Pagi harinya Ruby beraktifitas seperti biasanya, tapi pagi ini wajah Ruby tampak berseri dan bersemangat. Sedari tadi Ruby tidak melunturkan senyumnya sama sekali dari wajahnya. Dia juga sudah tidak marah dengan Arzan lagi, dia juga akan bersikap biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa semalam. Ketika meletakkan sarapan di meja makan bertepatan juga dengan Arzan yang baru saja masuk ke dapur.
"Mas sudah mau ke kantor?"
"Hmm...semalam siapa yang mengantarkan aku pulang?"
"Mas Yuda temennya mas, oh iya mas ini aku buatkan peppermint tea buat kamu."
"Hmm...makasih ya kamu tahu aja kalau kepala ku pusing. Oh iya semalam enggak terjadi apa-apakan sama aku misalnya aku berbuat aneh-aneh gitu?"
"Semalam kamu enggak sadar?"
"Ya enggak lah aku kan semalam mabuk gimana sih kamu."
Raut berseri dari wajah Ruby meredup mendengar dari perkataan Arzan. "Jadi semalam kamu enggak ingat semua yang kamu lakukan?"
"Ya enggak lah, eh apa aku berbuat aneh-aneh?"
"Kamu enggak berbuat aneh-aneh kok" jawab Ruby sambil memaksakan senyum.
"Syukurlah kalau begitu" Arzan langsung sarapan begitu juga dengan Ruby. Mereka tidak berbicara lagi dan fokus sarapan.
Hati Ruby kecewa karena Arzan melupakan begitu saja kejadian semalam. Sebenarnya Ruby ingin mengatakan kejadian itu tapi di takutnya Arzan tidak percaya dan menganggapnya mengada-ada.
"Mas aku berangkat bareng kamu boleh enggak?"
"Enggak bisa nanti ketahuan orang kantor malah bahaya" Arzan menggelengkan kepalanya.
"Nanti kan kamu bisa nurunin aku agak jauh dari kantor supaya orang-orang enggak tahu" Ruby terus bersikeras.
"Aku tetap enggak mau mending kamu berangkat sama temen kamu itu, aku berangkat" tetap kekeh pada pendiriannya lalu pergi ke kantor seorang diri. Ruby hanya bisa menghela nafas setelah itu dia menghubungi Luli.
"Gimana By?"
"Aku berangknya langsung ke kantor apa ke studio kamu dulu?"
"Langsung ke kantor aja, oh iya By maaf aku enggak bisa jemput karena sekarang ini aku lagi nganterin mama aku ke bandara. Nanti kita ketemu di sana aja ya."
"Iya enggak papa santai aja, ok"
"Ya udah aku tutup teleponnya" Ruby membalas dengan deheman.
Ruby langsung memesan ojek online, setelah drivernya sampai Ruby segera berangkat ke kantor. Sampai di kantor Ruby langsung menuju divisi pemasaran, di sana ada seorang laki-laki yang sedang mengedit foto seorang diri.
Ketika Ruby membuka pintu laki-laki itu menoleh kearahnya dan memberikan senyum. Ruby pun membalas senyum laki-laki itu.
"Loh mbaknya sendiri aja? temennya yang kemarin kemana?" tanya laki-laki itu basa-basi.
"Lagi ada urusan sebentar lagi mungkin dia sampai ke sini."
laki-laki itu manggut-manggut mengerti, "Oh iya mbak perkenalkan nama saya Aslan, kemarin kita belum sempat kenalan kan mbak" Aslan mengulurkan tangannya dan Ruby menerima jabatan tangan Aslan.
"Kok kamu kerja sendiri di sini?" memang belum ada orang yang mulai bekerja, semua orang juga belum datang sepenuhnya. Yang sudah datang pun pada melipir ke kantin untuk sarapan.
"Iya ini lagi nyelesain kerjaan kemarin yang ketunda, oh iya mbak udah sarapan belum?"
"Sudah tadi di rumah kalau kamu?"
"Belum sih, nanti ajalah sarapannya gampang" Ruby hanya mengangguk.
"Btw mbak kok bisa cantik banget sih?"
"Kamu bisa aja, aku enggak cantik-cantik banget kok."
"Beneran mbak aku enggak bohong."
