Club" ucap Akbar singkat yang tidak di pahami Ruby.
"Club? suami saya ke club?" tanya Ruby memastikan.
"Hmm...tadi."
"Ya udah sini bawa masuk ke kamarnya, anda bisa membantu saya membawa Arzan?" di jawab anggukan oleh Akbar.
Akbar menggotong Arzan kembali ke kamarnya, Arzan meracau tidak jelas dalam gotongan Akbar. "Taruh sini mas" Ruby menata ranjang Arzan.
"Haduh makasih ya mas udah bantuin saya dan maaf ya sudah merepotkan masnya."
"Tidak masalah, saya pulang."
"Iya mas, mari saya antarkan sekali lagi terima kasih ya" di jawab anggukan lagi oleh Akbar. Setelah mengantar Akbar ke depan Ruby kembali lagi ke kamar Arzan melepas sepatunya dan memposisikan badannya di tengah ranjang lalu di selimuti hingga dada.
Saat akan meninggalkan kamar tiba-tiba saja Arzan bangun dari gesturnya seperti akan muntah. Buru-buru Ruby menghampirinya dan membawa ke kamar mandi. Sampai kamar mandi Arzan langsung memuntahkan isi perutnya di wastafel.
"Dari bau mu sepertinya kamu minum terlalu banyak, kenapa kamu tidak bilang saat akan ke club?"
"Buat apa aku bilang dengan kamu, izin kamu tidak penting untukku" ucap Arzan tidak sadar karena sudah di kuasai oleh minuman.
"Ayo kamu kembali ke ranjang" semula Ruby ingin membantu Arzan tapi di tolak olehnya.
Arzan berjalan keluar dari kamar mandi dengan sempoyongan dan hampir terhantuk pintu, untung saja Ruby dengan sigap menahannya. "Udah mabuk berat tapi di bantuin jalan enggak mau" gerutu Ruby pelan.
Ruby merebahkan Arzan kembali ke ranjang dan menyelimuti lagi. Saat Ruby akan pergi tiba-tiba saja tangan Arzan menahannya. "Tolong jangan pergi" igau Arzan.
Ruby mencoba melepaskan tapi malah pegangan Arzan pada tangannya tambah kuat. "mas tolong lepaskan tanganku aku mau kembali ke kamar."
"Jangan pergi tolong jangan" Ruby menghela nafas lalu tidur di samping Arzan, setelah itu Arzan kembali tenang tidak mengigau lagi hanya saja keringat dingin keluar di dahinya.
Sekitar jam tiga pagi Ruby terbangun karena merasakan hawa di sampingnya panas. Ruby mengecek suhu badan Arzan dan ternyata hawa panas itu berasal dari Arzan yang sedang demam saat ini. Ruby bangkit dari ranjang dan berlalu ke dapur mengambil air dingin untuk mengompres Arzan.
Ruby dengan telaten mengompres dahi Arzan dengan kain dan menggantinya beberapa menit sekali hingga pagi. Ruby tidak tidur kembali, dia mengurus Arzan hingga demamnya turun. Setelah di rasa turun, Ruby pun ke dapur membuat sarapan dan bubur untuk Arzan.
Arzan yang terbangun bingung melihat kain yang berada di dahinya, Arzan melepaskannya dan berusaha bangun tapi kepalanya yang pusing dan berat itu membuat Arzan berhenti sejenak agar pusingnya hilang dulu. Setelah mendingan Arzan lalu ke kamar mandi untuk bersiap-siap ke kantor. Sesudah siap Arzan langsung keluar dari kamar lalu menuju meja makan.
"Loh kamu udah bangun, gimana badan kamu udah enakkan?" Ruby menghampiri Arzan lalu menempelkan telapak tangannya ke dahi Arzan dan di tepis olehnya.
"Apa-apaan sih kamu" Arzan memang selalu begitu, selalu menolak kontak fisik dengan Ruby.
..."Aman sudah kembali ke suhu normal, kamu kenapa sih aku hanya mengecek suhu tubuhmu, tadi pagi tiba-tiba saja badan kamu demam lumayan tinggi untung saja enggak lama setelah aku kompres suhu tubuh kamu kembali normal."...
