Jangan panggil saya bapak

Billa masih memperhatikan dosennya yang tengah sibuk membaca skripsi miliknya. Sesekali Billa menahan nafasnya ketika sang dosen mengerutkan dahi di sela-sela kegiatannya membaca skripsi miliknya.

“Sudah pernah konsul dengan pak Anwar?” Suara sedikit berat itu membuat Billa menjadi merinding.

“Baru sekali pak, itu pun Cuma diperiksa sampai bab tiga saja, sedangkan bab empat dan lima belum pak.” Ia mencoba menjelaskan dengan bahasa sesopan mungkin, namun tetap saja ia mendapat hadiah tatapan tidak suka dari dosen di depannya.

“Judul skripsi kamu tentang Korelasi IPK tinggi terhadap keberhasilan di lapangan kerja, ini nilai korelasinya kamu cari sendiri atau bagaimana?” Dosennya bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari lembaran - lembaran kertas di depannya.

“Saya hitung sendiri pak.” Lagi-lagi ia mendapat tatapan tidak suka itu.

“Maksud saya, saya menghitungnya menggunakan kalkulator pak.” Ia sudah kenyang dengan tatapan itu, dan tanpa bersuara dosen dengan kulit sedikit tan itu masih setia dengan tatapan yang seolah tak suka yang ditujukan kepada mahasiswi di depannya.

“Saya salah bicara pak ya, kok kayaknya bapak gak suka gitu ngeliat saya, bapak bilang aja salah saya apa, biar bisa saya perbaiki, saya ngerasa takut ditatap gitu terus pak.” Ia mencoba mengutarakan isi hatinya, semua ini demi kenyamanan konsulnya.

“Saya tidak suka cara bicara kamu.” Aiman menjawab dengan tatapan yang belum berubah.

“Apa saya bicara kurang sopan, pak. Tapi menurut saya,  bahasa yang saya gunakan untuk berkomunikasi dengan bapak sudah termasuk kategori yang sopan pak, jadi dimana salah saya pak?” Sungguh ia ingin menghilang dari hadapan dosennya ini.

“Jangan panggil saya bapak!” Ucap Aiman tanpa menoleh ke arah Billa, matanya tetap terfokus pada lembaran skripsi milik Billa.

“Maaf, tapi bapak kan dosen saya, jadi sudah sewajarnya saya panggil bapak.” Billa sungguh bingung dengan kelakuan dosennya yang bernama Aiman itu.

“Saya memang dosen, dan itu memang panggilan yang wajar buat saya, semua orang boleh memanggil saya begitu, tapi tidak dengan kamu.” Suara beratnya terdengar begitu tenang namun penuh penekanan, terlebih di bagian kata-kata terkahirnya.

“Maksudnya pak?” Kali ini ia mendapat tatapan yang lebih mengerikan dibanding sebelumnya.

“Ini skripsi kamu, segera revisi beberapa bagian yang sudah saya coret, dan segera bawakan kembali ke saya setelah kamu revisi. Dan jangan lupa kabari saya dulu jika kamu ingin konsul. Paham?” Ucapnya dengan tatapan dingin.

“Baik pak, terima kasih pak.” Begitu melihat tatapan mengerikan itu lagi, Billa langsung melesat cepat ke arah pintu keluar.

Ia  kini tengah duduk di halte bus dekat kampusnya, ia jadi teringat dengan pesanan siomay Ocha, namun ia sangat malas untuk kembali ke kantin. Kini ia memutuskan untuk menunggu bus yang datang, hingga suara ponselnya terdengar yang menandakan jika seseorang menelponnya.

“Assalamualaikum.” Terdengar sirat kelelahan di balik suaranya.

“Wa’alaikumsalam, gimana kuliah kamu, kapan kelarnya?” Terdengar sebuah suara yang begitu tegas dan terkesan tidak ramah di seberang telpon sana.

“Belum tau paman, ini saya baru konsul bab empat sama bab lima,” entah mengapa ingin sekali rasanya ia melempar handphonenya ini jauh-jauh, agar percakapannya ini tidak berlanjut.

“Kapan kamu targetkan bisa wisuda, jika boleh jujur Billa, saya sudah tidak sanggup lagi untuk membiayai kuliah kamu, sudah begitu banyak uang yang saya habiskan untuk kamu, tapi apa hasilnya, sudah enam tahun kamu kuliah dan kamu belum bisa memastikan kapan kamu selesai.” Serentetan kata itu mengalir dengan lancar dari seberang telpon sana, begitu juga dengan air mata gadis bermanik coklat itu.

“Maaf paman,” Beribu kata sudah ia rangkai di otaknya, namun hanya dua kata itulah yang lolos dari kerongkongannya.

Tanpa ada kata penutup, sambungan telepon itu terputus disaat handphone berwarna putih itu masih tertempel di telinganya. Air matanya benar-benar tak mau berhenti untuk saat ini, bahkan beberapa pasang mata melihat ke arahnya, berbagai macam arti pandangan yang mereka tunjukan, ada yang melihatnya dengan tatapan mata kasihan, ada yang melemparkan tatapan heran bahkan tak jarang ada menghadiahkannya tatapan mengejek diiringi senyum sinis dari bibir mereka.

Terpopuler

Comments

💙ANGGUN💦

💙ANGGUN💦

lahh kok bisa ad pengecualian,ad ap nih????

2024-11-19

2

Siti Fatonah

Siti Fatonah

dosennya suka sama billa kahh

2025-02-02

0

Jro Sriyani

Jro Sriyani

wah lama juga kuliahnya bila.....ya
....

2024-10-13

0

lihat semua
Episodes
1 November dan Dosen Baru
2 Harapan
3 Hujan dan Rapuh
4 Konsultasi Pertama
5 Jangan panggil saya bapak
6 Tangisan
7 Panggilan telepon tidak jelas
8 Cafe
9 Limbad lu?
10 Janji untuk kesuksesan
11 Linglung, Budek dan Suka Suudzon
12 Nasi Padang
13 Ciyee, lagi jatuh cinta ya?
14 Dijodohkan
15 Aruna
16 Ayo Menikah
17 Paman Gila
18 Difitnah
19 Akhirnya Sidang Juga
20 Dewa dan Aiman
21 Bertemu Aruna
22 Siapa perempuan itu?
23 Rapat Keluarga Aiman
24 Billa mulai gila
25 Bertemu Keluarga Aiman
26 Keluarga Aruna
27 Curhatan Aruna
28 Hari Yudisium
29 Bingung
30 Monyet Ragunan
31 Cerita ke Bunda
32 Pak, ayo nikah!
33 Juragan sawit buat cemburu
34 Bertemu keluarga Billa
35 Emosi
36 Akankah Bahagia itu datang?
37 Ancaman Bunda
38 Gelisah dan Khawatir
39 Pertemuan Keluarga
40 Pepet terus sampai KUA
41 Tanggal pernikahan
42 Tema pernikahan impian
43 Manis dan Iblis
44 Nikah secepatnya!
45 Seserahan
46 Akhirnya...
47 Setelah Akad
48 Tahan...
49 Hasrat
50 Penyatuan Cinta
51 Cobaan Awal
52 Bandung dan Impian
53 Galau Pekerjaan
54 Amukan
55 Bercanda berujung serius
56 Masalah belum terselesaikan
57 Keputusan Billa
58 Kedatangan Aruna dan Nayla
59 S3 ilmu gombal
60 Ocha Kecelakaan
61 Melaporkan tante Latifa
62 Ke Bandung lagi
63 Tengah malam di kota Bandung
64 Obrolan malam
65 Makan siang
66 Supermarket
67 Mantan
68 Merajuk
69 Ke Kawah putih
70 Rancabali
71 Nothing's gonna change my love for you
72 Bertemu Sheza
73 Over thinking bikin pusing
74 Testpack
75 Rezeki titipan Tuhan
76 Kembali ke Jakarta
77 Penderitaan Aiman
78 Kekesalan terhadap Sheza
79 Emosi ibu hamil
80 Kondangan
81 Saling menerima
82 Pertengkaran pertama
83 Penyesalan Billa
84 Meminta maaf dan Memaafkan
85 Mengingat pesan bunda
86 Bertemu Aruna dan Liam
87 Obrolan dengan Rania
88 Toko Roti
89 Suami aneh
90 Kekhawatiran calon ibu
91 LDR
92 Perempuan tidak tahu diri
93 Kemarahan terhadap Sheza
94 Curhat menantu dan mertua
95 Jangan sok ganteng
96 Mencari solusi
97 Bayi Gorila
98 Si anak Rektor
99 Bertemu Rektor
100 Keputusan Sang Rektor
101 Tamu mengejutkan
102 Semua panik
103 Selamat datang ke dunia
104 Gemas
105 Cupu
106 Cemburu
107 Terima Kasih
Episodes

Updated 107 Episodes

1
November dan Dosen Baru
2
Harapan
3
Hujan dan Rapuh
4
Konsultasi Pertama
5
Jangan panggil saya bapak
6
Tangisan
7
Panggilan telepon tidak jelas
8
Cafe
9
Limbad lu?
10
Janji untuk kesuksesan
11
Linglung, Budek dan Suka Suudzon
12
Nasi Padang
13
Ciyee, lagi jatuh cinta ya?
14
Dijodohkan
15
Aruna
16
Ayo Menikah
17
Paman Gila
18
Difitnah
19
Akhirnya Sidang Juga
20
Dewa dan Aiman
21
Bertemu Aruna
22
Siapa perempuan itu?
23
Rapat Keluarga Aiman
24
Billa mulai gila
25
Bertemu Keluarga Aiman
26
Keluarga Aruna
27
Curhatan Aruna
28
Hari Yudisium
29
Bingung
30
Monyet Ragunan
31
Cerita ke Bunda
32
Pak, ayo nikah!
33
Juragan sawit buat cemburu
34
Bertemu keluarga Billa
35
Emosi
36
Akankah Bahagia itu datang?
37
Ancaman Bunda
38
Gelisah dan Khawatir
39
Pertemuan Keluarga
40
Pepet terus sampai KUA
41
Tanggal pernikahan
42
Tema pernikahan impian
43
Manis dan Iblis
44
Nikah secepatnya!
45
Seserahan
46
Akhirnya...
47
Setelah Akad
48
Tahan...
49
Hasrat
50
Penyatuan Cinta
51
Cobaan Awal
52
Bandung dan Impian
53
Galau Pekerjaan
54
Amukan
55
Bercanda berujung serius
56
Masalah belum terselesaikan
57
Keputusan Billa
58
Kedatangan Aruna dan Nayla
59
S3 ilmu gombal
60
Ocha Kecelakaan
61
Melaporkan tante Latifa
62
Ke Bandung lagi
63
Tengah malam di kota Bandung
64
Obrolan malam
65
Makan siang
66
Supermarket
67
Mantan
68
Merajuk
69
Ke Kawah putih
70
Rancabali
71
Nothing's gonna change my love for you
72
Bertemu Sheza
73
Over thinking bikin pusing
74
Testpack
75
Rezeki titipan Tuhan
76
Kembali ke Jakarta
77
Penderitaan Aiman
78
Kekesalan terhadap Sheza
79
Emosi ibu hamil
80
Kondangan
81
Saling menerima
82
Pertengkaran pertama
83
Penyesalan Billa
84
Meminta maaf dan Memaafkan
85
Mengingat pesan bunda
86
Bertemu Aruna dan Liam
87
Obrolan dengan Rania
88
Toko Roti
89
Suami aneh
90
Kekhawatiran calon ibu
91
LDR
92
Perempuan tidak tahu diri
93
Kemarahan terhadap Sheza
94
Curhat menantu dan mertua
95
Jangan sok ganteng
96
Mencari solusi
97
Bayi Gorila
98
Si anak Rektor
99
Bertemu Rektor
100
Keputusan Sang Rektor
101
Tamu mengejutkan
102
Semua panik
103
Selamat datang ke dunia
104
Gemas
105
Cupu
106
Cemburu
107
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!