Cinta dalam diam

Saat pelajaran selesai Ghalisa dan Mira keluar kelas diikuti satu wanita yang sedari tadi memperhatikan Ghalisa.

"Hey" Sapa wanita itu

"Hallo" jawab Ghalisa dan Mira

"From Indonesian?"

"Yes, I am from Indonesian" jawab Ghalisa

"and you?"

"I am from Indonesian" jawab Mira

"Salam kenal" ucapnya

"Oh iya, kamu Ghalisa kan?"

"Iya, saya Ghalisa"

"Ghalisa yang beberapa hari kita jumpa di bandara kan? Itu loh yang waktu itu aku tabrak. Aku Jihan, masih ingat nggak?" ucap Jihan

"Ooo iya iya, masih Jihan " jawab Ghalisa memegang lengan Jihan

"Aku nggak nyangka bisa ketemu dengan kamu disini" ucap Jihan

"Kalian mau kemana?" tanya Jihan

"Hmm nggak tahu nih mau kemana, ya kan mir" ucap Ghalisa diangguki oleh Mira

"Gimana kalau kita makan-makan disekitar sana" ajak Jihan

"Hmm boleh. Tapi, Mbak Hira gimana lish?" tanya Mira

"Oh iya coba sekalian ajak aja" ucap Ghalisa

Mira mengirimkan pesan pada Hira. Dan beberapa saat mendapatkan balasan

Ting!

"Gimana?" tanya Ghalisa

"Mbak Hira nggak bisa ikut katanya ada tugas yang harus dia selesaikan. Lain kali aja katanya" ucap Mira

"Ya udah nggak papa" ucap Ghalisa

"Ya udah yuk!" ajak Jihan

Waktu terus berjalan hingga mereka semakin dekat. Hingga suatu saat Adam menjemput sang adik disebuah perpustakaan.

Mata nya tertuju pada Ghalisa ia seperti pernah melihat mata itu tapi dimana? 'pikir adam

Ghalisa merasa dipandang akhirnya menunduk lantaran merasa tidak nyaman.

"Kak, kenalin ini Mira dan ini Ghalisa. mereka orang yang sering Jihan ceritain ke kakak" ucap Jihan pada kakaknya

"Adam" ucap Adam sembari menyatukan kedua tangannya

Ghalisa tersenyum dibalik cadarnya begitupun dengan Mira.

"Ghalisa kak"

"Mira kak"

"Dek kamu jadi pulang?" tanya Adam

"Jadi, Lish dan Mira biar ikut kak Adam sekalian ya biar diantar ke asrama" ucap Jihan

"Asrama kami dekat han nggak perlu diantar" ucap Mira terkekeh

"Iya, berapa langkah aja sampai" ucap Ghalisa

"Oh iya ya. Tapi, siapa tahu kan bisa kenal lebih jauh" kode Jihan lalu terkekeh

"Adek kamu apaan sih" ucap Adam

"ya sudah kalau gitu kami duluan ya" ucap Jihan

"Assalamu'alaikum" ucap Adam dan Jihan lalu pergi meninggalkan mereka berdua

"Cie....cie kakaknya Jihan MasyaaAllah ya lish" Mira menyenggol Ghalisa

"Astagfirullah Mira.... Apaan sih" ucap Ghalisa lalu pergi meninggalkan Mira

"Eh lish! Kok aku ditinggal sih, lish tungguin!" teriak Mira

"Halish! Mira!" panggil Hira yang baru keluar dari ruangan dosen ya Hira lagi sibuk-sibuknya menyusun skripsi revisi sana sini membuat mereka jarang pergi bersama seperti biasanya.

"Gimana mbak revisinya? lemes amat mbak" ucap Mira

"Gimana nggak lemes, dikit-dikit ada aja di yang direvisi" ucap Hira

"Sabar mbak" ucap Ghalisa dan Mira lalu tertawa

"Kalian ketawa aja, rasain nanti baru tahu!" ucap Hira

"Alah alah, mbak kita marah mir" canda Ghalisa

"Iya ih! Mbak nggak cocok gitu, lebih cocok kalau traktir kami makan" ucap Mira

"Ya sudah ayo!" ucap Hira menarik kedua tangan adik sekaligus sahabat nya itu

Hari dan tahun terus berjalan seiring dengan pembelajaran dan pertemanan mereka semakin dekat. Begitupun dengan Adam semakin kesini semakin memperhatikan segala kegiatan Ghalisa semakin ada rasa didalam hatinya begitupun dengan Ghalisa.

