Panggilan telepon tidak jelas

Sejak sepuluh menit yang lalu,  Billa perang batin antara menghubungi dosennya atau tidak. Ia sudah menyelesaikan revisian skripsinya dan berniat akan konsul kembali dengan dosen pembimbingnya itu, tapi ia masih ragu untuk bertanya kepada dosennya tersebut, takut akan mengganggu waktu istirahat sang dosen mengingat sekarang sudah malam.

Billa melihat layar ponselnya, disana tertera angka 20.04. Ia kembali membatin jika ini belumlah terlalu malam untuk menghubungi seseorang. Akhirnya ia mengetikkan sesuatu di layar ponselnya dengan wajah sedikit ragu.

“Assalamualaikum, selamat malam pak. Maaf jika saya mengganggu waktu bapak, saya hanya ingin menanyakan apakah besok bapak ada waktu untuk konsultasi skripsi?” Ia memejamkan mata setelah mengirimkan pesan itu, jantungnya berdetak dengan kencang seolah-olah ia telah melakukan kesalahan besar.

Lima menit berlalu, dengan gusar ia memandangi layar benda persegi itu. berharap secepatnya mendapat pesan balasan dari dosennya. Seketika matanya melebar melihat panggilan masuk ke ponselnya, tertera nama “Pak Aiman Dosbing”, ia mengubah posisinya menjadi duduk, tangannya bergetar dan mendadak ia merasakan dingin di sekujur tubuhnya, ia seolah tidak sanggup untuk menggeser ikon berwarna hijau itu untuk menjawab panggilan. Disaat ia sedang menormalkan detak jantungnya, panggilan telepon itu berakhir, membuat ia semakin panik, takut jika dosen pembimbingnya itu akan marah karena ia tidak menjawab telepon.

Belum hilang paniknya, kini ponselnya kembali berdering dan masih menampilkan nama penelepon yang sama,  dengan tangan yang dingin Billa mencoba menjawab panggilan telepon itu.

“Assalamualaikum pak.” Billa menahan agar suaranya tidak bergetar.

“Waalaikumsalam.” Suara bariton itu terdengar dari seberang telepon, membuat Billa bergidik mendengarnya.

Billa memberanikan diri untuk bertanya, “Maaf pak, ada apa ya?” 

“ Bukankah tadi kamu bertanya kepada saya mengenai waktu konsultasi untuk skripsi kamu.” Billa mengerjap mendengar kalimat yang dikeluarkan dosennya, dalam hatinya ia membatin kesal, “ya balas lewat chat aja kali pak, ngapain pake nelpon segala, bikin orang takut aja”.

“Iya pak, apa bapak ada waktu untuk konsultasi besok?” Billa bertanya dengan ragu dengan intonasi suara yang semakin menurun di setiap katanya.

“ Saya rasa kamu itu tidak pikun kan?” 

“Maksudnya pak?” Billa benar-benar bingung menghadapi dosennya yang satu ini.

“Saya sudah mengingatkan kamu untuk tidak memanggil saya bapak, kecuali di depan banyak orang di kampus.” Ucap pria itu datar.

“ Terus saya panggil apa dong pak, kan gak mungkin saya panggil om.” Billa memukul bibirnya yang tidak bisa di rem saat berucap. Ia sudah membayangkan bagaimana ekspresi dosennya itu, pasti sangat mengerikan.

“Kamu mau tidak saya luluskan?” Terdengar suara yang begitu kesal di seberang sana.

“Maaf pak, mulut saya memang sering blong rem nya pak.” Lagi-lagi Billa memukul-mukul bibirnya.

“ Rugi saya menelpon kamu, buat emosi saya naik saja.” 

“ Maaf pak, pak halo pak, yah dimatiin teleponnya.”  Billa melempar ponsel asal ke atas kasur, kemudian menghempaskan badannya kasar di kasur empuknya.

“ Kenapa sih sama tuh dosen, dia yang nelpon, dia yang marah-marah, kalau gini ceritanya biar tertunda nih Acc sidang gue, argghhhh” Billa mengacak rambutnya kasar. 

“Tapi kenapa ya Pak Aiman selalu marah  kalo gue panggil bapak, dia maunya gue panggil apa dong, masa iya manggil ibu, kan ga lucu, atau gue panggil sayang aja, pasti gue dijambak.” Ia kembali bermonolog.

Setelah mengumpulkan keberanian, ia akhirnya kembali mengetik pesan untuk dikirimkan ke dosen anehnya tersebut.

“Selamat malam pak, saya minta maaf pak atas kesalahan saya yang sudah membuat bapak emosi.” 

Tidak berselang lama, dua centang di pesannya sudah berubah warna menjadi biru yang artinya pesannya telah dibaca oleh dosen tersebut, namun belum ada tanda-tanda jika sang dosen akan membalas pesannya. Satu menit, lima menit, sepuluh menit berlalu namun Billa belum kunjung menerima balasan chatnya.

“Emang rada-rada ya ini dosen, chat gue di read doang gitu.” Billa tak percaya menatap layar ponselnya.

“Gue doain ya pak, semoga bapak nanti akan menemukan jodoh yang menyebalkan tiada tanding, biar kapok bapak.” Billa berbicara ke layar ponselnya.

Dengan kesal yang masih menggunung, akhirnya Billa memilih menyimpan ponselnya di kabinet samping tempat tidur kemudian merebahkan tubuhnya untuk beristirahat. Ia hanya berharap semoga besok sudah ada kabar baik dari dosennya dan menerima konsultasi skripsinya.

***

Terpopuler

Comments

Cah Dangsambuh

Cah Dangsambuh

panggil dek aja bil biar seneng😃😃😃😃

2024-12-09

0

Bang Ipul

Bang Ipul

kayak mobil aja pakek rem

2024-11-03

0

dewi

dewi

panggil mas aja billa

2024-12-11

0

lihat semua
Episodes
1 November dan Dosen Baru
2 Harapan
3 Hujan dan Rapuh
4 Konsultasi Pertama
5 Jangan panggil saya bapak
6 Tangisan
7 Panggilan telepon tidak jelas
8 Cafe
9 Limbad lu?
10 Janji untuk kesuksesan
11 Linglung, Budek dan Suka Suudzon
12 Nasi Padang
13 Ciyee, lagi jatuh cinta ya?
14 Dijodohkan
15 Aruna
16 Ayo Menikah
17 Paman Gila
18 Difitnah
19 Akhirnya Sidang Juga
20 Dewa dan Aiman
21 Bertemu Aruna
22 Siapa perempuan itu?
23 Rapat Keluarga Aiman
24 Billa mulai gila
25 Bertemu Keluarga Aiman
26 Keluarga Aruna
27 Curhatan Aruna
28 Hari Yudisium
29 Bingung
30 Monyet Ragunan
31 Cerita ke Bunda
32 Pak, ayo nikah!
33 Juragan sawit buat cemburu
34 Bertemu keluarga Billa
35 Emosi
36 Akankah Bahagia itu datang?
37 Ancaman Bunda
38 Gelisah dan Khawatir
39 Pertemuan Keluarga
40 Pepet terus sampai KUA
41 Tanggal pernikahan
42 Tema pernikahan impian
43 Manis dan Iblis
44 Nikah secepatnya!
45 Seserahan
46 Akhirnya...
47 Setelah Akad
48 Tahan...
49 Hasrat
50 Penyatuan Cinta
51 Cobaan Awal
52 Bandung dan Impian
53 Galau Pekerjaan
54 Amukan
55 Bercanda berujung serius
56 Masalah belum terselesaikan
57 Keputusan Billa
58 Kedatangan Aruna dan Nayla
59 S3 ilmu gombal
60 Ocha Kecelakaan
61 Melaporkan tante Latifa
62 Ke Bandung lagi
63 Tengah malam di kota Bandung
64 Obrolan malam
65 Makan siang
66 Supermarket
67 Mantan
68 Merajuk
69 Ke Kawah putih
70 Rancabali
71 Nothing's gonna change my love for you
72 Bertemu Sheza
73 Over thinking bikin pusing
74 Testpack
75 Rezeki titipan Tuhan
76 Kembali ke Jakarta
77 Penderitaan Aiman
78 Kekesalan terhadap Sheza
79 Emosi ibu hamil
80 Kondangan
81 Saling menerima
82 Pertengkaran pertama
83 Penyesalan Billa
84 Meminta maaf dan Memaafkan
85 Mengingat pesan bunda
86 Bertemu Aruna dan Liam
87 Obrolan dengan Rania
88 Toko Roti
89 Suami aneh
90 Kekhawatiran calon ibu
91 LDR
92 Perempuan tidak tahu diri
93 Kemarahan terhadap Sheza
94 Curhat menantu dan mertua
95 Jangan sok ganteng
96 Mencari solusi
97 Bayi Gorila
98 Si anak Rektor
99 Bertemu Rektor
100 Keputusan Sang Rektor
101 Tamu mengejutkan
102 Semua panik
103 Selamat datang ke dunia
104 Gemas
105 Cupu
106 Cemburu
107 Terima Kasih
Episodes

Updated 107 Episodes

1
November dan Dosen Baru
2
Harapan
3
Hujan dan Rapuh
4
Konsultasi Pertama
5
Jangan panggil saya bapak
6
Tangisan
7
Panggilan telepon tidak jelas
8
Cafe
9
Limbad lu?
10
Janji untuk kesuksesan
11
Linglung, Budek dan Suka Suudzon
12
Nasi Padang
13
Ciyee, lagi jatuh cinta ya?
14
Dijodohkan
15
Aruna
16
Ayo Menikah
17
Paman Gila
18
Difitnah
19
Akhirnya Sidang Juga
20
Dewa dan Aiman
21
Bertemu Aruna
22
Siapa perempuan itu?
23
Rapat Keluarga Aiman
24
Billa mulai gila
25
Bertemu Keluarga Aiman
26
Keluarga Aruna
27
Curhatan Aruna
28
Hari Yudisium
29
Bingung
30
Monyet Ragunan
31
Cerita ke Bunda
32
Pak, ayo nikah!
33
Juragan sawit buat cemburu
34
Bertemu keluarga Billa
35
Emosi
36
Akankah Bahagia itu datang?
37
Ancaman Bunda
38
Gelisah dan Khawatir
39
Pertemuan Keluarga
40
Pepet terus sampai KUA
41
Tanggal pernikahan
42
Tema pernikahan impian
43
Manis dan Iblis
44
Nikah secepatnya!
45
Seserahan
46
Akhirnya...
47
Setelah Akad
48
Tahan...
49
Hasrat
50
Penyatuan Cinta
51
Cobaan Awal
52
Bandung dan Impian
53
Galau Pekerjaan
54
Amukan
55
Bercanda berujung serius
56
Masalah belum terselesaikan
57
Keputusan Billa
58
Kedatangan Aruna dan Nayla
59
S3 ilmu gombal
60
Ocha Kecelakaan
61
Melaporkan tante Latifa
62
Ke Bandung lagi
63
Tengah malam di kota Bandung
64
Obrolan malam
65
Makan siang
66
Supermarket
67
Mantan
68
Merajuk
69
Ke Kawah putih
70
Rancabali
71
Nothing's gonna change my love for you
72
Bertemu Sheza
73
Over thinking bikin pusing
74
Testpack
75
Rezeki titipan Tuhan
76
Kembali ke Jakarta
77
Penderitaan Aiman
78
Kekesalan terhadap Sheza
79
Emosi ibu hamil
80
Kondangan
81
Saling menerima
82
Pertengkaran pertama
83
Penyesalan Billa
84
Meminta maaf dan Memaafkan
85
Mengingat pesan bunda
86
Bertemu Aruna dan Liam
87
Obrolan dengan Rania
88
Toko Roti
89
Suami aneh
90
Kekhawatiran calon ibu
91
LDR
92
Perempuan tidak tahu diri
93
Kemarahan terhadap Sheza
94
Curhat menantu dan mertua
95
Jangan sok ganteng
96
Mencari solusi
97
Bayi Gorila
98
Si anak Rektor
99
Bertemu Rektor
100
Keputusan Sang Rektor
101
Tamu mengejutkan
102
Semua panik
103
Selamat datang ke dunia
104
Gemas
105
Cupu
106
Cemburu
107
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!