BAB 14

"Lihat imbas dari perbuatan buruk kalian ini Ruby yang tidak tahu apa-apa menjadi korbannya" Akbar mulai marah.

"Arzan bagaimana keadaan Ruby setelah semalam?" tanya Yuda.

Belum sempat Arzan menjawab Akbar bertanya terlebih dahulu, "apa yang kamu lakukan Arzan?"

"Aku menjambak, menampar dan mendorongnya ke arah pecahan kaca" ucap Arzan tanpa raut bersalah.

Setelah ucapan itu wajah Arzan menerima bogeman mentah dari Akbar beberapa kali hingga Yuda dan Yudi memisahkan mereka. "Lepasin! aku belum puas pukulin dia!" Akbar memberontak dalam cekalan Yudi.

"Kalau kamu mukulin dia terus dia bisa mati!"

"Biarin!" Akbar tidak mau kalah dia terus-terusan memberontak hingga akhirnya Yudi membawanya keluar dari club.

Sementara itu Arzan diam tak berdaya di sofa dengan wajah yang sudah banyak lebam. "Kenapa Akbar bela Ruby segitunya sih?"

"Karena kamu salah Arzan."

"Salah dari mana coba? aku cuman tidak mau barang kenangan dengan Chelsea rusak begitu saja" Yuda tidak menanggapinya, dia diam memperhatikan Arzan yang terus-menerus minum.

Hingga Arzan tepar tak berdaya diatas sofa, dia meracau tidak jelas. "Zan ayo kita pulang" ucapan Yuda hanya dibalas gumaman oleh Arzan.

Yuda mulai membopong tubuh Arzan dan segera memasukkannya ke dalam mobil. Yuda memutuskan untuk mengantarkannya menuju rumah Arzan, dia malas membawa Arzan ke rumahnya pasti akan merepotkan.

Sampai di rumah Arzan Yuda memencet bel beberapa kali hingga muncul Ruby dari balik pintu. "Ada apa ya?"

"Ini aku nganterin suami kamu" Ruby melirik Arzan yang masih di bopong oleh Yuda dengan muka yang banyak lebam.

"Ya udah sini mas tolong bawa masuk" Yuda membawa tubuh Arzan menuju kamarnya.

"Makasih ya mas, maaf merepotkan. Mas ini siapa ya?"

"Saya temannya Arzan, perkenalkan nama saya Yuda."

"ouh...apa yang pas itu nganterin mas Arzan juga temennya?"

"Orangnya jarang ngomong?"

"Bener mas orangnya jarang ngomong kalau ngomong cuma seperlunya aja."

"Iya itu teman kita, yang itu namanya Akbar. Dia memang jarang ngomong dan terkesan dingin" Yuda memperhatikan Ruby lalu pandangannya jatuh ke tangannya yang di balut kain kasa.

"Maaf ya Ruby" mendengar itu Ruby mengerutkan keningnya bingung.

"Untuk apa ya mas? perasaan mas enggak punya salah sama saya ini aja kita baru ketemu."

"Pokoknya aku cuman mau minta maaf, ya udah kalau gitu aku pulang" Yuda pulang begitu saja meninggalkan Ruby yang bingung akan ucapannya.

Setelah itu Ruby tidak memperdulikannya, dia pergi ke kamar Arzan untuk melihat kondisinya karena Ruby takut Arzan sakit seperti waktu itu. Ruby mulai melepas sepatu yang dikenakan Arzan, lalu menyeka tubuhnya menggunakan air hangat dan mengobati luka di wajahnya.

Merasa ada benda basah di tubuhnya membuat Arzan terbangun, dia mencoba membuka matanya dan menemukan Ruby yang sedang mengelap tubuh bagian atas.

"Mas sudah bangun?"

"Iya kenapa? kamu mau aku meninggal?"

"Bukan begitu mas, ini kenapa muka kamu banyak lebam?"

"Kamu enggak perlu tahu tapi yang pasti luka lebamku ini gara-gara kamu!" Ruby bingung kok bisa luka lebam yang ada di muka Arzan salahnya, dia aja di rumah aja dan baru bangun tidur.

"Gara-gara aku?"

"Iya gara-gara kamu coba aja kalau kamu enggak ada di dunia ini sepertinya hidupku akan damai selalu" Ruby tidak memasukkan ke hati kata-kata Arzan tadi, dia menganggap bahwa Arzan masih mabuk makanya berbicara melantur.

"Omongan kamu makin ngelantur deh mas, sini aku obatin luka kamu" Ruby mengambil kotak obat yang ada di dapur lalu mulai mengobati luka di wajah Arzan, walaupun sebelumnya Arzan menolak untuk di obati.

"Diem mas kalau kamu gerak terus malah tambah sakit" Ruby dengan telaten dan hati-hati mengobati luka Arzan.

"Kamu hati-hati dong jangan di tekan begitu, sakit tau!" Ruby memutar bola matanya malas.

"Aku udah hati-hati mas ngobatinnya, makanya jangan berantem biar enggak seperti ini!"

"Bisa diam tidak bibir kamu itu."

"Enggak bisa tuh" ucap Ruby menantang sambil memajukan wajahnya.

Melihat wajah Ruby sangat dekat dengannya membuat Arzan menyusuri wajah Ruby hingga berhenti ke bibir merah ceri punya Ruby. Arzan mendekatkan wajahnya dan Ruby hingga bibir mereka bersentuhan. Ruby yang di perlakukan seperti itu hanya diam saja dia mendadak lilung seketika.

Melihat Ruby yang tidak menolak sama sekali membuat Arzan tambah berani. Dia mulai melumat bibir bawah Ruby perlahan, Ruby yang terbawa suasana akhirnya membalas ciuman Arzan hingga Ruby kehabisan nafas. Ruby memukul-mukul dada Arzan agar melepaskan ciuman.

"Eungh...mas lepwas!" Arzan pun melepaskan ciuman itu.

Ruby pun menghirup udara dengan rakus, pandangan mata Arzan mulai gelap dia terus menatap bibir Ruby. Hingga Arzan kembali mencium Ruby, kali ini lebih ganas dari yang pertama. Arzan mencium hingga mengigit bibir bawah Ruby agar membuka mulutnya, Ruby membuka mulutnya lidah Arzan langsung masuk ke dalam mulut Ruby lalu membelitnya.

Ruby yang kembali hilang kendali mulai membalas ciuman Arzan tak kalah panas. Ruby mengalungkan tangannya lalu memegang tengkuk Arzan untuk memperdalam ciuman. Tangan Arzan pun sedari tadi tidak diam saja, tangannya mulai menggerayangi tubuh Ruby hingga saat ini sudah bertengger di buah dada Ruby.

Arzan mulai membuka kancing baju Ruby, saat di kancing ke tiga Ruby menghentikannya. "Mas kamu beneran mau ngelakuin ini?"

Arzan yang sudah gelap mata hanya mengangguk dan menyingkirkan tangan Ruby dengan kasar. Akhirnya Arzan membuka semua kancing baju dan kaitan bra Ruby lalu melemparnya ke sembarang arah. Mata Arzan langsung bersinar melihat payudara Ruby yang menggantung sempurna.

Saat akan mengecup payudara Ruby tiba-tiba saja Arzan tertidur dan tidak melanjutkan kembali perbuatannya. Ruby yang melihat Arzan tiba-tiba berhenti membuatnya sedikit kecewa. Karena tidak ingin menganggu Arzan yang tidur Ruby mengambil baju dan bra-nya lalu pergi ke kamarnya, tapi sebelum itu dia menyelimuti tubuh Arzan.

Sampai di kamar Ruby langsung mengunci pintunya dan berguling-guling di ranjang tidak jelas. "Gila kenapa aku bisa ngelakuin itu sama mas Arzan" Ruby menutup wajahnya malu.

Ruby membayangkan kembali ciumannya tadi dan membuat pipinya merah merona. Ruby memegang bibirnya dan cengengesan tidak jelas. "Membayangkan itu aku jadi malu" Ruby berguling-guling kembali di ranjang.

"Astaga Ruby ayo kita lupakan kejadian malam ini" Ruby menepuk-nepuk pipinya beberapa kali agar tersadar dan melupakan kejadian yang baru saja terjadi.

"Argh...tidak bisa! bagaimana ini?" Ruby menjambak rambutnya frustasi.

"Sepertinya aku sudah mulai gila! ayo Ruby jangan memikirkan itu lagi. Ah mending tidur saja" dia berusaha memejamkan matanya agar segera tertidur.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Jangan cepat terbuai Ruby 💪😡

2024-08-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!