Kakek Raid memang betul-betul menepati ucapannya. Tepat dihari ini ia datang melamar kekasih hati nya.
"Kami sungguh senang, keluarga Al-Fatih datang kerumah kami" ucap papa Selina
"Begitupun sebaliknya pak" balas kakek Raid
"Tentu kalian tahu maksud kedatangan kami disini, tidak lain ialah melamar anak bapak yaitu Selina untuk Naqeeb cucu ku" ucap kakek Raid
"Iya pak, Selina juga sudah menyampaikan niat baik itu pada kami, dan kami menerima lamaran itu"
"Berapa mahar dari pihak wanita yang diminta?"
"Kalau saya sea...."
"1 miliyar" ucap Selina
"Seli" tegur papa nya
"Tidak masalah bukan pak, buk? Rasanya tidak mungkin seorang keluarga terpandang seperti kalian tidak memenuhi keinginan calon menantu bukan?" bela ibu Selina
tampak papa Selina begitu malu mendengarnya.
"Khemm.... Maaf pak, buk kami tidak bermaksud"
"Dasar ibu dan anak nya sepaket" batin kakek Raid
"Oh! itu tidak menjadi masalah pak, kami bisa menuruti keinginan mempelai wanita." ucap kakek Raid
"Jadi kapan kek, kami akan fighting dan membeli perhiasan. Eh! Maksudnya cincin untuk pernikahan nya" ucap Selina tanpa ada rasa malu
"Wanita seperti ini yang Naqeeb cintai....belum nikah saja sudah banyak menuntut, mau jadi apa rumah tangga anak ku jika seperti ini" batin Ifza begitu geram setelah mengetahui satu persatu tingkah calon menantunya.
setelah banyaknya perbincangan mengenai pernikahan dan hari yang telah ditentukan. Papa Selina tetap saja merasa tidak enak hati
"Kami permisi ya pak, terimakasih atas jamuannya" ucap Salman saat mereka telah sampai diteras
"Iya pak, sebelumnya saya mewakili istri dan anak saya meminta maaf atas perkataan yang kurang enak didengar. Maaf kan kamu pak"
"Tidak apa-apa pak, itu wajar-wajar saja" ucap kakek Raid
Dimobil....
"Ma, kamu kenapa cemberut gitu?"
"Mama kesel!"
"Baru mau ngunduh mantu loh ma"
"Apaan begitu, papa lihat tadi bagaimana cara dia berhadapan dengan kita, pa satu persatu mulai nampak. Papa nggak kesal ya lihat Selina begitu, mau jadi apa rumah tangga Naqeeb kalau wanita itu seperti itu pa" ucap ifza
"Kenapa baru sekarang baru meluahkan nya ifza" ucap kakek Raid lalu tersenyum
"Ya.... Karena ifza baru lihat pa"
"Sudah terlanjur nak, biar kan saja"
"Papa bilang gitu, kenapa aku yang malah nyesek ya"
"Sepertinya memang lebih baik dibatalkan saja pa" ucap Salman setelah lama berdiam diri
Kakek Raid hanya tersenyum tipis
"Kasihan Naqeeb, kalau saja sejak awal kamu juga ikut papa melarang mereka mungkin pertahankan itu masih papa pegang. Tapi, apa daya kalian hanya bersikap netral"
"Papa bilang begitu kenapa hati Salman jadi nyesek ya pa"
"Karena kamu tidak menyadari nya sejak awal"
"Maksud papa?"
tidak ada jawaban dari kakek Raid yang melegakan perasaan mereka.
Naqeeb benar-benar sibuk mengurusi bisnisnya, semangatnya semakin bertambah ketika mendengar tanggal pernikahan nya. Hingga sebulan ia belum juga pulang di jakarta ia mengurus bisnisnya berpindah ke satu kota berikutnya.
Waktu libur Ghalisa dan Mira pun telah usai. saat nya untuk kembali berperang dengan tenaga, waktu dan pikiran yang pastinya akan lebih menguras mereka.
Selama libur itu jugalah keluarga Mira berada di Jakarta.
"Jaga diri baik-baik, ingat pesan-pesan kami semua" ucap Nasrul
"Siap bos"
"Halish, Mira..." ucap Destina menghampiri mereka dan memeluk sahabatnya
"Kalian cepat sekali berangkat nya, belum puas tahu jalan-jalan nya. Kalian malah mau healing lagi"
"Markonah, kita bukan mau leha-leha disana, yang ada kami bakalan pusing tahu nggak!" ucap Mira
"Kamu kira aku nggak!"
"Kamu mah pusingnya beda" ucap Ghalisa
"Beda dari mananya"
"kamu pusing nyiapin tugas akhir ditemani paksu yang bisa bantu, lah kami berjuang sendiri" ucap Mira
"Siapa bilang kita sendiri"
"Terus?" Mira dan Destina bersamaan
"Kan ada Allah" ucap Ghalisa tersenyum dibalik cadarnya
Membuat semua yang ikut mengantar di bandara tersenyum. Termasuk lah galih yang berada disamping Fikri.
Fikri menoleh kesamping tepat saat galih tersenyum.
"Cie elah, kenapa senyum-senyum Lo" bisik Fikri
"Siapa yang senyum? memangnya kenapa kalau gue senyum. Kan nggak bayar!"
"Curiga gue"
"Apa sih!"
"Lo suka kan sama Halish sahabat istri gue. Ngaku Lo"
"Nggak kok, sotoy Lo"
"Jangan pikir gue nggak perhatiin Lo ya lih"
Halish dan Mira mulai bersalaman untuk pamit pada yang mahramnya. Sementara yang tidak mereka hanya menyatukan kedua tangannya didepan dada seraya berpamitan
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam"
Mereka membaca doa sebelum langkah mereka naik di pesawat.
"Abang, jangan nangis lagi loh bang!" ucap Halima
"Halish mau ditangisi nggak banget loh ya, ayo nak kita pulang ya" ajak Nasrul pada anaknya
"Si gengsi" ucap umi Hadrah ikut melangkah dibelakang anaknya begitupun yang lainnya.
Sementara Galih alih-alih untuk melangkah selangkah, ia hanya tegak berdiam diri disitu menatapi pesawat yang telah terbang ke angkasa
"Lih, gue juga laki, ya gue tau dong kalau Lo it...., lah orang nya mana" saat menyadari galih tidak ada dibelakangnya
"Astaga tuh anak, ngapain masih disitu?" Fikri menepuk keningnya
"Bang, mau kemana?" tanya Destina
"Sayang kamu duluan aja, tunggu Abang di mobil ya" Destina menurut tanpa bertanya lagi
"Buat kerjaan aja nih galih"
"Woy! lih!"
"Ha! Iya?"
"Mau sampai kapan berdiri disini? sampai Halish pulang lagi ke Jakarta"
"Iya" jawab galih dengan spontan
"Eh! Nggak lah ini gue mau pulang!"
"Kan ketahuan kan Lo!!!"
"Jangan mengada-ada gue nggak suka sama dia, udah ah! Gue mau pulang!"
"Lah, malah ditinggalin"
"Ngaku aja apa susahnya sih lih" ucap Fikri mengimbangi langkah galih
"Apa nya yang mau diakui, nggak ada!"
Fikri berhenti sejenak memandangi galih yang telah melangkah didepannya.
"Keras kepala ke dua, kenapa teman gue pada keras kepala. Sepertinya cuman gue aja deh yang bener" gumam Fikri
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments