BAB 10

Luli menepuk jidatnya pelan, "jadi besok kamu menjadi model dari pelembab bibir salah satu produk yang mereka produksi" Ruby manggut-manggut mengerti.

"Nah mulai besok aku akan menemani kamu selama bekerja di sana."

"Loh kok seperti itu? kamu kan atasan aku enggak seharusnya kamu menemani aku."

"Kamu kan belum punya asisten jadi biarkan aku saja yang menjadi asisten kamu selama setengah bulan kedepan."

"Terus studio kamu siapa yang ngurusin?"

"Kalau masalah itu Yuli bisa menghandlenya, begitu kan Yuli?" Yuli yang ditanyai seperti itu hanya bisa mengangguk pelan.

"Nah kamu enggak usah khawatir dengan studio ku, ayo cepat habiskan makanannya terus kita lanjut belanja keperluan buat kamu besok" ucap Luli bersemangat.

"Belanja lagi nona? perasaan baju-baju yang ada di studio baru di perbarui kemarin" Ucap Yuli mengingatkan.

"Itu beda kita belanja lagi hanya untuk Ruby saja, ayo cepat di habiskan."

"Enggak usah Li aku bisa pakai baju yang ada di studio kamu" ucap Ruby menolaknya.

"Padahal aku pengen belanja" ucap Luli pelan.

Sesudah pembahasan itu semua diam hingga makanan mereka tandas, "Alhamdulillah kencang" Ruby mengelus perutnya yang agak membuncit karena kekenyangan.

"Sama aku juga" Luli menghela nafas lalu menyenderkan tubuhnya ke senderan kursi.

Setelah makanan di bayar mereka kembali ke studio Luli, sampai di sana Luli memilihkan beberapa baju untuk pemotretan besok.

"Yang ini sepertinya cocok denganmu Ruby, emm...atau yang ini?" Ruby hanya berdiri diam seperti patung saat Luli menempelkan semua baju ke tubuh Ruby.

"Nah baju yang akan kamu pakai besok sudah ada sekarang tinggal memilih sepatu yang akan kamu gunakan, ayo sini Ruby!" Luli terus bersemangat mendandani Ruby, Yuli yang melihat Ruby di tarik ke sana kemari menjadi kasihan karena melihat raut wajahnya yang tertekan.

"Nona apakah sudah?" Yuli bertanya karena sudah satu jam Luli tidak selesai-selesai mendandani Ruby.

"Sekarang sudah selesai, nah Ruby kamu bisa pulang dan beristirahat agar besok tubuh kamu segar saat pemotretan" Ruby akhirnya bisa bernafas lega saat di biarkan pulang oleh Luli.

Ruby menganggukan kepalanya dan segera berlalu pergi agar Luli tidak berubah pikiran dan memaksanya kembali mencoba aksesoris-aksesoris yang belum di cobanya. Di luar studio Ruby menghentikan taksi lalu naik dan pulang ke rumahnya. Sampai rumah dia menghempaskan tubuhnya ke sofa.

"Haduh badanku rasanya pegal-pegal sekali, sepertinya mandi dengan air hangat bisa merilekskan otot-otot ku yang tegang ini" Ruby memijit betisnya pelan lalu pergi ke kamar mandi.

Sesudah mandi dan berpakaian dia segera merebahkan tubuhnya ke ranjang dan langsung terlelap. Bangun-bangun jam sudah menunjukkan pukul 21.30, Ruby melonjak dari ranjang karena kaget. Segera Ruby keluar lalu mengecek apakah Arzan sudah pulang atau belum.

Dilihatnya kamar Arzan masih rapi dan gelap yang berarti pemiliknya belum pulang. Ruby turun ke bawah dan menuju ke dapur untuk membuat coklat panas. Selesai membuat coklat panas pintu rumah terbuka dan menampilkan wajah Arzan, Ruby segera menghampirinya.

"Kamu kok pulangnya malam terus sih mas akhir-akhir ini?"

"Ada banyak laporan yang perlu aku perbaiki, memang kenapa?"

"Enggak papa kok mas, oh iya bagaimana bekalnya habis lagi kan?"

"Habis kok" Arzan memberikan tas bekal ke tangan Ruby.

Ruby menerima tas bekal itu sambil tersenyum miris. "Wah selalu habis ya bekal yang aku bawain apakah enak masakanku mas?" tanya Ruby sambil memperhatikan raut wajah Arzan.

"Enak" Arzan menjawab singkat tanpa menampilkan ekspresi apapun.

"Enak aja apa enak banget mas?" Arzan yang di tanyai terus menjadi kesal.

"Kenapa sih kamu tanya-tanya terus! kamu enggak tahu aku habis pulang kerja dan capek jadi biarkan aku istirahat dulu jangan bertanya yang enggak penting seperti itu!" ucap Arzan dengan mata yang melotot marah lalu pergi ke kamar.

Ruby hanya bisa mengelus dada, sebelum Arzan bertambah marah dia menyusul Arzan dan ingin meminta maaf. Sampai di kamar Arzan tidak ada orangnya tapi terdengar suara gemericik air dari kamar mandi.

"Oh Arzan sedang mandi, aku tunggu saja di sini" Ruby pun menunggu Arzan dan duduk di sofa single yang ada di dalam kamar.

Saat menunggu Arzan mata Ruby tidak sengaja melihat foto Arzan berangkulan dengan seorang perempuan mudah dan terlihat sangat bahagia. Dia yang penasaran segera mengambil foto itu yang berada di atas nakas lalu memperhatikannya.

"Kamu sedang apa Ruby" suara Arzan yang tiba-tiba terdengar membuat Ruby kaget dan tidak sengaja menjatuhkan foto dalam genggamannya, akhirnya bingkai foto itu pecah.

Mendengar suara pecahan Arzan mendekat ke arah Ruby, melihat yang terjatuh adalah foto kesayangannya membuat Arzan langsung naik pitam.

"Apa yang kamu lakukan dengan fotoku Ruby! dasar kamu ini istri tidak berguna dan selalu menyusahkan aku!" Arzan yang sudah di kuasai emosi tangannya langsung menjambak rambut Ruby dengan kuat.

"Am...ampun mas sa...sakit" rintihnya sambil berusaha melepaskan tangan Arzan dari rambutnya.

"Bagaimana sakit?! rasakan ini!" tangan kiri Arzan yang nganggur dengan enteng menampar pipi Ruby.

"Akh...jangan sa...sakiti aku mas!" Arzan melepaskan tangannya dari rambut Ruby dengan mendorongnya hingga dia tersungkur begitu kuat di lantai.

"Bersihkan semu kaca-kaca hingga bersih!" Arzan mengambil foto yang tergeletak di lantai lalu meninggalkan Ruby dan pergi keluar kamar.

Ruby meringis merasakan kulit kepalanya seperti mau lepas, dia memegang kepalanya dan melihat beberapa helai rambutnya yang tecabut dari kepalanya. Ruby terisak pelan merasakan sakit pada kepala dan pipinya.

"Kenapa kamu diam saja! cepat bersihkan kaca itu! cepat jangan lelet seperti itu!" Arzan melempar sapu dan serokan sampah tepat di tubuh Ruby.

"Iy...iya mas sebentar" suara Ruby bergetar karena tatapan mengintimidasi Arzan terus mengawasinya.

Ruby berusaha bangkit walaupun rasa sakit dan pusing di kepalanya bertambah saat dia berdiri. Ruby mulai menyapu kaca tapi tidak kunjung masuk ke dalam serokan sampah karena pandangannya mulai kabur dan tidak jelas.

"Kalau nyapu tuh yang bener, masa enggak bisa masukin kaca itu ke serokan!" Arzan mendorong Ruby hingga kembali tersungkur, salah satu tangannya yang menahan tubuhnya terkena pecahan kaca hingga mengucurkan darah segar.

"Bersihin yang bener dan jangan sampai darah kamu meninggalkan jejak di lantai kamar aku!" setelah mengatakan itu Arzan mengambil kunci mobilnya dan pergi dari rumah.

Sedangkan Ruby dia menatap telapak tangannya yang berdarah lalu mencabut serpihan kaca yang ada. Setelah di cabut darahnya tambah mengucur banyak, Ruby pun merobek bajunya lalu membalutnya agar darah berhenti mengalir.

Terpopuler

Comments

Omah Tien

Omah Tien

gapain lm2 pisah aja suami ko g megargain ya

2025-01-28

0

Erna M Jen

Erna M Jen

cerai saja ..laki seperti

2024-12-17

0

Uthie

Uthie

tinggalin aja 😡

2024-08-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!