BAB 5

Setelah kepergian Luli, Ruby pun menghapus makeup dan berganti pakaian agar lebih nyaman saat tidur nanti. Sesudah itu Ruby tidak langsung tidur, dia keluar dari kamar menghampiri Arzan yang ada di bawah.

Dilihatnya Arzan sudah tidak menonton televisi lagi, dia sedang memangku laptop dan terlihat sangat serius sekali. "Mas kamu belum tidur?" tanya Ruby berbasa-basi.

Arzan hanya melirik sekilas ke arah Ruby dan kembali menatap layar laptop. Pertanyaan Ruby yang tidak di tanggapi sama sekali membuat Ruby mendengus sebal. "Mau aku buatkan kopi mas?"

Arzan hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Ruby pun membuatkan Arzan kopi susu lalu memberikan ke Arzan. "Ini mas di minum" Arzan mengambil cangkir kopi dan menyeruputnya perlahan.

"Mas masa tadi pas aku mau pulang dari pesta ulang tahun Brigitta aku melihat mobil kamu terpakir di sana, apakah tadi kamu ke tempat Brigitta?" Arzan tiba-tiba saja tersedak saat sedang menyeruput kopi.

"Haduh mas hati-hati dong kalau minum kopi" Ruby mengambil tisu dan mengelap kaos Arzan yang terkena kopi.

"Sudah biar aku saja" Arzan mengambil tisu di tangan Ruby dan mengelap kaosnya sendiri.

"Mas kamu lagi ngerjain apa?"

"Aku lagi ngerjain laporan bulanan, mending kamu tidur aja jangan ganggu aku kerja" Arzan kembali fokus ke laptopnya kembali.

"Kamu juga seharusnya istirahat kalau kerja itu jangan terlalu diforsir takutnya nanti malah sakit."

"Nanti aku istirahatnya, sudah kamu pergi sana!" Ruby cemberut tapi tetap menuruti perintah Arzan.

Sepeninggalan Ruby, Arzan bernafas lega karena Ruby tidak menanyakan hal aneh-aneh kepadanya tadi. Sedang asyik mengerjakan laporan tiba-tiba teleponnya berbunyi, ternyata yang menelponnya adalah Yuda salah satu teman Arzan.

"Hallo ada apa Da? kenapa nelpon malam-malam begini?"

"Sini ke club, temen-temen pada kumpul semua nih!"

"Ok bentar lagi aku ke situ" panggilan telepon pun berakhir.

Arzan berganti baju dan langsung tancap gas menuju club yang sudah Yuda beritahu. Sampai di sana keadaan club sudah mulai ramai, para wanita penghibur mulai mencari mangsa dan di dance floor juga banyak orang yang berdesak-desakan berjoget di sana.

Arzan memutar pandangannya mencari teman-teman, hingga pandangan Arzan berhenti di kursi yang berada di sudut club ketika tangan Yuda melambai ke arahnya. Di sana ada tiga temannya yang menunggunya.

"Akhirnya kamu sampai juga bro, semenjak nikah kamu jarang banget datang ke club apa istri kamu enggak ngizinin?" ucap Yuda sambil bertos ria ala laki-laki di ikuti juga oleh teman Arzan lainnya.

"Biasa aku sibuk akhir-akhir ini jadi jarang ke club lagian kalau istri ku enggak ngizinin aku juga bakal pergi."

"Wes kamu sekarang jadi sangar juga padahal sebelumnya kamu jarang banget mainin wanita malah sekarang mainin pernikahan, emang kamu enggak cinta sama istri kamu?" Yuda terkekeh.

"Gimana pernikahan kamu mulus kan?" tanya Yudi kembaran Yuda.

"Mulus sih sampai saat ini, yang penting dia enggak tahu pasti mulus-mulus aja" ucap Arzan santai lalu mengambil minuman beralkohol di depannya.

"Hati-hati nanti kamu kena karma lalu menyesal di kemudian hari" ucap Akbar yang sedari tadi diam.

"Enggak bakalan sih lagian kenapa aku harus menyesal, aku menikah dengan dia itu bukan karena cinta jadi bisa di pastikan aku tidak akan menyesal."

Akbar melirik sinis Arzan dan berdecih pelan, "untung saja aku tidak ikut-ikutan dengan kegilaan kalian."

"Udah Arzan jangan perdulikan perkataan balok es itu, dia mah taunya cuman kerja-kerja dan kerja. Ayo kita have fun aja di sini jangan mikirin yang ada di rumah, kamu mau di temani cewek enggak malam ini?" ucap Yuda.

"Enggak usah, malam ini cukup minum aja dengan puas supaya ngilangin pusing."

Sedangkan si kembar Yuda dan Yudi sudah di kerumuni banyak wanita di kanan, kiri hingga bawah. Arzan yang melihatnya jijik sendiri karena para wanita itu menjilati leher, jari hingga celananya bagian tengah.

"Aduh bro maaf aku sama Yuda ke kamar dulu ya, biasa para cewek-cewek cantik ini minta di puaskan" Yuda dan Yudi meninggalkan meja dengan badan yang masih di gelendoti cewek-cewek itu.

"Gila sekali mereka itu" gumam Arzan menggelengkan kepalanya sambil menatap Yuda dan Yudi yang seperti itu.

"Dan kamu ikut-ikutan gila dan lebih brengsek seperti mereka karena menerima permintaan mereka" ucap Akbar.

"Apaan sih kamu, aku itu cuman senang-senang aja biar enggak membosankan seperti hidup kamu!"

"Senang-senang seperti apa yang mempermainkan pernikahan padahal pernikahan itu hal yang sangat sakral."

"Enggak asik nongkrong sama kamu doang yang ada selalu dapat ceramah, ingat bro kita masih ada di club kalau mau ceramah di masjid sana!" Arzan berdiri dan meninggalkan Akbar menuju ke bar.

"Bro pesan cocktail satu ya!" di angguki oleh bartender.

Sambil menunggu minumnya Arzan melirik ke sekitar, melihat-lihat suasana club yang bertambah padat dengan manusia-manusia berbeda umur.

"Ini tuan cocktail yang anda pesan" Arzan langsung meminumnya hingga tandas.

"Lagi bro" bartender memberikannya lagi hingga dua puluh gelas sudah Arzan minum, dia mulai mabuk berat. Arzan ingin meminta cocktail lagi gelas yang ke dua puluh satu tapi di hentikan oleh Akbar.

"Udah kamu jangan minum lagi, lihat kamu udah mulai mabuk mending kamu segera pulang ini sudah larut malam" akhirnya Akbar menyusul Arzan ke meja bar, sedari tadi dia hanya memperhatikan Arzan dari jauh.

"Aku belum puas minum, kenapa kamu ngelarang aku. Ayo berikan aku cocktail lagi" Arzan mengangsurkan gelasnya kepada bartender tapi Akbar merebut gelasnya dan membantingnya ke lantai yang mana membuat orang-orang yang berada di dekat mereka melihat dengan tatapan bingung.

"Mending kamu pulang, ayo aku anterin!" pertamanya Arzan menolak tapi dengan tatapan tajam Akbar yang dingin membuat nyali Arzan menciut dan menuruti perintah Akbar.

Arzan berjalan sempoyongan dan hampir terjatuh berkali-kali tapi dengan sigap Akbar menahannya lalu memapahnya hingga sampai ke mobil. "Kamu itu di bilangin enggak mau nurut dan sok kuat" gerutu Akbar karena sebal dengan perilaku Arzan.

Sampai di rumah Arzan, Akbar membopongnya dan mendudukkan di kursi teras lalu memencet bel. Beberapa kali memencet bel akhirnya pintu terbuka dan menampilkan perempuan.

"Kenapa ya mas? ada perlu apa malam-malam begini?" Ruby menyembulkan kepalanya, matanya yang belum terbuka sepenuhnya melihat Akbar kurang jelas.

"Saya mengantarkan Arzan" Ruby mengerutkan keningnya.

"Suami saya? mana suami saya?" Ruby celingukan dan matanya berhenti di kursi teras yang terdapat Arzan di sana dengan keadaan yang tertidur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!