Sebelum ke dapur Ruby meletakkan jas dan tas Arzan ke kamarnya Arzan sendiri. Setelah itu Ruby membuat kopi susu permintaan Arzan dan langsung menaruhnya ke meja televisi. Ruby menonton televisi sambil menunggu Arzan kembali. Sekitar lima menit kemudian Arzan ke ruang televisi dengan keadaan yang sudah segar.
"Ini mas kopinya, kamu belum makan belum?"
"Udah tadi di kantor" Arzan duduk di sofa lalu menyeruput kopinya perlahan.
"Mas aku ada sesuatu untuk kamu, tunggu bentar ya" Ruby pergi dari ruang televisi lalu masuk ke kamarnya, Arzan tidak menyahuti dia hanya menaikkan satu alisnya.
Tidak lama kemudian Ruby kembali dengan membawa sebuah kotak di tangannya. "Ini buat kamu mas semoga kamu suka" Ruby memberikan kotak itu kepada Arzan.
"Ini apa?" tanya Arzan sambil menatap kotak itu.
"Buka aja kalau penasaran, itu barang yang biasa mas gunain" tidak mau penasaran Arzan pun membuka kotak itu, ternyata di dalam terdapat sebuah dasi berwarna abu-abu dengan garis-garis yang berwarna silver.
"Gimana kamu suka enggak sama dasinya mas?" tanya Ruby antusias.
"Kamu dapet uang darimana sampai bisa beliin aku dasi yang cukup mahal ini, aku tahu dasi ini bukan merek sembarangan yang biasa orang-orang pakai. Kamu beliin aku dasi ini menggunakan uang bulanan ya?"
"Aku enggak gunain uang bulanan kok mas tenang aja."
"Terus kamu beli dasi ini pakai apa? pakai daun?"
"Itu tadi aku di traktir oleh Luli, dia suruh aku beli apa aja yang aku pengen dan aku inget kamu jadi aku beliin dasi dong."
"Jadi kamu ngasih dasi ini ke aku hasil minta-minta? nih ambil balik dasinya aku enggak sudi pakai dasi dari hasil minta-minta" Arzan melempar dasi itu ke wajah Ruby.
"Tapi mas..."
"Udah diam, kamu itu cuma bisa malu-maluin aku ya! nyesel aku nikah sama kamu!" Arzan berdiri dari sofa akan meninggalkan ruang televisi tapi di cegah oleh Ruby.
"Mas aku mau izin kerja sama Luli."
"Ya udah sana kerja! malah bagus kalau kamu kerja jadi kamu enggak numpang gratis dan jadi beban di sini!" setelah mengatakan itu Arzan pergi ke kamarnya.
Ruby mulai meneteskan air matanya yang sudah dia tahan sedari tadi. Hatinya sakit mendengar semua perkataan yang di lontarkan oleh Arzan. Ruby hanya berniat memberikan hadiah kepada Arzan karena semenjak menikah dia sama sekali tidak pernah memberikan hadiah untuknya.
Setelah menenangkan dirinya, Ruby pun kembali ke kamarnya dan menghubungi Luli bahwa dia setuju untuk menjadi model brand pakaian Luli. Luli senang mendengar Ruby setuju, Luli pun menyuruhnya untuk mulai bekerja besok. Ruby merebahkan tubuhnya dan berusaha untuk segera tidur.
Pagi harinya Ruby terbangun jam enam pagi yang mana menurut Ruby bangunnya terlalu siang. Buru-buru ke dapur dan memasak nasi goreng yang menurutnya paling simple, sesudah membuat sarapan Ruby pun mandi dan bersiap-siap berangkat ke studio Luli.
"Mas kamu enggak sarapan dulu?" walaupun ucapan Arzan menyakitkan semalam tapi Ruby berusaha melupakannya dan bersikap seperti biasanya.
"Males, enggak nafsu" Arzan cuman melirik sebentar nasi goreng di atas meja dan berlalu begitu saja, akhirnya Ruby membawakan bekal kembali.
"Mas bekalnya jangan lupa di bawa" Ruby memaksa Arzan kembali untuk membawa bekalnya.
"Besok-besok lagi kamu enggak usah bawain aku bekal, ngerti kamu!" walaupun begitu Arzan tetap membawa bekalnya.
Setelah Arzan berangkat Ruby pun juga berangkat ke studio Luli, untung saja ojek yang dia pesan sudah sampai jadi dia tidak perlu menunggu.
"Ayo pak berangkat" Ruby memakai helm dan motor mulai melaju. Di perjalanan jalanan mulai macet tapi untung saja tukang ojek itu melewati jalan tikus yang jarang orang ketahui jadinya Ruby sampai studio tepat waktu.
Sampai studio Ruby pergi ke ruangan Luli terlebih dahulu, dia ingin menanyakan bagaimana kontrak kedepannya dan perjanjian yang harus di tanda tangani. Sebelum masuk ke ruangannya Ruby bertemu dengan asisten Luli yang juga sudah mengenal Ruby, meja kerjanya berada di depan ruangan Luli.
"Yuli apakah Luli sudah sampai?"
"Nona Luli sudah berada di ruangannya, tadi nona Luli juga berpesan agar anda segera ke ruangannya. Silahkan anda masuk" Ruby menganggukan kepalanya.
Ruby segera masuk ke dalam ruangan Luli karena sudah di tunggu di dalam. "Akhirnya kamu datang juga, duduk sini Ruby" Luli mempersilahkan Ruby duduk di kursi yang berada di depan mejanya.
"Bagaimana Li dengan kontrak kerja selama aku kerja di sini?" tanya Ruby to the point.
"Ini sudah aku siapkan, tenang aja enggak bakal memberatkan kamu. Kamu baca dulu saja kalau kamu setuju tanda tangan di sini" Luli memberikan dua lembar kertas yang ada materai di atasnya.
Ruby membaca kontraknya terlebih dahulu sebelum menandatangani, setelah membaca semuanya Ruby pun membubuhkan tanda tangannya di atas materai.
"Nah dengan begini kamu sudah resmi menjadi salah satu modelku, sekarang kamu ikut meeting dengan ku yuk!"
"Ikut kamu meeting? aku kan cuman model kamu."
"Kebetulan saat ini ada yang mau bekerja sama dan menyewa model dari studio ini, yang mengajak kerjasama itu sebuah perusahaan besar. kan mending buat pengalaman dan portofolio kamu ke depannya, gimana kamu mau kan?"
"Memang kamu enggak takut kalau nanti aku mengecewakan kamu, secara kan itu perusahaan besar yang pasti perlu model dengan jam terbang tinggi sedangkan aku baru aja mulai menjadi model"
"Kamu enggak usah berkecil hati seperti itu, ayo cepat kita berangkat" dengan paksaan Luli akhirnya Ruby mau ikut bersamanya.
Mereka bertiga naik mobil bersama Yuli yang menyetir mobil, Ruby duduk di samping Yuli dan Luli berada di belakang seorang diri. Sampai di sana memang benar apa yang di katakan oleh Luli. Perusahaan itu sangat besar dan memiliki tujuh belas lantai.
Ruby yang melihat itu takjub karena dalam lobby kantornya saja sangat futuristik. Mereka menuju resepsionis menanyakan tempat petinggi perusahaan. Resepsionis itu pun mengantarkan mereka ke lantai tujuh belas, ternyata petinggi perusahaan itu telah menunggu mereka.
"Permisi pak, maaf membuat anda menunggu lama" ucap Luli tersenyum seramah mungkin lalu berjabat tangan dengan petinggi itu, begitu pun Ruby juga Yuli.
"Tidak apa, silahkan duduk kalian ingin minum apa biar saya panggilkan sekertaris saya" tawar petinggi perusahaan itu dengan ramah.
"Tidak usah pak nanti malah merepotkan" ucap Luli.
"Sudah tidak apa, setiap tamu di sini harus di jamu dengan baik jadi tidak perlu sungkan. Sebentar saya hubungi sekertaris saya" petinggi perusahaan itu memencet interkom yang langsung terhubung ke sekertarisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments