Sepulangnya mereka Abi Sakhi langsung memanggil Destina menyampaikan niat dari Fikri
"Astagfirullah!" itulah tanggapan Destina saat mendengar ucapan Abi Sakhi
Abi dan umi tampak bingung dengan tanggalan Destina
"Kenapa kamu malah beristighfar nak?" tanya umi
"Na terkejut umi, kok bisa dilamar?"
""Nduk...nduk kamu ini ada-ada saja, orang kalau dilamar diam malu-malu kucing atau senyum atau gugup lah kamu malah beristighfar" umi terkekeh
"Ini serius ya Abi?" tanya Destina
"Iyaa..."
"Jadi bagaimana?" tanya Abi
"Na nggak tahu Abi" ucap Destina sembari menunduk
"Ya sudah sholat istikharah nak, sertakan Allah dalam memilih" ucap Abi
"Baik Abi"
"Biar Abi nanti akan memberi tahu orang tu kamu" ucap Abi
Di perjalanan
"Gimana? Lega kan Lo" ucap Galih menertawakan Fikri
"Iya, thanks ya bro" ucap Fikri
"Hampir keduluan sama gue" canda Galih
"Kalau iya, Lo kena ini" ucap Fikri memperlihatkan Bogeman nya didepan muka Galih
"Waduh!!! Santai bro, gue nggak akan ambil kok" ucap Galih
"Tapi menurut Lo gue diterima nggak ya lih" Fikri sedikit pesimis
"Seperti kata bang Ghafi coba aja dulu, terima atau tidak nya itu urusan belakangan" ucap Galih
Sementara di Ruangan kerja kakek Raid
"Rio!" panggil kakek Raid
Rio yang dipanggil langsung menghadap
"Iya tuan" ucap Rio
"Awasi Setiap pergerakan Selina" perintah kakek Raid
Semakin kesini ia semakin khawatir dengan masa depan cucu nya. Bagaimana lagi cucunya cinta nya terlalu mendalam walaupun beberapa kali menentang kakek tetap saja masih menjalin hubungannya.
"Baik tuan"
......................
Naqeeb, Selina dan iffah telah selesai berbelanja dan makan diluar akhirnya Naqeeb mengantarkan adik untuk balik ke pondok.
"Rajin-rajin belajar nya ya, jaga diri baik-baik" ucap Naqeeb
"Siap bang" ucap Iffah
"Abang ingat ya, iffah nggak setuju Abang sama kakak itu" ucap iffah
"Kamu belum kenal sama dia, nanti kalau kamu kenal pasti kamu suka sama kak seli" ucap Naqeeb mengelus puncak kepala iffah
"Abang pamit ya. Assalamu'alaikum adik Abang. Senyum dong dek" ucap Naqeeb
Iffah tersenyum "Wa'alaikumussalam" jawab iffah
Mobil Naqeeb keluar dari pekarangan pesantren
"Sayang, adik kamu itu kenapa sih? Benci banget sama aku kelihatan nya" ucap Selina
"Sabar sayang, Namanya juga anak kecil dia butuh pengenalan sama kamu" ucap Naqeeb
"Sayang kamu kapan resmiin hubungan kita?" tanya Selina
"Sabar ya sayang, aku lagi usahakan buat meluluhkan hati kakek" ucap Naqeeb
Bagaimana mau berlanjut ditahap serius jika kakeknya saja tidak menyetujui nya.
"Kamu harus segera nikahi aku qeeb, biar harta kamu bisa jadi milik aku segera" batin Selina
Naqeeb mengantar Selina sampai dipekarangan rumah.
"Kamu mau singgah duku nggak?" tawar Selina
"Lain kali saja sel, aku pulang dulu ya" pamit Naqeeb
"Ini tuh aku nggak betah sama kamu, kamu nggak seperti mereka" batin Selina
Iya, Meskipun berpacaran Naqeeb menjaga batasan nya. Tapi tetap saja yang namanya hubungan tanpa ikatan halal tetap haram hukumnya.
Hari demi hari berlalu seminggu lamanya pula Fikri menunggu kabar pinangannya.
"Woy!" Teriak Galih tepat ditelinga Fikri sontak ia berdiri dari kursinya
Gelak tawa Galih melihat reaksi Fikri yang berhasil mengerjai sahabat
"Somplak Lo lih, Brak! Hem" Fikri memukul Galih dengan dokumen yang lumayan tebal dipundak galih
"Au...sakit Fik" keluh Galih
"Biarin! Emang gue pikirin" ucap Fikri
"Lagian Lo ngapain sih bengang bengong aja dari tadi"
"Kenapa? coba cerita"
"Sampai sekarang pak ustadz ataupun bang Ghafi belum ada ngasih kabar" ucap Fikri
"Soal pinangan?" tanya Galih
Fikri mengangguk "Apa jangan-jangan gue nggak diterima ya lih" Fikri makin pesimis
"Heh! Kalau ngomong itu yang baik-baik. Kita tunggu aja kabarnya. Jadi perempuan juga nggak mudah, ia harus memilih apakah itu memang jodohnya atau bukan. Pasti banyak aja pertimbangan nya jadi kita sebagai lelaki juga harus memahami wanita" nasihat Galih
Sekian detik suara handphone berbunyi pertanda ada nya telpon yang masuk.
Tampak Fikri terlihat gugup ia menarik nafas berkali-kali menggelengkan kepalanya lalu mengangkat telpon itu.
Galih melihat Fikri terkekeh
"Assalamu'alaikum nak Fikri" ucap Abi di seberang sana
"Wa'alaikumussalam ustadz"
"Pinangan yang nak Fikri ajukan sebelumnya Abi minta maaf....
Fikri tampak sedih ia menunduk dan berkata" Ia ustadz tidak apa-apa saya mengerti"
Galih mendengar Fikri berkata seperti itu ikut terkejut dan gugup
"Bukan begitu maksudnya nak" lanjut Abi Sakhi
"Lalu?" tanya Fikri
"Abi mau bilang sebelumnya Abi minta maaf karena membuat nak Fikri lama menunggu kabar dari Abi karena Abi pun ada urusan di pesantren cabang jadi ke tunda pemberitahuannya karena Destina juga menunggu Abi pulang baru memberitahu Abi jawabannya" jelas Abi
"Iya Abi tidak masalah. Lalu jawabannya apa bi?" tanya Fikri
"...." Lawan bicara terdiam sejenak semakin membuat Fikri takut
Padahal di seberang sana Abi tersenyum melihat Destina tampak menunduk menahan senyum
"Abi..." panggil Fikri
"Pinangan nak Fikri diterima oleh Destina dan keluarga nya" ucap Abi Sakhi
ucapan yang sangat bersejarah didalam hidup Fikri
"Alhamdulillah...." ucap syukur Fikri dan itu mampu didengar oleh Destina karena sedari tadi Abi speaker telponnya
"Tapi..." sambung Abi Sakhi
Baru saja senang kini Fikri kembali gugup
"Abi tolong jangan katakan ini prank" ucap Fikri membuat orang yang ada dirumah Abi tertawa
"Tidak, Abi mau bilang pesan dari keluarga Destina kamu sampai kerumah nya jika kamu memang benar bersungguh-sungguh maka datang dan lihat kan kesungguhan mu" ucap Abi
"Baik Abi. InsyaaAllah malam ini juga saya akan bawa keluarga saya ke rumah Destina" ucap Fikri
"Ya sudah itu saja. Abi tutup ya telponnya, Assalamu'alaikum"
"Terima kasih bi, wa'alaikumussalam"
Telpon telah terputus
"Jadi diterima?" tanya Galih memastikan pendengarannya
Fikri mengangguk
"Yes! Sahabat gue jadi NIKAH!" teriak Galih lalu memeluk Fikri dan menepuk punggung sahabat nya
Tampak diluar Naqeeb sedang berjalan tepat diruangan Fikri
Mendengar teriakan Galih membuatnya berhenti
"Nikah?" ucap Naqeeb
Ceklek
Fikri dan Galih melihat ke arah pintu
"Siapa yang nikah?" tanya Naqeeb mendekati mereka
"Siapa yang nikah? Ha!"
Galih dan Fikri saling pandangan. Galih menunjuk Fikri
"Elo Fik?" tanya Naqeeb
"Iya, insyaallah" ucap Fikri
"Kok gue bisa nggak tahu"
"Sorry qeeb, lamarannya dadakan kemaren dan Lo keburu pergi waktu itu. Gue juga nggak nyangka pas dihari itu gue bakalan kamar anak orang" jelas Fikri
"Sama siapa?" tanya Naqeeb
"Destina" jawab Fikri
"Destina?"
"Yang dulu manggilin iffah" ucap Galih
"Ha!!!" Naqeeb terkejut
"Sejak kapan? Lo..."
"Jangan salah faham dulu. Gue bukan Lo kali, gue juga nggak tahu tapi sejak lama gue memang naruh hati sama dia. Dan untuk menjaga hati gue, gue coba untuk melamar dia dengan bantuan Abi Sakhi" ucap Naqeeb
"Itu artinya Lo nikah duluan" ucap Naqeeb
"Ya iya" jawab Fikri
"Tapikan gue yang harusnya duluan gue udah lama pacaran" ucap Naqeeb dengan lemas
"Bro, pacaran bertahun-tahun bukan jaminan cepat atau lambat dan bukan jaminan akan bersama dengan orang yang sama. Ingat itu!" ucap Fikri
"Gue tahu gue salah. Tapi, kenapa kakek juga tidak memberikan jalan untuk gue halalin Selina" ucap Naqeeb
"Kakek Lo pasti punya alasan qeeb, nggak mungkin dia ngelarang Lo dari jaman dulu sampai sekarang kalau nggak ada penyebabnya" ucap Fikri
"Kalian salah besar kalian terlalu menilai Selina begitu rendah, kalian nggak tahu sebenarnya"
Fikri dan Galih hanya mampu membuang nafas. Entah lah bingung mengahadapi sahabatnya yang satu ini
"Qeeb! Lo itu pintar qeeb pakai otak Lo buat mikir sebab dan akibat sesuatu terjadi" ucap Fikri
"Dah lah! keluar yuk makan siang" Galih
Mereka menurut pertengkaran bukan berarti marah sampai bertahun-tahun. Begitulah pertemanan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments