Paman Gila

Tak henti-hentinya Billa merutuki hidupnya ini, terlalu banyak permasalahan yang datang hanya dalam sehari saja, membuat kepalanya seolah ingin meledak. Ia berpikir bahkan dengan menangis sampai air matanya kering pun belum tentu membuat hatinya lega.

Dengan kasar Billa menghempaskan badannya di atas kasur, ia bergerak seperti cacing kepanasan sambil berteriak tak jelas. Kepalanya semakin berdenyut memikirkan semua masalah itu. Ponselnya masih terus berdering menampilkan nama pamannya di sana. 

Ia masih ragu untuk menggunakan uang yang diberikan oleh Aiman untuk membayar hutang kepada pamannya. Namun disisi lain ia juga tidak ingin hidupnya diatur sedemikian rupa oleh pamannya. Setidaknya ia bisa terlepas dari segala aturan dan kekangan pamannya jika hutang itu sudah terbayar. 

Ponselnya berdering kembali dan kali ini panggilan Bundanya, membuat Billa berusaha untuk menormalkan suaranya agak tidak terdengar seperti orang yang sedang menangis.

“Assalamualaikum Bunda.”

“Waalaikumsalam yuk, ayuk dimana sekarang?” Terdengar suara dari adiknya, Safa di seberang telepon sana. Namun intonasi suaranya terdengar sedikit panik.

(*Ayuk adalah panggilan untuk kakak perempuan di Palembang)

“Ayuk di kost, kamu kenapa Fa?”

“Paman yuk, paman tadi nelpon Bunda, aku gak tau mereka ngomong apa, yang pasti Bunda nangis setelah panggilan telepon itu selesai, aku tanya Bunda, tapi Bunda gak jawab apa-apa.” 

Kini ketakutan Billa terjadi juga, sudah pasti pamannya telah menceritakan semuanya kepada Bundanya, pamannya benar-benar gila. Bagaimana bisa ada manusia yang tidak memiliki hati nurani seperti itu, benarkah laki-laki yang ia sebut paman itu adalah adik kandung ayahnya, mengingat tidak ada sedikitpun belas kasihan darinya untuk keluarga dari kakaknya.

Billa membulatkan tekad menggunakan uang pemberian Aiman untuk membayar hutang kepada pamannya, dan menyuruh pamannya untuk berhenti mengurusi hidup keluarganya. Kini keterkejutan Billa bertambah lagi ketika melihat uang yang di transfer  oleh Aiman melebihi dari nominal yang pernah ia sebutkan di depan laki-laki itu.

“Ya Allah cobaan apa lagi ini, Pak Aiman udah gila kali ya, ngirim uang sebanyak ini.” Billa berbicara pada dirinya sendiri.

Namun ia menepis niat untuk protes ke Aiman sekarang, ia ingin menyelesaikan permasalahannya dengan paman gilanya terlebih dahulu, baru setelah itu mempertanyakan kepada Aiman tentang kelebihan uang yang Aiman kirim kan untuknya.

Ia mengirimkan bukti pengiriman uang ke pamannya, dan setelah itu menelpon sang paman.

“Aku udah transfer uang 45 juta yang selalu paman sebut sebagai hutang kami, dan tolong setelah ini jangan pernah ganggu lagi kehidupan aku sama keluargaku.” Ucap Billa memburu begitu sambungan teleponnya terhubung.

“Dari mana kamu dapat uang sebanyak itu dalam waktu singkat, jual diri kamu ya?” Tuduh paman nya tak berperasaan. Sungguh tidak salah jika Billa menyebutkan jika pamannya ini gila.

“Bukan urusan paman dari mana aku dapat uangnya, yang penting hutang keluargaku lunas, dan jangan pernah ganggu kami lagi.” Dengan tidak sopannya Billa langsung menutup panggilan telepon itu secara sepihak.

Billa memijat keningnya yang terasa semakin berdenyut, kini ia berniat untuk bertanya kepada Aiman mengenai jumlah uang yang Aiman beri untuknya.

Sudah panggilan ketiga, namun Aiman masih belum menjawab panggilan teleponnya. Membuat Billa frustasi dan kembali berteriak, namun kali ini teriakannya sedikit lebih keras, membuat Ocha masuk ke kamarnya dengan wajah panik.

“Lo kenapa Bil?”

“Gue hampir gila rasanya Cha, tolongin gue Cha.” Billa langsung terisak begitu melihat Ocha dengan tampang khawatirnya menatap ke arahnya. Ocha langsung mendekat dan memeluk Billa, membiarkan tangis sahabatnya itu pecah di pelukannya. Dengan lembut Ocha mengelus punggung Billa berusaha menenangkannya.

“Cerita Bil, kalo lo udah siap untuk cerita, jangan dipendam ya, nanti makin sakit.” Ucap Ocha lembut.

Billa melepaskan pelukannya dari tubuh Ocha, menatap lekat ke arah sahabatnya itu, dan ia sudah siap untuk berbagi semua cerita dengan Ocha, mulai dari Acc sidang yang didapatkan dari Bu Dian sampai ke permasalah perjodohan dari pamannya, Aiman yang mengajaknya menikah, pamannya yang menelpon Bundanya,  Aiman memberikannya uang yang ia anggap terlalu banyak dan ingin mengembalikan uang itu tapi Aiman tidak mengangkat teleponnya.

Semua hal itu tidak terlewat sedikitpun dari cerita Billa, membuat Ocha mendengarnya dengan raut wajah terkejut di sepanjang cerita Billa.

“Bil, hidup lo bener-bener luar biasa, gue gak yakin bakal sanggup kalo ada di posisi lo, dengernya aja perih Bil, yang kuat ya Bil.” Ocha kembali memeluk Billa.

“ Gue harus apa Cha, gue anggap permasalahan gue dengan paman gue udah selesai, sekarang gue nyangkutnya sama Pak Aiman.”

“Gue sebenarnya juga bingung Bil mau ngasih saran apa, tapi menurut gue sih, Pak Aiman beneran serius sama elu Bil, kalo gak mana mungkin dia mau kasih uang sebanyak itu ke lo, dan ngajak elu nikah, sekarang gue tanya ke lo Bil, lo punya rasa gak ke Pak Aiman?” Mata Ocha menatap lekat ke arah Billa.

Sejenak Billa terdiam, bingung akan memberikan jawaban apa, “Gue ga tau Cha, gue gak bisa artiin itu sebagai rasa suka, gue cuma merasa bersyukur karena Pak Aiman baik ke gue Cha.” Ucap Billa menunduk.

“ Lo yakin, kalo lo ga ada rasa suka ke Pak Aiman? Tanya Ocha meyakinkan.

Billa menggelengkan kepalanya pelan, “ Gak Cha, gue gak berani punya rasa seperti itu ke Pak Aiman, gue cukup sadar diri aja siapa gue sebenarnya Cha, gue hanya perlu berterima kasih aja ke Pak Aiman.” 

Obrolan mereka terhenti karena panggilan telepon masuk di ponsel Billa, yang ternyata dari Aiman.

“Sekarang selesaikan permasalahan lo sama Pak Aiman, gue keluar dulu.” Ocha beranjak dari duduknya, memberi ruang kepada Billa untuk berbicara dengan Aiman.

“Assalamualaikum Pak.”

“Waalaikumsalam salam, kamu tadi telepon saya ya, maaf tadi saya sedang ada kegiatan sebentar.”

“ Iya Pak gapapa, saya cuma mau nanya Pak, kenapa jumlah uang yang bapak transfer terlalu banyak Pak, kan saya cuma bilang hutang saya ke paman saya itu 45 juta, bapak transfer nya 100 juta, kan kaget saya Pak.”

“Kamu pegang saja uang itu, kalau ada perlu silahkan kamu gunakan.”

“Tapi Pak, ini gak masuk akal banget bapak kasih uang sebanyak itu ke saya, itu bukan uang tumbal kan pak?” Tanya Billa hati-hati.

“Astaghfirullah Billa, kamu kenapa selalu Suudzon sama saya, sekarang kamu tuduh saya  mau jadikan kamu tumbal, pertanyaan saya, pesugihan mana yang menerima tumbal aneh seperti kamu.”

“Mulut bapak kenapa tajam banget, hati saya selalu teriris dengar kata-kata bapak.” 

“Salah kamu sendiri, bikin saya emosi, saya tutup dulu teleponnya saya ada pekerjaan.”

“Tapi pak,,”

Tut tut tut

Aiman menutup panggilan secara sepihak tanpa menunggu omongan Billa selesai.

“Dosen gila, stress tapi dia baik mau nolongin gue, tapi tetap saja jahat, argghhhh, Pak Aiman ini jenis manusia apaan sih, kok aneh banget, ngasih uang mana banyak banget lagi, bikin gue ngiler mau check out semua isi keranjang kuning, tapi kalo nanti diminta lagi kan gak lucu, mau nyari uangnya kemana, masa iya jual ginjal.” Billa kembali bermonolog ria di kamarnya.

Terpopuler

Comments

Nilovar Beik

Nilovar Beik

cerita nano nano...sedih tp kocak dan menghibur banget...suka banget sm novel kayak gini

2024-11-14

3

Bang Ipul

Bang Ipul

yg sabar bil

2024-11-04

2

Sri Astuti

Sri Astuti

tenangkan pikiranmu Billa.. biarkan uang itu ada pdmu.. klo mmg nti sdh ada kejelasan dr pak dosbing kamu bs ambil keputusan ..

2024-09-08

0

lihat semua
Episodes
1 November dan Dosen Baru
2 Harapan
3 Hujan dan Rapuh
4 Konsultasi Pertama
5 Jangan panggil saya bapak
6 Tangisan
7 Panggilan telepon tidak jelas
8 Cafe
9 Limbad lu?
10 Janji untuk kesuksesan
11 Linglung, Budek dan Suka Suudzon
12 Nasi Padang
13 Ciyee, lagi jatuh cinta ya?
14 Dijodohkan
15 Aruna
16 Ayo Menikah
17 Paman Gila
18 Difitnah
19 Akhirnya Sidang Juga
20 Dewa dan Aiman
21 Bertemu Aruna
22 Siapa perempuan itu?
23 Rapat Keluarga Aiman
24 Billa mulai gila
25 Bertemu Keluarga Aiman
26 Keluarga Aruna
27 Curhatan Aruna
28 Hari Yudisium
29 Bingung
30 Monyet Ragunan
31 Cerita ke Bunda
32 Pak, ayo nikah!
33 Juragan sawit buat cemburu
34 Bertemu keluarga Billa
35 Emosi
36 Akankah Bahagia itu datang?
37 Ancaman Bunda
38 Gelisah dan Khawatir
39 Pertemuan Keluarga
40 Pepet terus sampai KUA
41 Tanggal pernikahan
42 Tema pernikahan impian
43 Manis dan Iblis
44 Nikah secepatnya!
45 Seserahan
46 Akhirnya...
47 Setelah Akad
48 Tahan...
49 Hasrat
50 Penyatuan Cinta
51 Cobaan Awal
52 Bandung dan Impian
53 Galau Pekerjaan
54 Amukan
55 Bercanda berujung serius
56 Masalah belum terselesaikan
57 Keputusan Billa
58 Kedatangan Aruna dan Nayla
59 S3 ilmu gombal
60 Ocha Kecelakaan
61 Melaporkan tante Latifa
62 Ke Bandung lagi
63 Tengah malam di kota Bandung
64 Obrolan malam
65 Makan siang
66 Supermarket
67 Mantan
68 Merajuk
69 Ke Kawah putih
70 Rancabali
71 Nothing's gonna change my love for you
72 Bertemu Sheza
73 Over thinking bikin pusing
74 Testpack
75 Rezeki titipan Tuhan
76 Kembali ke Jakarta
77 Penderitaan Aiman
78 Kekesalan terhadap Sheza
79 Emosi ibu hamil
80 Kondangan
81 Saling menerima
82 Pertengkaran pertama
83 Penyesalan Billa
84 Meminta maaf dan Memaafkan
85 Mengingat pesan bunda
86 Bertemu Aruna dan Liam
87 Obrolan dengan Rania
88 Toko Roti
89 Suami aneh
90 Kekhawatiran calon ibu
91 LDR
92 Perempuan tidak tahu diri
93 Kemarahan terhadap Sheza
94 Curhat menantu dan mertua
95 Jangan sok ganteng
96 Mencari solusi
97 Bayi Gorila
98 Si anak Rektor
99 Bertemu Rektor
100 Keputusan Sang Rektor
101 Tamu mengejutkan
102 Semua panik
103 Selamat datang ke dunia
104 Gemas
105 Cupu
106 Cemburu
107 Terima Kasih
Episodes

Updated 107 Episodes

1
November dan Dosen Baru
2
Harapan
3
Hujan dan Rapuh
4
Konsultasi Pertama
5
Jangan panggil saya bapak
6
Tangisan
7
Panggilan telepon tidak jelas
8
Cafe
9
Limbad lu?
10
Janji untuk kesuksesan
11
Linglung, Budek dan Suka Suudzon
12
Nasi Padang
13
Ciyee, lagi jatuh cinta ya?
14
Dijodohkan
15
Aruna
16
Ayo Menikah
17
Paman Gila
18
Difitnah
19
Akhirnya Sidang Juga
20
Dewa dan Aiman
21
Bertemu Aruna
22
Siapa perempuan itu?
23
Rapat Keluarga Aiman
24
Billa mulai gila
25
Bertemu Keluarga Aiman
26
Keluarga Aruna
27
Curhatan Aruna
28
Hari Yudisium
29
Bingung
30
Monyet Ragunan
31
Cerita ke Bunda
32
Pak, ayo nikah!
33
Juragan sawit buat cemburu
34
Bertemu keluarga Billa
35
Emosi
36
Akankah Bahagia itu datang?
37
Ancaman Bunda
38
Gelisah dan Khawatir
39
Pertemuan Keluarga
40
Pepet terus sampai KUA
41
Tanggal pernikahan
42
Tema pernikahan impian
43
Manis dan Iblis
44
Nikah secepatnya!
45
Seserahan
46
Akhirnya...
47
Setelah Akad
48
Tahan...
49
Hasrat
50
Penyatuan Cinta
51
Cobaan Awal
52
Bandung dan Impian
53
Galau Pekerjaan
54
Amukan
55
Bercanda berujung serius
56
Masalah belum terselesaikan
57
Keputusan Billa
58
Kedatangan Aruna dan Nayla
59
S3 ilmu gombal
60
Ocha Kecelakaan
61
Melaporkan tante Latifa
62
Ke Bandung lagi
63
Tengah malam di kota Bandung
64
Obrolan malam
65
Makan siang
66
Supermarket
67
Mantan
68
Merajuk
69
Ke Kawah putih
70
Rancabali
71
Nothing's gonna change my love for you
72
Bertemu Sheza
73
Over thinking bikin pusing
74
Testpack
75
Rezeki titipan Tuhan
76
Kembali ke Jakarta
77
Penderitaan Aiman
78
Kekesalan terhadap Sheza
79
Emosi ibu hamil
80
Kondangan
81
Saling menerima
82
Pertengkaran pertama
83
Penyesalan Billa
84
Meminta maaf dan Memaafkan
85
Mengingat pesan bunda
86
Bertemu Aruna dan Liam
87
Obrolan dengan Rania
88
Toko Roti
89
Suami aneh
90
Kekhawatiran calon ibu
91
LDR
92
Perempuan tidak tahu diri
93
Kemarahan terhadap Sheza
94
Curhat menantu dan mertua
95
Jangan sok ganteng
96
Mencari solusi
97
Bayi Gorila
98
Si anak Rektor
99
Bertemu Rektor
100
Keputusan Sang Rektor
101
Tamu mengejutkan
102
Semua panik
103
Selamat datang ke dunia
104
Gemas
105
Cupu
106
Cemburu
107
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!