"Dasar kamu buaya ya! sorry aku enggak mempan sama rayuan kamu" Aslan terkekeh mendengar ucapan Ruby.
Mereka pun asik ngobrol berdua dan bercanda ria hingga Luli dan karyawan lain datang. Luli langsung menghampiri Ruby, "kamu udah lama sampainya?" tanya Luli.
"Udah lumayan lama sih."
"Terus laki-laki itu siapa? kamu kenal dia? kok kamu bisa dekat gitu sama dia?" tanya Luli beruntun berbisik di samping Ruby.
"Kenalin nih namanya Aslan" merasa namanya di sebut Aslan mendongak lalu tersenyum kearah Luli.
"Jangan permalukan aku By" bisik Luli.
"Aslan teman aku pengen kenalan sama kamu nih" Luli langsung mencubit tangan Ruby.
"Oh iya? kenalin mbak saya Aslan" Aslan mengulurkan tangannya, Luli pun menerima uluran tangan Aslan dengan malu-malu.
"Saya Luli" Senyum Luli merekah.
"Wah ada apa nih pagi-pagi udah bahagia aja?" tanya Arizal yang baru saja masuk ke dalam.
Senyum Luli langsung luntur dan di gantikan lirikan sinis. "Apaan kamu ikut-ikut aja! kamu enggak di ajak ya!"
"Galak banget mbak" Luli tidak memperdulikan.
"Ayo By kita makeup dulu sebelum pemotretan" Luli menggeret Ruby pergi.
"Jutek amat jadi cewek tapi semakin jutek malah semakin menarik, Aslan kamu jangan dekat-dekat dengan yang namanya Luli ya."
"Memang kenapa ya pak?"
"Itu cewek udah aku tandain, ingat jangan dekat-dekat dia!"
"Iya pak" ucap Aslan patuh.
Semua orang mulai bekerja pada bagiannya masing-masing, Ruby juga sudah siap untuk pemotretan. Saat sedang istirahat sebentar Ruby di datangi Arizal, "Ruby dimana Luli?"
"Luli sedang keluar tadi, ada apa?"
"Aku ingin memberitahu saja bahwa besok akan ada satu model lagi yang akan pemotretan bersama kamu" Ruby mengerutkan keningnya.
"Mulai besok?"
"Iya bagaimana apakah kamu tidak keberatan?"
"Tidak sama sekali, kalau boleh tahu modelnya nanti laki-laki atau perempuan?"
"Laki-laki, kalau misalnya kamu pemotretan sama dia pacar kamu enggak marah kan?"
"Tenang aja aku enggak punya pacar kok" 'tapi punya suami' lanjut Ruby dalam hati.
"Ok kalau kamu udah setuju aku tinggal bilang sama Luli dan menambah poin kontak" sesudah mengatakan itu Arizal pergi.
Tidak terasa jam pulang kerja sudah tiba, Luli dan Ruby pulang bersama tapi sebelum itu dia mampir ke kantin untuk membeli makanan pengganjal perut. Sesudah itu mereka menuju lift, saat berada akan berbelok menuju mereka mendengar ada orang yang mengobrol serius.
Sangking keponya mereka mengintip siapa gerangan yang mengobrol itu. mereka berdua saling pandang lalu mengangguk sepakat untuk mendengarkan obrolan itu.
"Kakak sampai kapan sih enggak mau mimpin perusahaan ini kasihan ayah udah tua seharusnya dia udah istirahat di rumah."
"Kakak belum siap kalau tahun ini mungkin kalau tahun depan kakak bisa!"
"Baik nanti aku akan ngomong sama ayah, oh iya ibu beberapa kali nanya sama aku dimana kakak tinggal sekarang?"
"Kamu enggak perlu tahu."
"Kakak kenapa sih menjadi tertutup begini padahal kita ini saudara kandung kak! lagian kenapa kakak juga enggak pernah main atau pulang ke rumah, memang kakak enggak kangen dengan ibu?"
Ruby dan Luli yang mendengarkan itu sedari tadi pun kaget. Mereka tidak percaya dengan apa yang mereka dengar, kakak? adik?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Uthie
Wahhh.. parah... rahasia besar yg sangat menyakiti Ruby pasti nya 😡
2024-08-10
0