Kaki jenjang itu telah melangkah dengan pelan sambil menyeret kopernya dan Bola mata terus bergerak kesana kemari memperhatikan orang-orang sekitarnya yang tengah lalu lalang, mencari sosok orang yang ia kenal.
Jihan melihat seseorang yang ia kenal diperhatikan dengan seksama lalu melambaikan tangannya kearah pria itu.
Pria itu adalah Adam Abang Jihan yang sedari tadi ditunggu kedatangannya.
"Abang!" Teriak Jihan membuat Adam yang mengenali suara adiknya menatap orang itu.
"Ck, ni anak ya kebiasaannya nggak pernah berubah. Teriak nggak tahu tempat." Ucap Adam lalu berjalan mendekati adiknya
Jihan merentangkan kedua tangannya masuk kedalam pelukan Abang nya.
...🍃🍃🍃...
Kini mereka telah berada didalam mobil, Adam mengambil alih tempat pengemudi sementara Jihan duduk disampingnya dengan tatapan diluar jendela diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Hmm... Kamu kenapa dek? demam dek?" tanya Adam
Jihan menoleh kearah abangnya lalu menggelengkan kepalanya setelah itu mengalihakan kembali pandangannya seperti semula.
Adam merasa heran dengan perubahan seketika pada adik nya.
"Terus kamu kenapa? Apa ada yang menganggung kamu? Siapa bilang sama Abang? Biar Abang penggal kepalanya." tanya Adam
"Iya ada." Jawab Jihan lantaran bertambah kesal
"Siapa?" Tanya Adam lagi
"Abang lah!" Ucap Jihan dengan ketus membuat Adam terheran
"Nah! sudah tahukan yaudah penggal kepala Abang" ucapnya lagi
"Kenapa jadi Abang yang salah. Orang juga baru datang, belum ada buat salah" ucap Adam
"Biar Jihan kasih tahu kesalahan Abang, Abang itu tadi nelpon diwaktu yang nggak tepat, tadi itu Jihan ada teman baru dari Indonesia" ucap Jihan
"Terus?" Ucap Adam
"Jihan nggak sempet minta nomor nya, dia keburu pergi bang....." Ucap Jihan dengan suara lemah
"Ya ampun dek, cuman karena gara-gara itu kamu menghakimi Abang!" ucap Adam dengan sensi
"Lah! kok ngegas sih bang, kan Abang yang salah" ucap Jihan
"Ya maaf-maaf. Ya udah Abang doakan semoga kalian bisa bertemu kembali" ucap Adam mengelus puncak kepala Jihan
...🍃🍃🍃...
Disisi lain, Ghalisa telah sampai dikos asrama putri, banyak nya teman menyambutnya dengan baik. Berbagai tempat saling menunjukkan sikap menghargai satu sama lain
"Ahlan wa sahlan Halish, semoga kita semua bisa menjadi teman yang baik" ucap Mira
Mereka semua meng Aamiin doa baik itu. Mereka semua saling bertukar cerita satu sama lain membuat mereka semakin merasakan keakraban.
"Sebentar ya, Halish mau memberi kabar dulu" ucap Halish yang telah memegang ponselnya
"Assalamu'alaikum ummi" ucap Ghalisa
"Wa'alaikumussalam nak, gimana susah sampai nak? Kamu baik-baik saja kan?" Tanya umi membuat Ghalisa terkekeh
"Ih! nih anak ditanyain bukanya dijawab malah tertawa" ucap umi
"Maaf umi, habisnya umi lucu deh nanya nya sudah seperti wartawan saja" ucap Ghalisa
"Halish mau mengabari semua, kalau Halish sudah sampai. Alhamdulillah Halish baik baik saja
"Alhamdulillah kalau begitu, kamu jaga diri baik-baik disana nak" ucap Ghalisa
"Iya umi ku sayang, kalian juga sehat-sehat disana" ucap Ghalisa
"Iya nak, aamiin. Lish kamu mau tahu sesuatu nggak?" Ucap umi
"ii apaan tu mi?" Tanya Ghalisa
"Bang Nasrul kamu, hahahah" ucap umi tidak tahan untuk tidak tertawa mengingat Nasrul menangis
"Umi kenapa dengan bang Nasrul mi?" Tanya Ghalisa
"Nasrul, lish Nasrul, hahahaha" jawab umi tidak berbicara dengan benar
"Ha? Umi jangan ketawa dulu. Halish mana ngerti kalau umi keburu ketawa gitu" ucap Ghalisa
"Hahaha, aduh....Nasrul lish dia tadi, hahahaha" ucap umi
"Lah umi mah nggak jelas" ujar Ghalisa kesal tapi ikut tertawa
"Yang benar dong umi ngomong nya" ucap Ghalisa tidak dapat sabar menahan penasaran dalam dirinya
Hufff.... Umi menghembuskan nafas perlahan-lahan
"Oke-oke, itu Abang kamu si Nasrul dia nangis tahu nak pas pulang nganter kamu naik ke pesawat. Terus tadi dia sambung lagi nangisnya di kamarnya " ucap umi
"Iya kah umi? Tapi tadi tegar aja kelihatannya" ucap Ghalisa
"Kamu nggak tahu aja kan? Dia sedih tahu lish, tadi aja setelah sholat aja dia nangis lagi sampai sesegukan gitu, sampai nggak nafsu makan dia lish" ucap umi
"Beneran umi?" Ghalisa sedikit ragu
"Iya tanya sama kak Halima kamu nih" ucap umi sedikit mendekatkan ponselnya ke menantunya
"Iya loh dek, Abang kamu nangisnya sampai bengkak tu mata nya" ucap Halima
Kini gantian sekarang Ghalisa yang cekikikan "itu tu bang Arul mah sok kuat, katanya seneng kalau Halish pergi. Eh, ternyata mewek juga" ucap Ghalisa
"Terus sekarang Abang mana umi?" tanya Ghalisa
"Arul kemana ma?" tanya umi pada Halima
"Abang tadi keluar bentar katanya" jawab halima
Asik berbicara mengenai Nasrul yang menangis ditinggal adiknya hingga mereka tertawa bersama-sama.
"Aduh, Halish nggak terbayang muka bang Arul nangis itu" ucap Ghalisa
Bersamaan dengan itu Nasrul masuk kedalam rumah, merasa dirinya yang sedang dibicarakan ia pun memicingkan mata dan menajamkan pendengarannya.
"Ooo bagus..... kalian membicarakannya Arul ya? Hayo, ngaku?" Ucap Nasrul
"Iiii Abang nangisin Halish ya???" Goda Ghalisa yang suaranya terdengar ditelpon
"Ih, PD siapa juga yang nangisin Halish. Nggak kok!" kilah Nasrul
"Abang jangan bohong, dosa tahu!" Ucap Ghalisa
"Abang kesepian kan nggak ada Halish dirumah?" Ucap Ghalisa
"Enggak!" Ucap Nasrul
"Abang mah gitu! Giliran sama orangnya judes amat nggak ada seriusnya" ucap Ghalisa
"Udah ah, umi, dek, Abang ke kamar dulu" dengan mata telah berkaca-kaca
Umi melihat itu langsung saja merubah video call lalu mengarahkan pada Nasrul tanpa sepengetahuan Nasrul.
Ghalisa dapat melihat jelas namun hanya sebentar karena Nasrul telah berjalan kearah kamarnya.
"Itu kamu puas kan, sudah lihat nya?" Tanya umi
Sementara Halima yang melihat tingkah suaminya hanya dapat menggelengkan kepalanya.
"Kenapa juga Abang nggak mau ngaku ya umi?" Tanya Ghalisa lalu tertawa
"Biasalah dek, gengsi dia nya" jawab halima
"O iya ya mbak, bang Arul kan tingkat gengsi nya seperti perempuan" jawab Ghalisa
"Kalau gitu Halish tutup dulu ya telponnya, teman Halish sudah pada nungguin Halish itu umi, nggak enak" ucap Ghalisa
"Iya nak, kamu hati-hati, terus kalau berteman juga jalin pertemanan yang baik ya" nasihat umi
"Iya umi, ya udah kalau gitu assalamu'alaikum umi, kak" ucap Ghalisa
"Wa'alaikumussalam" ucap umi dan Halima bersamaan
Ghalisa berjalan mendekati temannya kembali.
"Halish ayo kita kekamar. Kita satu kamar kan" ajak Hira
"Iya mbak, terimakasih" ucap Ghalisa
"Iya, kembali kasih. Sudah jangan sungkan-sungkan begitu. Biasa aja kalau sama mbak" ucap Hira lalu ia dan Mira membatu membawa barang-barang milik Ghalisa
Tidak ada yang tahu jika Ghalisa adalah putri seorang Kyai pemilik pondok pesantren sebab Halish tidak memberitahu mereka, Halish ingin dikenal sebagai orang biasa dari pondok pada umumnya. Ia tidak ingin teman-teman nya merasa sungkan padanya itulah kepribadian Halish. Disaat orang-orang ingin terlihat tinggi dihadapan orang tapi Halish malah memilih kesederhanaan
...🍃☘️🍃☘️🍃🍃☘️🍃...
Di negara lain, tepat nya di London seorang lelaki dengan paras tampan, berbadan tinggi, hidung mancung, alis yang tebal menambah ketampanan dirinya.
Sosok pria yang setia pada kekasihnya. Tengah berkumpul bersama teman-teman nya setelah menghabiskan mata kuliah, mereka memutuskan untuk menongkrong merilekskan hati dan pikiran mereka yang merasa mumet dengan aktivitas sebagai mahasiswa yang sebentar lagi akan menyelesaikan pendidikannya diS2
"Akhirnya selesai juga tu dosen ngajar" ucap Fikri
"Yoi bro, rontok isi otak gue rasanya. Ternyata begini banget ya perjuangan nya" ucap Galih
"Bawa santai aja. Yakin Allah pasti berikan kemudahan dibalik semua ini" ucap lelaki berparas tampan itu ia adalah Naqeeb
"Pak ustadz, bawaannya santai aja soalnya Lo kan pinter diatas rata-rata qeeb" ucap Fikri
"Kita semua sama dihadapan Allah, gak ada istilah tinggi rendahnya yang membedakan adalah ketaatan kita pada Allah. gue juga yakin kalian juga pasti bisa" ucap Naqeeb memberikan semangat pada sahabatnya
"Aamiin" ucap mereka berdua
"Oh iya ngomong-ngomong Lo masih menjalin hubungan dengan Selina?" Tanya Galih
Galih juga berasal dari Indonesia, ia tahu tentang sifat Selina yang sebenarnya.
Bagaimana galih bisa tahu?
Sebab Selina adalah adik sepupunya galih. Galih ingin sekali memberitahu sahabatnya jika adik sepupunya itu tidak setia padanya. Tapi, apalah daya ia tidak mempunya bukti yang kuat untuk mengatakannya pada Naqeeb. Jika sekedar dikatakan tidak akan membuat Naqeeb percaya karena galih tahu sahabatnya sangat menyayangi kekasihnya, ia tahu sahabatnya adalah sosok yang setia.
Namun, sayang beribu sayang ia telah dibutakan oleh cinta sehingga sedikit pun celah kecurangan kekasihnya tidak sedikit pun terlihat olehnya.
"Iya, masih" ucap Naqeeb
"Apa rencana Lo setelah lulus ini qeeb? Secarakan Lo sudah dari dulu memimpin perusahaan Lo. Planning berikutnya apa?" tanya Fikri
"Menghalalkan Selina, gue berusaha kerja keras dan kemudian gue akan mengajak Selina nikah" ucap Naqeeb
"Gue nggak bisa bayangin gimana hancurnya hati Lo qeeb, saat tahu kebusukan yang disembunyikan Selina dibelakang Lo" batin galih melihat kearah sahabat nya dengan prihatin
"Kebelet nikah Lo ya" ucap Fikri
"Tapi gue heran sama Lo. Mohon maaf ya, Lo jangan tersinggung dulu" ucap Fikri
"Iya, ada apa sih?" Tanya Naqeed
"Lo itu tahukan hukumnya pacaran? tanya Fikri dengan hati-hati
Duar!!!!
Bagai tersambar petir disiang bolong saat mendapatkan lontaran pertanyaan itu.
"Gue meski ilmu agama gue hanya setipis tisu bahkan lebih tipis lagi dari itu, gue juga tahu hukumnya, gue nggak pernah duduk dibangku pesantren kayak Lo berdua, tapi kalau ditanya pernah pesantren ya pernah, pesantren kilat" ucap Fikri lalu terkekeh
"Haram qeeb" lanjut Fikri ia terima jika harus mendapatkan makian atau marah dari Naqeeb dari pada ia membiarkan temannya berlarut dalam mengikuti hawa nafsunya
"Gue yakin Lo masih bisa sadar qeeb, Lo itu teman pertama gue yang baik agamanya, gue banyak belajar dari lo dengan gue jumpa dengan Lo bisa merubah gue jadi lebih baik ingat sholat, yang dulunya gue mabuk-mabukan nggak jelas dan lainnya dan gue gak rela Lo memasuki diri Lo sendiri dalam hubungan itu" batin Fikri
"Yang diomongin Fikri ada benarnya juga karena memang itu kewajiban sesama muslim mengingatkan satu sama lain" batin galih
"Gue berharap banget Lo segera tahu kebenarannya qeeb" batin galih
Naqeeb lama terdiam merenungi ucapan sahabatnya sekaligus ia sadar sesuatu yang sepatutnya tidak ia langgar. Tapi, hawa nafsunya seakan ia sulit melepaskan hubungan nya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments