Limbad lu?

Sepertinya Aiman memang sengaja ingin membuat Billa kesal sebagai bentuk balas dendam atas ucapan Billa tadi malam lewat panggilan telepon yang memanggilnya om. Aiman memperhatikan gerak gerik Billa yang terlihat tidak tenang, ia mengetuk sepatunya beberapa ke lantai, membuat Aiman bersorak dalam hati karena sudah berhasil membuat gadis itu kesal.

“Rasain, emangnya kamu aja yang bisa buat saya kesal, sekarang saya balas.” Batin Aiman tertawa puas.

Kini Billa menatap ke arah Aiman, namun bukanlah tatapan marah seperti tadi, melainkan tatapan sedih dan memelas, berharap dosennya akan kasihan padanya.

“Tidak usah pasang muka seperti itu, merinding saya gara-gara kamu.” Ucap Aiman datar.

Billa memalingkan mukanya kesal, ternyata tidak berhasil caranya untuk mengiba di hadapan Aiman.

“Pak,” panggil Billa.

“Hm,” tidak sedikitpun pandangan Aiman beralih dari laptopnya.

“Saya punya salah apa ya sama bapak, kok kayaknya bapak benci banget sama saya.” Mata Billa masih menatap ke arah Aiman yang belum berpaling dari laptopnya.

“Banyak salah kamu, kalau saya sebutkan satu-persatu tidak akan selesai sampai sore.” Aiman berbicara tanpa sedikitpun melihat ke arah Billa.

“Masa sih pak, kita aja baru kenal masa iya salah saya sudah sebanyak itu.” Ucap Billa tak percaya. Namun tidak ada tanggapan apapun dari Aiman.

“Pak,” panggil Billa lagi.

“Hm,” Aiman menggumam.

“ Ham Hem Ham Hem, Limbad lu?” Ingin sekali Billa mengeluarkan kata-kata ini, namun demi keselamatannya ia memendamnya saja.

“Bapak pernah dengar gak, ada cerita mahasiswa bunuh Dosen?” Misi Sukses. Pertanyaan Billa sukses membuat Aiman menatap ke arahnya.

“Kamu mau bunuh saya?” Tanya Aiman kaget.

“ Gak pak, gak gitu, saya cuma nanya loh pak, bapak pernah dengar ga ceritanya. Ya kali saya mau bunuh bapak, masih takut dosa saya pak.” Ucap Billa membela diri, padahal kalau membunuh itu tidak dosa dan tidak masuk penjara, pasti Aiman sudah mati dari tadi.

“Saya tidak menyangka akan dapat mahasiswa bimbingan mengerikan seperti kamu.” Ucap Aiman sinis.

“Saya juga pak.”

“Apanya?”

“Gak nyangka juga bakal dapat dosen pembimbing yang,,,” Billa menggantungkan kalimatnya. “ mirip setan kayak bapak.” lanjutnya dalam hati.

“ Yang apa?” Tanya Aiman dingin.

“Yang baik, berkharisma, tampan dan rupawan  seperti bapak.” Billa tersenyum memperlihatkan deretan giginya. Aiman masih mempertahankan tampang datar seperti tembok itu, padahal dalam hati ia bersorak mendengar pujian Billa. Walaupun ia sadar bukan itu sebenarnya yang ingin Billa ucapkan untuknya, tapi tetap saja ia senang kalimat itu keluar dari mulut Billa.

“ Dasar aneh.” Ucap Aiman ke arah Billa.

“Gak apa-apa bapak ngatain saya aneh, saya terima dengan ikhlas asalkan bapak cepat Acc skripsi saya untuk sidang.” Baru kali ini Billa rela disebut apapun, semua itu demi skripsinya tercinta.

“Kalau masih salah, ya tidak mungkin saya Acc.” Ucap Aiman sinis.

“Bapak gak kasihan sama saya, teman-teman saya udah pada selesai semua pak kuliahnya, ada yang udah kerja, bahkan ada yang udah nikah, anaknya udah dua pak, masa saya masih sibuk sama skripsi. Jadi mohon Acc sidangnya Pak Aiman yang terhormat.” Billa tidak peduli lagi dengan tatapan horor Aiman ke arahnya, persetan dengan semua itu, dia akan mengerahkan segala upaya untuk Acc skripsinya agar cepat ikut sidang. 

Sambil menghela nafas, Aiman mulai membuka lembar demi lembar skripsi di depannya, namun masih ada beberapa bagian yang ditandainya dengan bolpoin berwarna biru untuk di revisi. Billa terlihat tak berdaya ketika skripsinya mendapat coretan dari sang Dosen. Tapi ada sedikit rasa syukur, karena sejauh ini yang dikoreksi tidak terlalu banyak.

“Kamu mau di pesankan minum?” Tiba-tiba saja Aiman bertanya membuat Billa sedikit kaget.

“Ga usah pak, saya puasa.” Ucap Billa cepat. “kenapa gak bilang iya aja sih, haus loh ini, kali aja bapak aneh ini mau bayarin, mana sok-sok an bilang puasa lagi.” Hatinya protes akan kata-kata yang dikeluarkan mulutnya.

“Puasa?” Tanya Aiman sedikit heran.

“Iya, puasa senin-kamis pak, hari ini kan hari kamis.” Lihai sekali lidahnya untuk berbohong. Dan Aiman hanya mengangguk.

“Ini skripsi kamu perbaiki hari ini, besok bawa kembali ke saya.” Aiman menyodorkan tumpukan kertas itu ke arah Billa.

“Terima kasih pak, kalau begitu saya pamit dulu pak.” Ucap Billa sambil bangkit dari duduknya.

“Duduk, siapa yang mengizinkan kamu untuk pulang?” Ucapan Aiman membuat Billa bingung namun tetap menuruti perintah Aiman untuk kembali duduk.

“Kenapa pak?” Tanya Billa heran.

“Sekali lagi kamu panggil saya bapak, saya tunda sidang kamu sampai tahun depan.” Ucapan Aiman membuat Billa membulatkan matanya.

“Maksudnya pp-pa,” Bila tidak berani melanjutkan kata-katanya, takutnya ancaman Aiman menjadi kenyataan.

“ Berapa umur kamu sekarang?” Billa sedikit heran dengan pertanyaan Aiman yang tiba-tiba bertanya tentang umur.

“Umur gak ada tahu pak, rahasia Tuhan itu pak.” Refleks Billa menutup mulutnya, menyesal karena sudah menjawab pertanyaan Aiman dengan jawaban bodoh seperti itu, ditambah lagi dalam satu kalimat, dia dua kali mengeluarkan kata pak.

Aiman masih mempertahankan ekspresi datarnya, walaupun sebenarnya ia ingin tertawa mendengar jawaban Billa, tapi ia tetap mempertahankan es kutub utara di dirinya agar tetap beku, jangan sampai ia terlihat receh di depan Billa.

“Berapa?” Ucapnya masih tetap datar.

“24 tahun pak, sudah tua tapi belum wisuda, ngenes banget pak hidup saya, aduh maaf pak, tuh kan pak lagi, jangan marah pak, saya bingung harus manggil apa kalau bukan bapak, kan ga lucu kalau saya panggil sayang.” Billa memukul bibirnya yang kurang ajar tidak tahu tempat. Bisa-bisanya dia keceplosan seperti itu di depan Dosen pembimbingnya. Memang sangat susah menjaga mulut yang remnya rusak.

Ekspresi Aiman menegang mendengar kata-kata Billa, jantungnya berdebar kencang, darahnya berdesir hanya karena mendengar Billa menyebut kata sayang di depannya. Ternyata Billa sangat bahaya untuk kesehatan jiwanya.

***

Terpopuler

Comments

Firli Khalifah

Firli Khalifah

kok GK mau di pnggil pak,ada apa dengan pak dosen

2025-01-31

0

Violeta

Violeta

sabar Billa...org sabar disayang dosen 🤪🤣

2024-12-17

0

Aira Azzahra Humaira

Aira Azzahra Humaira

ah pakdos gengsi nya ketinggian

2024-11-03

0

lihat semua
Episodes
1 November dan Dosen Baru
2 Harapan
3 Hujan dan Rapuh
4 Konsultasi Pertama
5 Jangan panggil saya bapak
6 Tangisan
7 Panggilan telepon tidak jelas
8 Cafe
9 Limbad lu?
10 Janji untuk kesuksesan
11 Linglung, Budek dan Suka Suudzon
12 Nasi Padang
13 Ciyee, lagi jatuh cinta ya?
14 Dijodohkan
15 Aruna
16 Ayo Menikah
17 Paman Gila
18 Difitnah
19 Akhirnya Sidang Juga
20 Dewa dan Aiman
21 Bertemu Aruna
22 Siapa perempuan itu?
23 Rapat Keluarga Aiman
24 Billa mulai gila
25 Bertemu Keluarga Aiman
26 Keluarga Aruna
27 Curhatan Aruna
28 Hari Yudisium
29 Bingung
30 Monyet Ragunan
31 Cerita ke Bunda
32 Pak, ayo nikah!
33 Juragan sawit buat cemburu
34 Bertemu keluarga Billa
35 Emosi
36 Akankah Bahagia itu datang?
37 Ancaman Bunda
38 Gelisah dan Khawatir
39 Pertemuan Keluarga
40 Pepet terus sampai KUA
41 Tanggal pernikahan
42 Tema pernikahan impian
43 Manis dan Iblis
44 Nikah secepatnya!
45 Seserahan
46 Akhirnya...
47 Setelah Akad
48 Tahan...
49 Hasrat
50 Penyatuan Cinta
51 Cobaan Awal
52 Bandung dan Impian
53 Galau Pekerjaan
54 Amukan
55 Bercanda berujung serius
56 Masalah belum terselesaikan
57 Keputusan Billa
58 Kedatangan Aruna dan Nayla
59 S3 ilmu gombal
60 Ocha Kecelakaan
61 Melaporkan tante Latifa
62 Ke Bandung lagi
63 Tengah malam di kota Bandung
64 Obrolan malam
65 Makan siang
66 Supermarket
67 Mantan
68 Merajuk
69 Ke Kawah putih
70 Rancabali
71 Nothing's gonna change my love for you
72 Bertemu Sheza
73 Over thinking bikin pusing
74 Testpack
75 Rezeki titipan Tuhan
76 Kembali ke Jakarta
77 Penderitaan Aiman
78 Kekesalan terhadap Sheza
79 Emosi ibu hamil
80 Kondangan
81 Saling menerima
82 Pertengkaran pertama
83 Penyesalan Billa
84 Meminta maaf dan Memaafkan
85 Mengingat pesan bunda
86 Bertemu Aruna dan Liam
87 Obrolan dengan Rania
88 Toko Roti
89 Suami aneh
90 Kekhawatiran calon ibu
91 LDR
92 Perempuan tidak tahu diri
93 Kemarahan terhadap Sheza
94 Curhat menantu dan mertua
95 Jangan sok ganteng
96 Mencari solusi
97 Bayi Gorila
98 Si anak Rektor
99 Bertemu Rektor
100 Keputusan Sang Rektor
101 Tamu mengejutkan
102 Semua panik
103 Selamat datang ke dunia
104 Gemas
105 Cupu
106 Cemburu
107 Terima Kasih
Episodes

Updated 107 Episodes

1
November dan Dosen Baru
2
Harapan
3
Hujan dan Rapuh
4
Konsultasi Pertama
5
Jangan panggil saya bapak
6
Tangisan
7
Panggilan telepon tidak jelas
8
Cafe
9
Limbad lu?
10
Janji untuk kesuksesan
11
Linglung, Budek dan Suka Suudzon
12
Nasi Padang
13
Ciyee, lagi jatuh cinta ya?
14
Dijodohkan
15
Aruna
16
Ayo Menikah
17
Paman Gila
18
Difitnah
19
Akhirnya Sidang Juga
20
Dewa dan Aiman
21
Bertemu Aruna
22
Siapa perempuan itu?
23
Rapat Keluarga Aiman
24
Billa mulai gila
25
Bertemu Keluarga Aiman
26
Keluarga Aruna
27
Curhatan Aruna
28
Hari Yudisium
29
Bingung
30
Monyet Ragunan
31
Cerita ke Bunda
32
Pak, ayo nikah!
33
Juragan sawit buat cemburu
34
Bertemu keluarga Billa
35
Emosi
36
Akankah Bahagia itu datang?
37
Ancaman Bunda
38
Gelisah dan Khawatir
39
Pertemuan Keluarga
40
Pepet terus sampai KUA
41
Tanggal pernikahan
42
Tema pernikahan impian
43
Manis dan Iblis
44
Nikah secepatnya!
45
Seserahan
46
Akhirnya...
47
Setelah Akad
48
Tahan...
49
Hasrat
50
Penyatuan Cinta
51
Cobaan Awal
52
Bandung dan Impian
53
Galau Pekerjaan
54
Amukan
55
Bercanda berujung serius
56
Masalah belum terselesaikan
57
Keputusan Billa
58
Kedatangan Aruna dan Nayla
59
S3 ilmu gombal
60
Ocha Kecelakaan
61
Melaporkan tante Latifa
62
Ke Bandung lagi
63
Tengah malam di kota Bandung
64
Obrolan malam
65
Makan siang
66
Supermarket
67
Mantan
68
Merajuk
69
Ke Kawah putih
70
Rancabali
71
Nothing's gonna change my love for you
72
Bertemu Sheza
73
Over thinking bikin pusing
74
Testpack
75
Rezeki titipan Tuhan
76
Kembali ke Jakarta
77
Penderitaan Aiman
78
Kekesalan terhadap Sheza
79
Emosi ibu hamil
80
Kondangan
81
Saling menerima
82
Pertengkaran pertama
83
Penyesalan Billa
84
Meminta maaf dan Memaafkan
85
Mengingat pesan bunda
86
Bertemu Aruna dan Liam
87
Obrolan dengan Rania
88
Toko Roti
89
Suami aneh
90
Kekhawatiran calon ibu
91
LDR
92
Perempuan tidak tahu diri
93
Kemarahan terhadap Sheza
94
Curhat menantu dan mertua
95
Jangan sok ganteng
96
Mencari solusi
97
Bayi Gorila
98
Si anak Rektor
99
Bertemu Rektor
100
Keputusan Sang Rektor
101
Tamu mengejutkan
102
Semua panik
103
Selamat datang ke dunia
104
Gemas
105
Cupu
106
Cemburu
107
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!