Teman yang langka

Galih merasakan perubahan pada Naqeeb, bagaimana tidak sedari tadi Naqeeb diam saja.

Entah sadar atau tidak mereka pun tidak tahu bahkan ekspresi wajah Naqeeb sulit untuk mereka artikan, yang terpenting mereka telah berusaha menyadarkan temannya. Selebihnya biar Allah yang mengatur.

"Fik, Lo sih! blak-blakan nya nggak berubah." Bisik galih

"Ya maaf, lagian gue geregetan lihat dia pacaran. Biar dia sadar aja" ucap Fikri

"Hmm qeeb, Lo nggak papa kan?" tanya Galih

"Ha? Iya gue nggak papa" jawab Naqeeb setelah itu terdiam kembali

"Maaf ya bro gue nggak bermaksud. Tapi cuman nggak mau Lo terjebak sama semua ini. Pilihan cuman ada dua halalkan segera atau tinggalkan hubungan haram itu" ucap Fikri lagi

"Hem qeeb gimana penelitian Lo?" tanya Galih mengalihkan pembicaraan

"Alhamdulillah, lancar" jawab Naqeeb

"Kalian gimana?" Tanya Naqeeb

"Gue juga Alhamdulillah lancar, hanya saja sedikit pusing menyelesaikan nya" ucap galih lalu terkekeh

"Lo kira Lo doang yang pusing gue juga, stres tingkat tinggi dah gue" ucap Fikri

...🍃☘️☘️☘️☘️☘️🍃...

Waktu magrib telah tiba, saat nya Umat islam bersiap-siap untuk melaksanakan sholat sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan.

"Mira, Halish!!!" panggil Hira yang berada satu kamar dengan mereka

"Iya mbak!!!" Jawab Mira yang tak kalah volume teriakannya

Hira selisih dua tahun dengan Halish dan selisih satu tahun dengan Mira.

"Hus! Kamu ini ya mir suaranya kenceng amat" ucap Hira

"Hehehe, ya siapa dulu yang salah. Manggilnya teriak gitu. Ya Mira jawab juga teriak dong biar sama-sama menggelegar ni kamar" ucap Mira membuat Halish tertawa kecil.

Mereka hanya dapat melihat Halish tertawa dengan kedua mata Halish menyipit. Halish memang belum membuka cadarnya sedari tadi, Mira dan Hira juga tidak menuntut untuk melihat wajah teman baru mereka. Ia tidak ingin diawali dengan paksaan yang membuat Halish merasa risih

"Kenapa sih mbak manggil kami teriak gitu, seperti jarak kita jauh aja" ucap Mira

"Malam ini ba'da Isya ada kajian dari ustadzah Kalilah. Ikutan yuk!" Ucap Hira

"Wah beneran mbak!!! Ayo Mira mah pokoknya gas terus!" Ucap Mira dengan semangat 45

"Halish gimana?" Tanya Hira

"Memangnya boleh mbak, Halish ikutan?" Tanya Halish

"Ya boleh dong lish, apanya yang nggak boleh coba" ucap Mira

"Ih ni anak ya, pelan dikit ngomongnya" tegur Hira

"Afwan mbak, kelepasan nih mulut nggak ada pengaturan volume soalnya" ucap Mira

"Boleh lish, nanti biar mbak kenalin kamu sekalian sama ustadzah Kalilah kalau kamu juga ikutan gabung di kajian nya" ucap Hira

Ghalisa merasa sangat senang, ia sempat berpikir jika ditempat orang lain berbaur dengan orang baru dan diluar lingkungan pesantren dimana ia mendapatkan teman yang sama-sama dalam kebaikan seperti hal ini.

Ternyata Allah sungguh maha baik ia diberi teman yang dapat mengajak pada kebaikan.

"Alhamdulillah, makasih ya mbak" ucap Halish dengan senang memegang kedua tangan Hira

Hira dan Mira merasa heran mereka saling bertatapan

"Sesenang itu lish? Seperti mendapatkan hadiah saja" celetuk Mira

"Ih nih anak ya" ucap Hira mencubit pipi Mira yang menggembul itu

"Ah a ah, mbak sakit tahu!" Aduh Mira

"Ya kamu lagian wajar dong kalau orang senang memangnya nggak boleh apa?" ucap Hira

"Boleh. Tapi, ini Halish termasuk orang yang benar-benar langka. Tapi aku senang dapat teman baru yang sama-sama mau mendekatkan diri pada Allah" ucap Mira lalu memeluk Halish

"Ya sudah, sekarang kalian siap-siap, ambil wudhu kita pergi kemesjid nya magrib sambil nunggu isya aja ya" ucap Hira

"Iya mbak" ucap Mira

"Ayo lish barengan ambil wudhu kran nya ada 3 kok dikamar ini" ajak Mira

"Kamu duluan aja mir, aku mau keluarin mukenah aku dulu masih ada didalam koper" jawab Ghalisa

"Ya udah, cepetan ya keburu adzan nanti" ucap Mira

"Iya..." Jawab Ghalisa

Hira dan Mira telah selesai berwudhu, kini giliran Ghalisa yang masuk untuk mengambil air wudhu.

Sementara Mira dan Hira sibuk menata dirinya lalu memakai mukenah melihat dirinya didepan cermin, melihat keindahan wajah yang Allah berikan kepada dirinya masing-masing.

Ghalisa keluar dengan wajah yang basah terlihat jelas buliran air pada pahatan wajah yang cantik, putih, cerah alami itu. Ghalisa sedang tidak memakai cadarnya hingga wajah nya terlihat sangat jelas.

Saat bersamaan Mira dan Hira berbalik kearah kiri tepatnya dihadapan Ghalisa. Tidak ada pergerakan dari kedua manusia ini, hanya tatapan yang enggan berkedip dengan mulut yang sedikit terbuka.

"Barakallahu fiik allahumma barik yubarikallahu alaik" Ucap mbak Hira dan Mira bersamaan

Yang diucapkan diatas adalah ucapan atau kalimat yang tepat dalam menanggapi keindahan. Dan insyaa Allah ini dapat digunakan agar terhindar dari penyakit 'Ain.

Wallahu'alam

"Ya Allah, ada Bidadari" ucap Mira

"Ha? Bidadari?" Gumam Ghalisa yang kebingungan melihat Hira dan Mira menatap kearahnya

Ghalisa melihat kearah kanan dan kirinya tidak ada siapapun disini. Lalu ada apa dengan mereka, pikirnya.

"Kamu juga bisa lihat Mir? Berarti bukan mbak aja dong" ucap Hira

"Mbak, tapi dari cerita yang mira biasanya baca bidadari itu turun nya dari arah atas kayang, tapi kok ini malah keluar dari arah tempat wudhu mbak" ucap Mira masih dengan menatap objek yang dimaksud

"Tapi kita kok bisa lihat ya mbak, apa kita ada indra yang dapat melihat beginian mbak, tapi kenapa baru kebuka ya mbak? Selama ini nggak pernah lihat beginian mbak" ucap Mira

"Tapi kalau buka indra itu biasanya orang lihat makhluk astagfirullah. Tapi kita kok beda ya mir" ucap Hira

"Iya ya mbak, apa kita halu kali ya mbak, coba mbak cubit Mira" ucap Mira

Hira pun melaksanakan perintah itu

"Ish... Mbak mah kebiasaan suka cubit pipi Mira" ucap Mira

"Kamu sih yang minta, eh tapi sakit nggak mir?" Tanya Hira

"Sakit mbak" ucap Mira

"Nah, berarti kita nggak mimpi mir" ucap Hira

"Mbak Hira, Mira, kalian pada kenapa sih?" Tanya Ghalisa dengan raut wajah masih dalam kebingungan

"Lah mbak? Kok dia tahu nama kita mbak?" Tanya Mira

"Kamu tahu dari mana nama kami?" Tanya mbak Hira

"Ya jelas tahu, kan kalian memang mbak Hira dan Mira, teman Halish" jawab Ghalisa

"Apa!!!! Halish!!!??" Hira dan Mira terkejut bersamaan

"I-iya, kenapa sih?" Ghalisa kebingungan

"Apa buktinya kamu Halish?" tanya Mira

"Ini" ucap Halish mengangkat tangannya ke udara memperlihatkan cadar yang ada pada genggamannya.

"Mbak tadi Halish pakai baju sama cadar warna apa?" tanya Mira

Hira kembali berpikir menengadahkan pandangan nya keatas "Warna mocca" ucap Hira

"Tepat mbak" ucap Mira

Mira berjalan mendekati Ghalisa, lalu memegang wajah Ghalisa dengan kedua telapak tangannya menggerakkan ke kanan dan ke kiri lalu menyentuh tangan, dan kaki Ghalisa. Ghalisa terkejut dengan tindakan Mira.

"Astagfirullah Mira, kamu apa-apaan sih, jangan gitu mir, jangan merendah gitu dihadapan aku" ucap Ghalisa ikut berlutut merendahkan dirinya karena merasa tidak enak dengan posisi seperti itu.

Perkataan Ghalisa tidak diindahkan oleh Mira.

"Mbak beneran nyata mbak, ini Halish" ucap Mira menoleh pada Hira

"Ya Allah Halish, MasyaaAllah, mbak nggak nyangka ya Allah cantik sekali" puji Hira berjalan mendekati Halish

"Halish aku aja pangling loh lihat kamu, apalagi lelaki. Udah yang paling benar dah kamu memang pakai cadar, kalau nggak bisa-bisa dikejar-kejar sama kaum Adam layaknya artis dadakan" ucap Mira

Ghalisa berdoa didalam hatinya

اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ

Artinya: “Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri, dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka.”

"hadza min fadhli rabbi artinya "Ini termasuk karunia Tuhanku. Jangan berlebihan Mira nanti leher Halish panjang jadinya" canda Ghalisa

"Ayo cepat siap-siap lish, setelah itu kita berangkat" ucap Hira

"Iya mbak" ucap Ghalisa lalu segera mengambil mukenah ya g telah ia sediakan dan tidak lupa memakai cadarnya.

Mira masih terpaku pada teman baru nya itu, tatapan nya tidak terlepas dari Ghalisa.

"Awas nanti jatuh cinta" ucap Hira bercanda

"Ish mbak, ada-ada saja aku normal ya mbak, aku suka sama lelaki kekar" ucap Mira lalu tertawa

Ghalisa hanya menggelengkan kepalanya mendengar ke abstrak an Mira

"Nanti kamu penyok gimana" ucap Hira

"Ih mbak mentang-mentang badan Mira kecil, imut begini dikatain nanti penyok lagi" ucap Mira

Hira tertawa lepas mendengar celotehan Mira

"Sudah-sudah ayo berangkat sekarang" ucap Ghalisa berjalan lebih dulu keluar

"Lah tu anak duluan, heh, Halish, nyasar kamu baru tahu rasa! Memangnya kamu tahu dimana letak mesjid nya" ucap Mira menghentikan langkah Ghalisa

"Iya juga ya, Halish mana tahu mir kan baru disini" ucap Ghalisa

"Tuh kan! makanya tungguin kita" ucap Mira lalu menarik Hira untuk berjalan cepat kearah Ghalisa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!