"Kok kamu bisa tahu kalau aku demam, apa kamu masuk ke dalam kamar ku?" tanya Arzan menyelidik.
"Aku tadi malam sempat tidur di kamar kamu..."
Mendengar itu membuat Arzan langsung marah, "lancang kamu! kenapa berani-beraninya masuk ke kamar aku dan bahkan kamu tidur di sana! siapa yang mengizinkan kamu!"
"Aku tidur di kamar kamu karena kamu sendiri yang minta sendiri lagian aku enggak seberani itu masuk dan tidur ke dalam kamar kamu."
"Kapan aku meminta kamu tidur di kamarku? kamu jangan mengada-ada ya!"
"Aku tidak mengada-ada, biar aku ceritakan dahulu sini kamu duduk" Arzan duduk di meja makan dan Ruby menceritakan kejadian semalam saat Arzan mabuk dan memintanya untuk tidur di kamarnya.
"Nah begitu ceritanya, kamu kenapa sih tadi malam mabuk? apa kamu sedang ada masalah. Biasanya sih orang yang sedang ada masalah akan melampiaskan ke minuman sampai mabuk."
"Kamu itu terlalu sok tahu, udah aku mau berangkat kerja."
"Eh kamu berangkat kerja sih emang badan kamu udah sehat?"
"Udah" ucap Arzan singkat dan berlalu pergi.
"Susah banget di bilangin laki-laki satu itu, oh iya lupa bekalnya belum aku kasih" Ruby mengambil tas bekal yang selalu Arzan bawa dan berlari menyusul Arzan ke depan.
"Mas bekalnya belum kamu bawa!"
"Enggak usah" Arzan tidak menerima sodoran tas bekal dari Ruby. Dia hanya meliriknya dan masuk ke dalam mobilnya.
Ruby tetap tidak menyerah dia tetap memaksa Arzan agar membawa bekalnya. "Mas di bawa dong bekalnya buat makan di kantor lagian kamu belum sempat sarapan kan?" tidak ingin mendengar suara cerewet Ruby akhirnya Arzan membawa bekal itu dengan terpaksa.
Setelah itu Ruby menjalankan aktivitasnya seperti biasanya yaitu membersihkan rumah. Beberapa jam kemudian kegiatan bersih-bersih rumah akhirnya selesai. Selesai itu Ruby membersihkan tubuhnya agar kembali segar. Sesudah itu dia duduk di ruang tamu, karena bosan akhirnya Ruby menghubungi Luli dan langsung di jawab.
"Ada apa Ruby? kenapa kamu menghubungi aku jam segini?" tanya Luli, karena biasanya jam segini Ruby masih berkutat dengan kegiatan bersih-bersihnya.
"Aku bosan banget nih di rumah, oh iya kamu ada di mana sekarang?"
"Aku lagi di studio foto seperti biasa berpose di depan kamera."
"Eh maaf aku jadi ganggu kamu, kalau gitu aku matiin ya."
"Sebentar Ruby, kamu tadi bosan kan?"
"Iya, makanya aku nelpon kamu."
"Di studio foto saat ini membutuhkan satu model lagi, apakah kamu mau menjadi model?"
"Kamu itu ada-ada saja sih Li, aku itu enggak bisa pose di depan kamera malah kamu suruh jadi model pasti nanti malah kacau."
"Dulu kan kamu pernah jadi model pasti bisa pose dong."
"Ya ampun Luli aku jadi model itu saat masih kecil dan sekarang aku udah dewasa lupa bagaimana cara berpose di depan kamera."
"Halah cuman pose aja loh, tenang aja aku nanti akan mengarahkan kamu. Mau ya Ruby, tolong banget nih."
Mendengar nada permohonan Luli membuat Ruby tidak tega. "Ya udah kalau gitu aku mau tapi nanti kalau hasilnya jelek jangan salahkan aku ya."
"Hasilnya enggak mungkin jelek kamu jangan pesimis gitu dong, aku tunggu kamu di studio ya!" Ruby menjawab dengan deheman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments