Aruna

Kini Billa sudah berada di dalam mobil Aiman yang terus berjalan entah kemana tujuannya. Billa masih setia dengan tangisnya, sebenarnya lelah untuk terus-terusan menangis seperti ini, tapi air matanya benar-benar tidak bisa ditahan, mereka memaksa keluar dengan lancarnya.

Billa belum berniat berbicara untuk menjelaskan semuanya pada Aiman, begitupun Aiman yang seolah tidak ingin bertanya apa penyebab tangis dari gadis yang beberapa waktu kebelakang ini selalu mengisi pikirannya. Ia membiarkan gadis itu menumpahkan segala kesedihannya tanpa ada niat untuk mengganggu. Kini Aiman tetap fokus ke jalanan di depannya yang terlihat sedikit macet, tatapannya dingin ke arah depan, rahangnya mengeras mendengar isakan pilu dari gadis di sebelahnya. 

Hati Aiman sakit mengetahui gadis pujaannya sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja, sebenarnya ia sangatlah penasaran dengan penyebab gadis itu menangis dengan hebatnya didepan umum, namun ia mengurungkan niat untuk bertanya. Tangannya terulur memberikan tisu ke arah Billa, dan langsung  diterima oleh Billa yang memang membutuhkan itu.

Kini mobil berwarna hitam itu sudah terparkir di depan cafe tempat mereka konsultasi skripsi tempo hari. Aiman belum berniat turun dari mobilnya, dan menunggu Billa selesai dengan tangisnya, baru ia akan mengajak gadis itu untuk memasuki cafe, dan menenangkan diri disana. Pandangan Aiman masih tetap tertuju ke depan, tanpa berniat melihat ke arah Billa. 

Ingin ia membawa Billa ke dalam dekapannya untuk menenangkan gadis itu, namun ia sadar jika ia tidak boleh melakukan itu, Billa bukanlah mahram baginya.  Walaupun terlihat dingin dan seolah tidak berperikemanusiaan, Aiman tetaplah pria yang masih mengingat perintah agamanya. Bahkan tadi saja ketika ia menarik tangan Billa, ia memegang bagian tangan Billa yang tertutupi lengan baju.

Tangis Billa mulai mereda, detak jantungnya tidak sekacau tadi dan nafasnya sudah mulai teratur. Kini gadis itu pun ikut terdiam dan menatap lurus kedepan. Ia malu telah menangis dengan begitu hebatnya di depan Aiman.

“Bapak dari tadi ngeliat muka saya pas nangis gak?” Tanyanya dengan suara serak.

“ Tidak.” Ucap Aiman singkat tanpa menoleh.

“Syukurlah.” Suara Billa terdengar lega, membuat Aiman penasaran.

“Kenapa memangnya?”

“Muka saya jelek pak kalo nangis, 11 12 sama anak monyet di Ragunan.” Billa mengatakan itu tanpa ekspresi, dan Aiman langsung menoleh ke arahnya. Tidak menyangka jika Billa akan mengeluarkan kata-kata seperti itu dalam kondisi seperti saat ini. 

“Cepat hapus air mata kamu, setelah itu ikut saya masuk ke Cafe.” Aiman langsung turun dari mobilnya setelah berbicara ke arah Billa tanpa menunggu jawaban dari gadis yang saat ini sedang membersihkan hidungnya yang penuh dengan cairan. Billa hanya menatap polos ke arah Aiman yang kini sudah memasuki Cafe.

“Jangan-jangan Pak Aiman mau introgasi gue lagi, duh gimana ini?” Billa bermonolog didalam mobil.

“Nanti gue harus jawab apa kalo ditanya alasan gue nangis sampe segitunya di tempat umum.” Lanjutnya.

“Agggrrhhhh bodo amat ah, penting gue turun sekarang, daripada kena marah nanti karena kelamaan di mobilnya.” Dengan cepat Billa turun dan menutup kembali pintu mobil itu. Seorang penjaga parkir menatap aneh ke arahnya, apa karena matanya yang sedikit bengkak ini pikirnya.

Bergegas ia mencari dimana posisi Aiman duduk. Billa menundukkan wajahnya ketika beberapa orang pengunjung Cafe dan juga waiters yang menatap bingung ke arahnya. Ia menemukan Aiman duduk persis di kursi tempat mereka konsul skripsi beberapa hari yang lalu.

Dengan degup jantung yang sedikit kencang, mengingat jika Aiman akan kepo dengan perihal yang membuatnya menangis, ia mulai mendekat ke arah dimana Aiman duduk dan fokus pada ponsel di tangannya. 

Pandangan Aiman beralih dari ponselnya ketika ada seseorang yang duduk di kursi di depannya.

“Kenapa lama seka,,” Kalimat Aiman putus begitu mengetahui jika bukan Billa yang duduk di depannya.

“Kamu nungguin aku mas?” Ucap perempuan dengan tampang yang begitu ayu itu.

“Kenapa kamu kesini?” Bukannya menjawab pertanyaan perempuan itu, Aiman malah melemparkan pertanyaan lain dengan raut muka kurang suka.

“Ya mau jumpai kamu lah, setiap aku ke rumah, kamu pasti selalu gak ada. Jadi tebakanku kalau tidak di kampus ya sudah pasti kamu disini.” Perempuan itu berkata diiringi senyum manisnya.

“Kapan kamu akan berhenti Aruna?” Tanya Aiman yang seolah jengah dengan wanita cantik di depannya ini.

“Berhenti dari apa maksud mas?” Wanita itu tampak sengaja bertanya ke arah Aiman.

“Berhenti berharap jika kita akan bersama, dan juga tolong katakan pada orang tuamu untuk berhenti menjodoh-jodohkan kita berdua. Kita ini sepupu Aruna, saya menganggapmu sebagai adik sejak kecil, dan akan selamanya seperti itu.” Aiman tetap mempertahankan raut datarnya ketika berbicara di depan gadis cantik yang kini tengah mengukir senyum pahit di depannya itu.

“Seharusnya aku segera mundur ketika mendengarmu berulang kali mengucapkan ini mas, tapi entah kenapa hatiku begitu keras untuk memaksaku tetap bertahan dengan harapanku, walaupun aku sadar, kecil kemungkinan rasaku akan terbalas.” sendu sekali raut wajah Aruna ketika mengatakan itu, sudah pasti dengan segala kekuatan yang ia miliki ia sedang menahan bulir bening itu meluncur dari matanya.

“Maaf jika sudah menyakitimu terlalu dalam Aruna, tapi saya terpaksa harus mengatakan ini, saya akan menikah.” 

Pupil mata Aruna membesar mendengar ucapan Aiman, dadanya bergemuruh, nafasnya terasa berat, beberapa kali ia menggelengkan kepalanya, menandakan ia ingin menepis dan tidak mempercayai apa yang baru saja diucapkan oleh Aiman. Air mata yang sejak tadi di tahannya kini telah jatuh dengan bebas.

“Mas, kamu serius?” Suaranya seolah tersekat di kerongkongan.

“Iya Aruna, saya serius.”

“Siapa mas, siapa wanita beruntung itu?” 

“Maaf Aruna, nanti kamu juga akan tau sendiri, jadi tolong Aruna, jangan menyakiti hatimu lebih dalam lagi karena rasa ini, lupakan rasamu ke saya Aruna.” Aiman terlihat sedikit tidak tega melihat raut wajah wanita di depannya ini, ia menyayangi Aruna, namun rasa sayangnya tetaplah rasa sayang seorang kakak laki-laki terhadap adik perempuannya.

Aiman sengaja tidak memperkenalkan Billa kepada Aruna, mengingat kondisi Billa yang kacau sehabis menangis tadi. Dan Aiman memperhatikan Billa yang duduk membelakanginya saat ini di meja yang berjarak 4 meja dari Aiman.  Satu hal yang Aiman pikirkan saat ini, maukah Billa menikah dengannya?

Terpopuler

Comments

Bang Ipul

Bang Ipul

yg pasti gak nolak pakdos heheee

2024-11-04

1

Neli Susanti

Neli Susanti

mau mau mau... hehehe hehehe

2024-10-08

0

Neli Susanti

Neli Susanti

apa????? gadis pujaannya????g salah????
*okeh deh setuju 👍👍👍

2024-10-08

0

lihat semua
Episodes
1 November dan Dosen Baru
2 Harapan
3 Hujan dan Rapuh
4 Konsultasi Pertama
5 Jangan panggil saya bapak
6 Tangisan
7 Panggilan telepon tidak jelas
8 Cafe
9 Limbad lu?
10 Janji untuk kesuksesan
11 Linglung, Budek dan Suka Suudzon
12 Nasi Padang
13 Ciyee, lagi jatuh cinta ya?
14 Dijodohkan
15 Aruna
16 Ayo Menikah
17 Paman Gila
18 Difitnah
19 Akhirnya Sidang Juga
20 Dewa dan Aiman
21 Bertemu Aruna
22 Siapa perempuan itu?
23 Rapat Keluarga Aiman
24 Billa mulai gila
25 Bertemu Keluarga Aiman
26 Keluarga Aruna
27 Curhatan Aruna
28 Hari Yudisium
29 Bingung
30 Monyet Ragunan
31 Cerita ke Bunda
32 Pak, ayo nikah!
33 Juragan sawit buat cemburu
34 Bertemu keluarga Billa
35 Emosi
36 Akankah Bahagia itu datang?
37 Ancaman Bunda
38 Gelisah dan Khawatir
39 Pertemuan Keluarga
40 Pepet terus sampai KUA
41 Tanggal pernikahan
42 Tema pernikahan impian
43 Manis dan Iblis
44 Nikah secepatnya!
45 Seserahan
46 Akhirnya...
47 Setelah Akad
48 Tahan...
49 Hasrat
50 Penyatuan Cinta
51 Cobaan Awal
52 Bandung dan Impian
53 Galau Pekerjaan
54 Amukan
55 Bercanda berujung serius
56 Masalah belum terselesaikan
57 Keputusan Billa
58 Kedatangan Aruna dan Nayla
59 S3 ilmu gombal
60 Ocha Kecelakaan
61 Melaporkan tante Latifa
62 Ke Bandung lagi
63 Tengah malam di kota Bandung
64 Obrolan malam
65 Makan siang
66 Supermarket
67 Mantan
68 Merajuk
69 Ke Kawah putih
70 Rancabali
71 Nothing's gonna change my love for you
72 Bertemu Sheza
73 Over thinking bikin pusing
74 Testpack
75 Rezeki titipan Tuhan
76 Kembali ke Jakarta
77 Penderitaan Aiman
78 Kekesalan terhadap Sheza
79 Emosi ibu hamil
80 Kondangan
81 Saling menerima
82 Pertengkaran pertama
83 Penyesalan Billa
84 Meminta maaf dan Memaafkan
85 Mengingat pesan bunda
86 Bertemu Aruna dan Liam
87 Obrolan dengan Rania
88 Toko Roti
89 Suami aneh
90 Kekhawatiran calon ibu
91 LDR
92 Perempuan tidak tahu diri
93 Kemarahan terhadap Sheza
94 Curhat menantu dan mertua
95 Jangan sok ganteng
96 Mencari solusi
97 Bayi Gorila
98 Si anak Rektor
99 Bertemu Rektor
100 Keputusan Sang Rektor
101 Tamu mengejutkan
102 Semua panik
103 Selamat datang ke dunia
104 Gemas
105 Cupu
106 Cemburu
107 Terima Kasih
Episodes

Updated 107 Episodes

1
November dan Dosen Baru
2
Harapan
3
Hujan dan Rapuh
4
Konsultasi Pertama
5
Jangan panggil saya bapak
6
Tangisan
7
Panggilan telepon tidak jelas
8
Cafe
9
Limbad lu?
10
Janji untuk kesuksesan
11
Linglung, Budek dan Suka Suudzon
12
Nasi Padang
13
Ciyee, lagi jatuh cinta ya?
14
Dijodohkan
15
Aruna
16
Ayo Menikah
17
Paman Gila
18
Difitnah
19
Akhirnya Sidang Juga
20
Dewa dan Aiman
21
Bertemu Aruna
22
Siapa perempuan itu?
23
Rapat Keluarga Aiman
24
Billa mulai gila
25
Bertemu Keluarga Aiman
26
Keluarga Aruna
27
Curhatan Aruna
28
Hari Yudisium
29
Bingung
30
Monyet Ragunan
31
Cerita ke Bunda
32
Pak, ayo nikah!
33
Juragan sawit buat cemburu
34
Bertemu keluarga Billa
35
Emosi
36
Akankah Bahagia itu datang?
37
Ancaman Bunda
38
Gelisah dan Khawatir
39
Pertemuan Keluarga
40
Pepet terus sampai KUA
41
Tanggal pernikahan
42
Tema pernikahan impian
43
Manis dan Iblis
44
Nikah secepatnya!
45
Seserahan
46
Akhirnya...
47
Setelah Akad
48
Tahan...
49
Hasrat
50
Penyatuan Cinta
51
Cobaan Awal
52
Bandung dan Impian
53
Galau Pekerjaan
54
Amukan
55
Bercanda berujung serius
56
Masalah belum terselesaikan
57
Keputusan Billa
58
Kedatangan Aruna dan Nayla
59
S3 ilmu gombal
60
Ocha Kecelakaan
61
Melaporkan tante Latifa
62
Ke Bandung lagi
63
Tengah malam di kota Bandung
64
Obrolan malam
65
Makan siang
66
Supermarket
67
Mantan
68
Merajuk
69
Ke Kawah putih
70
Rancabali
71
Nothing's gonna change my love for you
72
Bertemu Sheza
73
Over thinking bikin pusing
74
Testpack
75
Rezeki titipan Tuhan
76
Kembali ke Jakarta
77
Penderitaan Aiman
78
Kekesalan terhadap Sheza
79
Emosi ibu hamil
80
Kondangan
81
Saling menerima
82
Pertengkaran pertama
83
Penyesalan Billa
84
Meminta maaf dan Memaafkan
85
Mengingat pesan bunda
86
Bertemu Aruna dan Liam
87
Obrolan dengan Rania
88
Toko Roti
89
Suami aneh
90
Kekhawatiran calon ibu
91
LDR
92
Perempuan tidak tahu diri
93
Kemarahan terhadap Sheza
94
Curhat menantu dan mertua
95
Jangan sok ganteng
96
Mencari solusi
97
Bayi Gorila
98
Si anak Rektor
99
Bertemu Rektor
100
Keputusan Sang Rektor
101
Tamu mengejutkan
102
Semua panik
103
Selamat datang ke dunia
104
Gemas
105
Cupu
106
Cemburu
107
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!