Dijodohkan

Hari ini Billa sudah bersiap-siap untuk bertemu dengan Bu Dian selaku Dosen Pembimbing 2 nya. Bu Dian terkenal sebagai Dosen yang sangat ramah dan baik hati, hal itu yang membuat Billa tidak begitu tegang ketika hendak bertemu dengan Dosen cantiknya itu.

Billa kembali menjumpai Mbak Lis, yang duduk di loket kantor jurusannya, ia sedang menerima pendaftaran seminar proposal dari salah satu mahasiswa. Begitu melihat ke arah Billa yang berdiri tidak jauh dari loket, ia langsung menyunggingkan senyumnya.

“Mau konsul sama Pak Aiman?” Tanyanya lembut.

“Gak mbak, sama Pak Aiman sudah selesai, sekarang mau lanjut konsul ke Pembimbing 2 mbak, sama Bu Dian.”

“Oh mau jumpa Bu Dian, kayaknya Bu Dian lagi ngajar, mungkin sebentar lagi kesini, ditunggu aja ya.” Ucapnya lembut.

“ Baik mbak, terima kasih.” 

Billa langsung menuju ke salah satu kursi yang masih kosong, duduk disana sambil memainkan ponselnya. ia melirik sekilas ke beberapa orang yang ada disana, semuanya memiliki teman untuk bicara, hanya dirinya yang sendiri tanpa ada teman. Menyedihkan sekali memang.

Tiba-tiba ia mendengar mahasiswi disampingnya saling berbisik dan menyebutkan nama Aiman, membuat Billa melihat ke arah depan dan ternyata benar di sana ada Aiman yang sedang berdiri dan berbicara dengan beberapa Dosen lain. Mata mereka bertemu, membuat Billa menyunggingkan senyum canggung ke arah Aiman, namun pria itu tak berekspresi sedikitpun.

“Asem, rugi gue senyum malah gak dianggap.” Kesal sekali rasanya Billa melihat ekspresi Aiman yang datar seperti tembok di sampingnya.

Tak berselang lama, Billa melihat Bu Dian masuk ke ruangan kantor jurusan. Mbak Lis melihat ke arahnya dan mengisyaratkan kata “Tunggu sebentar ya” membuat Billa mengangguk dan membalasnya dengan tersenyum. Dan senyum Billa itu tidak luput dari pandangan Aiman, membuat darahnya berdesir hanya karena senyum manis di bibir Billa.

Kini Billa sudah duduk berhadapan dengan Bu Dian, yang menyunggingkan senyuman hangat ke arahnya.

“Mana skripsi kamu?” Ucap Bu Dian ramah.

“ Ini Bu,” Ucap Billa sambil memberikan skripsinya.

“Pembimbing 1 nya Pak Aiman ya?”

“Iya Bu, dulu awalnya saya sama Pak Anwar Bu, jadi sekarang di alihkan ke Pak Aiman.” 

Bu Dian mengangguk mendengar ucapan Billa.

“Kalau sudah dapat Acc sidang Pak Aiman, itu artinya sudah sempurna ini, tidak banyak lagi yang perlu ibu periksa.” Bu Dian berbicara sambil membalikkan lembar demi lembar skripsi di tangannya. Hati Billa sedikit tenang mendengarnya.Sepuluh menit sudah Bu Dian memeriksa skripsi itu dengan diam dan fokus, namun belum terlihat ia mengoreksi tulisan tersebut pertanda Bu Dian belum menemukan kesalahan ataupun sesuatu yang mengganjal disana.

“Kamu keberatan atau tidak, jika ibu Acc sidang hari ini juga?” Tanya Bu Dian tertawa pelan.

“ Tentu saja tidak Bu, saya akan sangat berterima kasih jika di Acc sidang hari ini Bu.” Ujar Billa antusias.

“Skripsi kamu sudah sesuai semua, mulai dari latar belakang, metode penelitian sampai ke isi pembahasannya sudah sesuai semua, dan dalam penulisan pun tidak ada kesalahan lagi. Sudah ibu bilang kan jika sudah di Acc oleh Pak Aiman berarti itu sudah sempurna, karena dia begitu teliti orangnya. Berapa kali kamu konsul dengan Pak Aiman?”

“ Tiga kali Bu.” Bu Dian hanya mengangguk mendengar kalimat Billa, kemudian membubuhkan tanda tangannya di cover skripsi Billa sebagai tanda Acc sidang. Tak henti-henti rasa syukur Billa lantunkan dalam hatinya.

Billa keluar dari ruangan dengan wajah yang bahagia, bibirnya berkedut ingin terus tersenyum. Setelah beberapa langkah ia meninggalkan kantor jurusanya, kini ia kembali ke jendela loket kantor jurusannya untuk menjumpai Mbak Lis.

“ Permisi mbak, skripsi saya sudah mendapatkan Acc sidang, jadi saya mau daftar sidang, syarat untuk daftar sidang apa saja ya mbak?” Tanyanya lembut.

“Wahh selamat ya Billa, sebentar ya mbak ambilkan dulu form syaratnya.”

“ Terima kasih mbak.” Ucap Billa begitu ia menerima kertas yang berisi syarat untuk mengajukan sidang skripsi.

Billa melangkah dengan hati yang bahagia, ia sudah tidak sabar untuk memberitahukan kepada orang tuanya jika ia akan mendaftar sidang, dan juga tidak sabar untuk memberitahukan kepada sahabat Ocha. 

Saat ia melewati kantin ia melihat Aiman yang tengah duduk bersama 3 Dosen lainnya. Mata mereka saling bertemu, tak lupa Billa tersenyum ke arah Aiman, dan memperlihatkan skripsinya ke arah Aiman seraya mengucapkan “Terima kasih” dengan isyarat bibir saja, Aiman hanya membalasnya dengan senyuman tipis, saking tipisnya Billa tidak dapat mengartikan itu sebagai sebuah senyuman, karena yang terlihat tetaplah wajah datar tanpa ekspresi dari Aiman.

Billa tidak mempermasalahkan itu, hatinya tengah bahagia saat ini, jadi ekspresi Aiman bukan sesuatu yang penting saat ini. Sementara mata Aiman terus mengikuti gerak langkah Billa, pandangannya tidak bisa lepas dari gadis berhijab coklat susu itu. Ingin ia menjumpai Billa untuk memberi selamat secara langsung kepada Billa, karena satu tahap sudah dilewatinya, namun percakapannya dengan Dosen-dosen ini belum selesai dan tidak mungkin ia berpamitan begitu saja.

“Pak Aiman selain menjadi Dosen apa ada pekerjaan lain?" Pertanyaan dari pak Surya, menyadarkan Aiman yang sejak tadi memandang ke arah Billa sampai gadis hilang dari pandangannya.

“ Saya kebetulan punya beberapa bisnis di bidang Fashion Pria, dan juga membuka beberapa cafe di wilayah Jakarta dan Bandung pak.” Ucap Aiman berusaha seramah mungkin, padahal ingin sekali ia menghilang dari pembahasan yang seolah tidak ada ujungnya ini.

Disisi lain, Billa masih dengan langkah bahagianya berjalan menuju halte bus untuk pulang ke kostnya, namun raut bahagia di wajahnya seketika berubah ketika ia menerima telepon dari sang paman, yang mengatakan akan menjodohkan Billa dengan anak dari temannya, dan tidak ada alasan bagi Billa untuk menolaknya, dikarenakan teman dari pamannya itu adalah orang kaya yang memiliki kebun sawit berhektar-hektar. Dan jika menikah dengan anak temannya itu, Billa akan memiliki uang untuk membayar hutang kepada pamannya yang selama ini sudah membiayainya. Anak dari teman pamannya itu sudah melihat foto Billa yang ditunjukkan oleh sang paman, dan mengaku tertarik dengan Billa.

Dada Billa bagai dihantam oleh benda yang besar, sakit sekali rasanya disaat hidupnya diatur sedemikian rupa oleh orang lain, bahkan ia tidak diberi sedikitpun kesempatan untuk membela diri. Tangisnya pecah di sebuah kursi di dekat halte, sama sekali ia tidak memperdulikan dimana ia saat ini, yang ia inginkan adalah menangis untuk menumpahkan segala sakit hatinya. Bukannya semakin mereda, tangisan Billa semakin menjadi ketika ia kembali teringat akan nasibnya yang begitu jauh dari kata beruntung.

Billa tersentak ketika sebuah tangan menarik pergelangan tangannya, ia melihat sekilas siapa yang berani menyeretnya. Matanya membelalak karena terkejut begitu mengetahui jika yang menarik tangannya adalah Aiman. Dengan pasrah Billa mengikuti langkah Aiman yang terus berjalan dengan langkah cepat.

Terpopuler

Comments

Bang Ipul

Bang Ipul

yg sabar billa padti indah pada waktunya

2024-11-04

1

Bunda Aish

Bunda Aish

pak dosen ini irit bicara tapi langsung bertindak ya

2024-09-08

0

Sri Astuti

Sri Astuti

wah.. mau dilamar ya pak dosbing

2024-09-08

0

lihat semua
Episodes
1 November dan Dosen Baru
2 Harapan
3 Hujan dan Rapuh
4 Konsultasi Pertama
5 Jangan panggil saya bapak
6 Tangisan
7 Panggilan telepon tidak jelas
8 Cafe
9 Limbad lu?
10 Janji untuk kesuksesan
11 Linglung, Budek dan Suka Suudzon
12 Nasi Padang
13 Ciyee, lagi jatuh cinta ya?
14 Dijodohkan
15 Aruna
16 Ayo Menikah
17 Paman Gila
18 Difitnah
19 Akhirnya Sidang Juga
20 Dewa dan Aiman
21 Bertemu Aruna
22 Siapa perempuan itu?
23 Rapat Keluarga Aiman
24 Billa mulai gila
25 Bertemu Keluarga Aiman
26 Keluarga Aruna
27 Curhatan Aruna
28 Hari Yudisium
29 Bingung
30 Monyet Ragunan
31 Cerita ke Bunda
32 Pak, ayo nikah!
33 Juragan sawit buat cemburu
34 Bertemu keluarga Billa
35 Emosi
36 Akankah Bahagia itu datang?
37 Ancaman Bunda
38 Gelisah dan Khawatir
39 Pertemuan Keluarga
40 Pepet terus sampai KUA
41 Tanggal pernikahan
42 Tema pernikahan impian
43 Manis dan Iblis
44 Nikah secepatnya!
45 Seserahan
46 Akhirnya...
47 Setelah Akad
48 Tahan...
49 Hasrat
50 Penyatuan Cinta
51 Cobaan Awal
52 Bandung dan Impian
53 Galau Pekerjaan
54 Amukan
55 Bercanda berujung serius
56 Masalah belum terselesaikan
57 Keputusan Billa
58 Kedatangan Aruna dan Nayla
59 S3 ilmu gombal
60 Ocha Kecelakaan
61 Melaporkan tante Latifa
62 Ke Bandung lagi
63 Tengah malam di kota Bandung
64 Obrolan malam
65 Makan siang
66 Supermarket
67 Mantan
68 Merajuk
69 Ke Kawah putih
70 Rancabali
71 Nothing's gonna change my love for you
72 Bertemu Sheza
73 Over thinking bikin pusing
74 Testpack
75 Rezeki titipan Tuhan
76 Kembali ke Jakarta
77 Penderitaan Aiman
78 Kekesalan terhadap Sheza
79 Emosi ibu hamil
80 Kondangan
81 Saling menerima
82 Pertengkaran pertama
83 Penyesalan Billa
84 Meminta maaf dan Memaafkan
85 Mengingat pesan bunda
86 Bertemu Aruna dan Liam
87 Obrolan dengan Rania
88 Toko Roti
89 Suami aneh
90 Kekhawatiran calon ibu
91 LDR
92 Perempuan tidak tahu diri
93 Kemarahan terhadap Sheza
94 Curhat menantu dan mertua
95 Jangan sok ganteng
96 Mencari solusi
97 Bayi Gorila
98 Si anak Rektor
99 Bertemu Rektor
100 Keputusan Sang Rektor
101 Tamu mengejutkan
102 Semua panik
103 Selamat datang ke dunia
104 Gemas
105 Cupu
106 Cemburu
107 Terima Kasih
Episodes

Updated 107 Episodes

1
November dan Dosen Baru
2
Harapan
3
Hujan dan Rapuh
4
Konsultasi Pertama
5
Jangan panggil saya bapak
6
Tangisan
7
Panggilan telepon tidak jelas
8
Cafe
9
Limbad lu?
10
Janji untuk kesuksesan
11
Linglung, Budek dan Suka Suudzon
12
Nasi Padang
13
Ciyee, lagi jatuh cinta ya?
14
Dijodohkan
15
Aruna
16
Ayo Menikah
17
Paman Gila
18
Difitnah
19
Akhirnya Sidang Juga
20
Dewa dan Aiman
21
Bertemu Aruna
22
Siapa perempuan itu?
23
Rapat Keluarga Aiman
24
Billa mulai gila
25
Bertemu Keluarga Aiman
26
Keluarga Aruna
27
Curhatan Aruna
28
Hari Yudisium
29
Bingung
30
Monyet Ragunan
31
Cerita ke Bunda
32
Pak, ayo nikah!
33
Juragan sawit buat cemburu
34
Bertemu keluarga Billa
35
Emosi
36
Akankah Bahagia itu datang?
37
Ancaman Bunda
38
Gelisah dan Khawatir
39
Pertemuan Keluarga
40
Pepet terus sampai KUA
41
Tanggal pernikahan
42
Tema pernikahan impian
43
Manis dan Iblis
44
Nikah secepatnya!
45
Seserahan
46
Akhirnya...
47
Setelah Akad
48
Tahan...
49
Hasrat
50
Penyatuan Cinta
51
Cobaan Awal
52
Bandung dan Impian
53
Galau Pekerjaan
54
Amukan
55
Bercanda berujung serius
56
Masalah belum terselesaikan
57
Keputusan Billa
58
Kedatangan Aruna dan Nayla
59
S3 ilmu gombal
60
Ocha Kecelakaan
61
Melaporkan tante Latifa
62
Ke Bandung lagi
63
Tengah malam di kota Bandung
64
Obrolan malam
65
Makan siang
66
Supermarket
67
Mantan
68
Merajuk
69
Ke Kawah putih
70
Rancabali
71
Nothing's gonna change my love for you
72
Bertemu Sheza
73
Over thinking bikin pusing
74
Testpack
75
Rezeki titipan Tuhan
76
Kembali ke Jakarta
77
Penderitaan Aiman
78
Kekesalan terhadap Sheza
79
Emosi ibu hamil
80
Kondangan
81
Saling menerima
82
Pertengkaran pertama
83
Penyesalan Billa
84
Meminta maaf dan Memaafkan
85
Mengingat pesan bunda
86
Bertemu Aruna dan Liam
87
Obrolan dengan Rania
88
Toko Roti
89
Suami aneh
90
Kekhawatiran calon ibu
91
LDR
92
Perempuan tidak tahu diri
93
Kemarahan terhadap Sheza
94
Curhat menantu dan mertua
95
Jangan sok ganteng
96
Mencari solusi
97
Bayi Gorila
98
Si anak Rektor
99
Bertemu Rektor
100
Keputusan Sang Rektor
101
Tamu mengejutkan
102
Semua panik
103
Selamat datang ke dunia
104
Gemas
105
Cupu
106
Cemburu
107
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!