Nasi Padang

Mobil yang Aiman kemudikan membelah jalanan Kota Jakarta yang tidak begitu padat siang ini, mengingat ini belumlah jam pulang kerja. Baik Aiman maupun Billa masih sama-sama terdiam belum mengeluarkan sepatah katapun semenjak mobil Aiman meninggalkan lingkungan perpustakaan tadi. Suasana mobil begitu hening dan canggung. 

Billa lebih memilih untuk menatap keluar jendela, memperhatikan gedung-gedung bertingkat yang berjejer, sesekali memperhatikan kendaraan yang lalu lalang. Billa memang mempunyai hobi memperhatikan apapun yang ada di sekitarnya ketika ia sedang merasa bosan.

“Nyaman juga ya naik mobil begini, biasanya mah gue naik bus desak-desakkan, duh segala bau masuk ke hidung.” Billa membatin dengan noraknya. Kini mobil Aiman tengah berhenti dikarenakan lampu lalu lintas sedang berwarna merah.

“Kamu sudah shalat?” Suara Aiman sedikit mengagetkan Billa,.

“Bapak nanya sama saya?” 

Aiman memutar bola matanya kesal, “Bukan, saya tanya sama bapak ojol di samping kamu itu.” Ucap Aiman, dan membuat Billa melirik ke sisi kirinya yang memang ternyata ada seorang driver ojol disana. 

“Oh.” Ucap Billa singkat.

“Ya iyalah saya tanya sama kamu, saya benar-benar harus cek tensi darah setelah ini.” Billa menciut mendengar ucapan Aiman yang begitu kesal.

“Saya sudah shalat pak, tadi di mushola perpustakaan.” Jawab Billa cepat, karena takut melihat perubahan wajah Aiman yang terlihat begitu mengerikan.

“ Siapa panggilan kamu?” Kini Aiman sudah menormalkan kembali intonasi suaranya.

“Billa pak.” Ujarnya cepat, takut nanti Dosennya marah lagi.

“Kenapa harus Billa, kenapa tidak Yasmin, kedengarannya lebih bagus.” 

“ Saya ga tau pak, tiba-tiba aja saya udah dipanggil Billa, coba tanya orangtua saya pak.” Ucap Billa polos.

“Ya sudah nanti saya kerumah kamu, saya tanya sama  orang tua kamu.” Entah Aiman berkata serius atau tidak, yang jelas membuat Billa menatapnya aneh.

“Jangan lupa bawa martabak dengan toping ketan kelapa ya pak, Bunda saya suka itu.” 

“Tadi kamu bilang kamu terlahir 3 in 1, sama ari-ari dan sifat suudzon, tapi menurut saya kamu itu terlahir 4 in 1, ditambah sifat aneh 1 lagi.” Ucap Aiman sinis.

“Saya aneh ya pak?” Tanya Billa sambil menatap ke arah Aiman.

“Sangat aneh, level aneh kamu sudah yang paling tinggi pokoknya.” Ucapan Aiman membuat Billa menekuk wajahnya. Selama ini ia yang menganggap Aiman aneh, namun ternyata Aiman juga menganggap dirinya aneh.

“Mau makan siang apa?” Tanya Aiman lagi.

“ Nasi padang pak.” Ucap Billa cepat, namun setelah itu ia memukul pelan mulutnya. “Maaf pak saya terlalu antusias, soalnya dari tadi pagi saya sudah kepikiran sama nasi padang pak.” 

Sungguh ajaib gadis sati ini pikir Aiman.

“Saya pikir kamu bakal jawab terserah.” Aiman berkata sambil menatap lurus kedepan.

“Kalo soal makan saya selalu punya jawaban pasti pak.”

“Bagus kalau gitu, ada sedikit nilai plus untuk kamu.” 

Billa tersenyum mendengar kata-kata Aiman, hatinya bahagia mendapatkan nilai plus dari Aiman dalam urusan makanan. Setidaknya ada yang bisa dibanggakan dari dirinya.

“Tapi pak, ini kok jadi makan siang ya, padahal kan tujuan awalnya saya mau konsul skripsi sama bapak.” Tanya Billa menatap ke arah Aiman.

“Banyak tanya kamu, mau atau tidak saya Acc untuk sidang itu skripsi kamu?” Ucap Aiman sinis.

“ Iya pak, mau pak mau banget.”

“ Kamu asli Jakarta?” Aiman bertanya lagi.

“ Gak pak, saya asli Palembang.” Aiman melirik sekilas ke arah Billa begitu mendengar jawaban Billa.

“ Jauh juga kamu kuliah kemari, kenapa memilih kuliah jauh dari orang tua?” Tampaknya Aiman penasaran dengan hidup gadis manis dengan hidung mancung di sampingnya ini.

“ Bukannya sombong ya pak, ini saya cuma mau jawab pertanyaan bapak saja. Saya sebenarnya pinter loh pak, pasti bapak gak percaya kan. Saya dulu masuk kuliah jalur prestasi, dan dulu nekat ambil satu jurusan di kampus di luar daerah saya, dan Alhamdulillah lulus, awalnya Bunda saya gak kasih izin pak, ingat biaya dan segala macamnya, tapi saya dulu itu dapat KIP Kuliah, makanya Bunda saya izinkan. Dan KIP Kuliah kan cuma nanggung sampai semester 8 saja, sedangkan saya sekarang sudah semester 11, suka sedih kalau diingat pak, eh maaf pak jadi curhat saya.” Billa bercerita begitu lancar kepada Aiman, walaupun akhirnya ia sadar semua itu tidak perlu diceritakan karena tidak ada gunanya sama sekali untuk Aiman.

Aiman terdiam tidak merespon apapun, fokusnya masih tertuju lurus kedepan. Billa menatap Aiman dari samping, rahangnya yang tegas, hidungnya yang mancung bahkan jakunnya pun tidak lepas dari pandangan Billa.

“Saya tau kamu lapar, tapi tidak usah juga memandang saya sampai segitunya seolah-olah mau memakan saya.” Aiman berkata tajam dengan ekspresi dinginnya, membuat Billa memalingkan wajahnya ke samping kiri, pipinya pasti sudah memerah karena malu ketahuan memandang Aiman.

Aiman sudah memarkirkan mobilnya di parkiran sebuah Rumah Padang yang begitu terkenal, Billa menelan salivanya melihat kemana Aiman mengajaknya makan siang.

“Pak.”

“Hm.”

“Ham Hem lagi, beneran sodara Limbad ini orang” Selain memperhatikan hal random ketika bosan, Billa juga mempunyai hobi suka ngomongin orang dalam hati.

“Maksud saya bukan nasi padang yang kayak gini pak, takutnya saya gak tertelan kalau makan disini, mending nasi padang di warung pinggir jalan aja deh pak.” nyali Billa menciut ketika melihat beberapa artis dan food vlogger yang makan disini, dan harga makanannya tidak masuk di akal Billa. Harga sepotong rendangnya saja bisa untuk makan pagi dan siang Billa di warteg dekat kostnya.

“Kenapa gak tertelan, enak loh nasi padang disini.” Ucap Aiman yang masih belum mengerti arah tujuan omongan Billa.

“Gak tertelan bukan karena gak enaknya pak, tapi harganya itu loh, ngeliat review orang yang makan disini tuh, sekali makan budgetnya sama kayak uang makan saya sebulan pak.”

“Saya tidak menyuruh kamu bayar, saya cuma suruh kamu makan, sekarang kamu turun cepat, saya sudah lapar.” Ucap Aiman yang langsung turun dari mobilnya.

Dalam hati Billa mengutuk dirinya yang menjawab ingin makan nasi padang ketika Aiman bertanya, jika tahu kejadiannya akan begini, ia akan memilih menjawab makan di warteg saja tadi. Berulang kali Billa menelan salivanya sebelum akhirnya turun dengan muka yang tidak jelas ekspresinya, kadang terlihat seperti orang yang sedang menahan BAB. 

Baru kali ini Billa memasuki Rumah Makan Padang yang terlihat luar biasa ini, tangannya dingin hanya karena mengingat harga Rendang dan es jeruk di rumah makan ini yang pernah di tontonnya di salah satu akun food vlogger. Ia bahkan mengumpat ketika menonton si food vlogger tersebut menyebutkan satu persatu harga menu yang disediakan rumah makan ini.

Mereka duduk berdampingan di sebuah meja yang di atasnya telah tersedia berbagai menu yang membuat siapapun pasti akan menelan ludah. Entah sudah berapa kali Billa menelan ludahnya, matanya terus menatap ke ayam pop yang sejak dulu ingin sekali dicicipinya, tapi ia masih ragu bagaimana jika nanti setelah selesai makan tapi Aiman tidak membayar apa yang dimakannya, dari mana ia mendapatkan uang untuk membayarnya. Terpaksa ia harus mengabdi di bagian cuci piring seharian penuh untuk menebus harga makanannya.

“Kenapa masih bengong, cepat makan.” Perintah Aiman datar. Namun Billa bergeming masih dengan pikiran kacaunya. 

“Tapi pak.” Ucap ragu dan tertahan.

“Tapi apa lagi, cepat makan. Saya yang bayar, berhubung saya lagi baik hati sekarang.” Aiman berbicara tanpa ekspresi membuat Billa antara percaya atau tidak pada ucapan Dosennya ini.

“Dalam hitungan ketiga kamu belum juga makan, saya mencabut tawaran yang akan membayar makanan kamu, atau mungkin kamu  mau saya suapin?” Geram sudah Aiman pada gadis disampingnya ini.

“ Boleh pak, ehh maksud saya gak gitu pak, ini saya mau makan, tapi janji bapak yang bayar ya, saya gak punya duit soalnya pak.” Dengan cepat tangan Billa meraih ayam pop yang sejak tadi sudah melambai-lambai padanya meminta untuk di santap. Tanpa Billa sadari, Aiman tersenyum melihat tingkahnya yang sangat random itu.

“Mau tambah nasi?” Tawar Aiman yang melihat Billa makan begitu lahap tanpa memperdulikan dirinya yang sejak tadi menatap ke arah gadis itu.

“ Ga usah pak, ini udah cukup, nanti kalo kebanyakan takutnya saya gendut.”

“ Bagus dong, daripada begini kurus kering seperti orang kurang gizi.” Billa mendelik ke arah Aiman karena mengatakannya kurang gizi. Walaupun Billa akui memang tubuhnya jauh lebih kurus dibandingkan beberapa bulan yang lalu.

“Omongan bapak lebih pedas dari rendang yang lagi saya kunyah ini.” Ucapnya tak terima. Aiman sedikitpun tidak peduli dengan ucapannya Billa, dan memilih melanjutkan makannya.

Billa tersenyum lebar sambil mengusap perutnya yang terasa begitu penuh sedangkan Aiman baru saja membayar tagihan makan mereka yang Billa tidak tahu berapa jumlahnya, ia sudah berusaha mengintip ke arah kertas yang di pegang Aiman, namun tetap tidak kelihatan.

“Alhamdulillah kenyang banget, kalo makan enak gini, jadi sayang mau dibuang, mending disimpen aja disini.” Billa berujar sambil mengelus perutnya. Entah ia sadar atau tidak jika sekarang tengah ditatap dengan mengerikan oleh Aiman.

“Kamu bisa tidak sehari saja tidak berbicara ngelantur dan aneh?” Aiman menghela nafas kasar, dan Billa sedikit terkejut mendengar suara Aiman.

“Habis gue, kenapa sih bloon banget, kalo ngomong ga pernah liat situasi, malu banget dah ah. Billa bego, Billa bego.”Ia merutuk dalam hati.

“Maaf pak.” 

“Minta maaf terus bisanya, nanti juga bakal jadi aneh lagi, terus minta maaf lagi.” Aiman merasa tidak pernah sekesal ini.

“ Ya maaf pak, susah banget emang mulut saya ini disekolahkan pak.” Billa memukul bibirnya berulang kali membuat Aiman menatap dingin ke arahnya.

“Oh iya pak, gimana skripsi saya, kapan mau diperiksa?” Billa tidak boleh lupa dengan tujuan awalnya.

Dengan malas Aiman meminta skripsi milik Billa untuk segera diperiksanya, mengingat kesalah kemarin tidaklah begitu banyak. Kini ia sedang fokus melihat lembar demi lembar itu, dan tidak sampai 10 menit, ia bertanya apakah Billa membawa bolpoin, mengingat bolpoinnya tertinggal di dalam mobil. Dengan lesu Billa menyerahkan bolpoin ke arah Aiman, ia tidak bersemangat mengingat akan mendapat coretan lagi di skripsinya.

Namun matanya seketika membelalak melihat Aiman membubuhkan kata Acc sidang di lembaran covernya, membuatnya tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Ia menarik tangan Aiman untuk menyalaminya, dan tentu saja Aiman dibuat sangat terkejut dengan aksi tiba-tiba dari Billa, dan membuatnya cepat-cepat menarik tangannya yang dipegang oleh Billa.

“Terima kasih banyak ya pak, mudah rezeki, panjang umur, kalau belum dapat jodoh saya doakan semoga cepat dapat jodoh, kalau sudah ada jodoh saya doakan langgeng sampai ke surga ya pak. Duh seneng banget saya pak.” 

Aiman hanya mengerjapkan matanya beberapa kali mendengar ucapan Billa. Tak henti-hentinya gadis ini membuat Aiman speechles. 

“Besok silahkan konsul dengan pembimbing 2 kamu, siapa Dosennya?” Tanya Aiman.

“ Bu Dian pak, iya besok saya langsung jumpai Bu Dian, duh makasih banyak ya pak.” Aiman tersenyum tipis melihat ekspresi bahagia Billa yang kini tengah memeluk skripsinya. Ada rasa bahagia dihatinya melihat gadis ini dalam kondisi bahagia, tidak seperti pertama kali ia melihat gadis ini menangis di halte bus kala itu yang mengundang banyak pasang mata menatap bingung ke arahnya. Entah apa yang membuatnya menangis tanpa memikirkan tempat saat itu

***

Terpopuler

Comments

Ros Simbolon

Ros Simbolon

akan lanjut.

2024-11-26

0

Aira Azzahra Humaira

Aira Azzahra Humaira

lanjut

2024-11-03

1

Sri Astuti

Sri Astuti

legaaaa rasanya.. tp br bab 4 dan 5 lho.. kayaknya spt dibilang ke paman kmarin

2024-09-08

0

lihat semua
Episodes
1 November dan Dosen Baru
2 Harapan
3 Hujan dan Rapuh
4 Konsultasi Pertama
5 Jangan panggil saya bapak
6 Tangisan
7 Panggilan telepon tidak jelas
8 Cafe
9 Limbad lu?
10 Janji untuk kesuksesan
11 Linglung, Budek dan Suka Suudzon
12 Nasi Padang
13 Ciyee, lagi jatuh cinta ya?
14 Dijodohkan
15 Aruna
16 Ayo Menikah
17 Paman Gila
18 Difitnah
19 Akhirnya Sidang Juga
20 Dewa dan Aiman
21 Bertemu Aruna
22 Siapa perempuan itu?
23 Rapat Keluarga Aiman
24 Billa mulai gila
25 Bertemu Keluarga Aiman
26 Keluarga Aruna
27 Curhatan Aruna
28 Hari Yudisium
29 Bingung
30 Monyet Ragunan
31 Cerita ke Bunda
32 Pak, ayo nikah!
33 Juragan sawit buat cemburu
34 Bertemu keluarga Billa
35 Emosi
36 Akankah Bahagia itu datang?
37 Ancaman Bunda
38 Gelisah dan Khawatir
39 Pertemuan Keluarga
40 Pepet terus sampai KUA
41 Tanggal pernikahan
42 Tema pernikahan impian
43 Manis dan Iblis
44 Nikah secepatnya!
45 Seserahan
46 Akhirnya...
47 Setelah Akad
48 Tahan...
49 Hasrat
50 Penyatuan Cinta
51 Cobaan Awal
52 Bandung dan Impian
53 Galau Pekerjaan
54 Amukan
55 Bercanda berujung serius
56 Masalah belum terselesaikan
57 Keputusan Billa
58 Kedatangan Aruna dan Nayla
59 S3 ilmu gombal
60 Ocha Kecelakaan
61 Melaporkan tante Latifa
62 Ke Bandung lagi
63 Tengah malam di kota Bandung
64 Obrolan malam
65 Makan siang
66 Supermarket
67 Mantan
68 Merajuk
69 Ke Kawah putih
70 Rancabali
71 Nothing's gonna change my love for you
72 Bertemu Sheza
73 Over thinking bikin pusing
74 Testpack
75 Rezeki titipan Tuhan
76 Kembali ke Jakarta
77 Penderitaan Aiman
78 Kekesalan terhadap Sheza
79 Emosi ibu hamil
80 Kondangan
81 Saling menerima
82 Pertengkaran pertama
83 Penyesalan Billa
84 Meminta maaf dan Memaafkan
85 Mengingat pesan bunda
86 Bertemu Aruna dan Liam
87 Obrolan dengan Rania
88 Toko Roti
89 Suami aneh
90 Kekhawatiran calon ibu
91 LDR
92 Perempuan tidak tahu diri
93 Kemarahan terhadap Sheza
94 Curhat menantu dan mertua
95 Jangan sok ganteng
96 Mencari solusi
97 Bayi Gorila
98 Si anak Rektor
99 Bertemu Rektor
100 Keputusan Sang Rektor
101 Tamu mengejutkan
102 Semua panik
103 Selamat datang ke dunia
104 Gemas
105 Cupu
106 Cemburu
107 Terima Kasih
Episodes

Updated 107 Episodes

1
November dan Dosen Baru
2
Harapan
3
Hujan dan Rapuh
4
Konsultasi Pertama
5
Jangan panggil saya bapak
6
Tangisan
7
Panggilan telepon tidak jelas
8
Cafe
9
Limbad lu?
10
Janji untuk kesuksesan
11
Linglung, Budek dan Suka Suudzon
12
Nasi Padang
13
Ciyee, lagi jatuh cinta ya?
14
Dijodohkan
15
Aruna
16
Ayo Menikah
17
Paman Gila
18
Difitnah
19
Akhirnya Sidang Juga
20
Dewa dan Aiman
21
Bertemu Aruna
22
Siapa perempuan itu?
23
Rapat Keluarga Aiman
24
Billa mulai gila
25
Bertemu Keluarga Aiman
26
Keluarga Aruna
27
Curhatan Aruna
28
Hari Yudisium
29
Bingung
30
Monyet Ragunan
31
Cerita ke Bunda
32
Pak, ayo nikah!
33
Juragan sawit buat cemburu
34
Bertemu keluarga Billa
35
Emosi
36
Akankah Bahagia itu datang?
37
Ancaman Bunda
38
Gelisah dan Khawatir
39
Pertemuan Keluarga
40
Pepet terus sampai KUA
41
Tanggal pernikahan
42
Tema pernikahan impian
43
Manis dan Iblis
44
Nikah secepatnya!
45
Seserahan
46
Akhirnya...
47
Setelah Akad
48
Tahan...
49
Hasrat
50
Penyatuan Cinta
51
Cobaan Awal
52
Bandung dan Impian
53
Galau Pekerjaan
54
Amukan
55
Bercanda berujung serius
56
Masalah belum terselesaikan
57
Keputusan Billa
58
Kedatangan Aruna dan Nayla
59
S3 ilmu gombal
60
Ocha Kecelakaan
61
Melaporkan tante Latifa
62
Ke Bandung lagi
63
Tengah malam di kota Bandung
64
Obrolan malam
65
Makan siang
66
Supermarket
67
Mantan
68
Merajuk
69
Ke Kawah putih
70
Rancabali
71
Nothing's gonna change my love for you
72
Bertemu Sheza
73
Over thinking bikin pusing
74
Testpack
75
Rezeki titipan Tuhan
76
Kembali ke Jakarta
77
Penderitaan Aiman
78
Kekesalan terhadap Sheza
79
Emosi ibu hamil
80
Kondangan
81
Saling menerima
82
Pertengkaran pertama
83
Penyesalan Billa
84
Meminta maaf dan Memaafkan
85
Mengingat pesan bunda
86
Bertemu Aruna dan Liam
87
Obrolan dengan Rania
88
Toko Roti
89
Suami aneh
90
Kekhawatiran calon ibu
91
LDR
92
Perempuan tidak tahu diri
93
Kemarahan terhadap Sheza
94
Curhat menantu dan mertua
95
Jangan sok ganteng
96
Mencari solusi
97
Bayi Gorila
98
Si anak Rektor
99
Bertemu Rektor
100
Keputusan Sang Rektor
101
Tamu mengejutkan
102
Semua panik
103
Selamat datang ke dunia
104
Gemas
105
Cupu
106
Cemburu
107
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!