Saat Adam menjadi imam dimesjid dimesjid dekat asrama itu sejak itu hati Ghalisa merasa ada perasaan pada seorang Adam.

Adam adalah adik dari ustadzah kalilah ia sesekali mengantarkan sang kakak untuk mengisi kajian. Disitulah ia mulai dekat dengan Ghalisa.

Namun, perasaan mereka tidak ada yang mengetahui kecuali diri mereka sendiri dan Allah.

Di rumah kediaman Jihan

"Dek, abang mau nanya boleh?"

"Tanya aja bang" ucap Jihan yang masih memegang tabletnya

"Kamu sibuk nggak?" tanya Adam melihat Jihan sibuk dengan tablet nya.

Jihan meletakkan tablet nya disampingnya dan melihat kearah Abang nya.

"Nggak kok, kenapa memangnya?" tanya Jihan

"Nggak jadi dek" ucap Adam lalu pergi dari kamar adiknya

"Lah! Gak jelas!" ucap Jihan

Sementara Naqeeb telah pulang ke tanah kelahirannya sesuai dengan rencananya dan ucapannya.

"Aqeeb, makan dulu nak" ucap ifza

"Dikantor saja ma, Aqeeb ada meeting pagi ini" ucap Aqeeb

"Ya udah tapi jangan telat ya makannya" ucap ifza

"Kalau kerja juga ingat kesehatan qeeb, papa perhatikan kamu ini sibuk sekali" ucap papanya

"Iya ma, pa"

Aqeeb menyalami kedua orang tuanya untuk berpamitan.

"Kakek mana?" tanya Naqeeb

"Biasa joging" jawab papa

"Wah! kakek strong" ucap Naqeeb tertawa

"Ya iyalah, dari pada muda-muda sudah jompo karena tidak mau olah raga" ucap Kakek yang baru datang

"Qeeb, Ingat bawa bantuan ke pesantren Al-fath ya" ucap kakek Raid

"Siap kek"

"Oh iya sekalian jenguk adik kamu ya disana, ajak keluar sebentar qeeb ya" ucap ifza

"Iya mah kalau gitu Aqeeb berangkat dulu. Assalamu'alaikum" ucap Naqeeb

"Wa'alaikumussalam" ucapnya

................

Meeting telah selesai dilaksanakan, satu per satu karyawan keluar didalam ruangan kini tinggal Ia, Galih dan Fikri

"Galih, Cek bantuan yang akan dibawa ke pesantren apa sudah lengkap atau belum" perintah Naqeeb

Galih mengangguk dan keluar dari ruangan meeting

"Fik" panggil Naqeeb

"Iya"

"Kamu mau ikut ke pesantren?" tanya Naqeeb

"Kalau diajak sih gue mau" jawab Fikri

"Sayang" ucap Selina menyelonong masuk tanpa permisi

Ia lantas langsung memeluk Naqeeb tanpa malu dilihat oleh Fikri

"Sayang, kamu kesini kok nggak bilang-bilang" ucap Naqeeb

"Suprise sayang" ucap Selina membelai wajah Naqeeb

"Cih! Menjijikkan" gerutu Fikri dalam hatinya

"Ya Allah buka kan lah pintu hati Naqeeb" doa Fikri dalam hatinya

Tok tok

"Qeeb" panggil Galih memandang tajam ke arah Selina

"Bagaimana?" tanya Naqeeb membiarkan Selina bergelut manja padanya

"Semuanya sudah lengkap" jawab Galih

"Sebentar lagi kita berangkat" ucap Naqeeb

"Mau kemana sayang?" tanya ya Selina

"Mau ke pesantren. Kamu mau ikut? sekalian ajak adik aku keluar" tanya Naqeeb

"Keluar? Shopping dong" batin Selina

"Iya, aku mau ikut" ucap Selina

"Ah nggak asik!" batin Fikri

"Ya sudah sekarang aja kita bergerak" ucap Naqeeb berdiri menggandeng tangan Selina

Selina berlenggak sana sini dengan muka sombong yang ditampilkan pada karyawan yang memandangnya. Membuat para karyawan banyak yang tidak suka dengannya.

"Sumpah! Tuh gaya buk Selina ngeselin amat" gerutu karyawan

"Iya, kok pak Naqeeb mau aja sama dia. Jelas-jelas angkuh seperti itu"

Bisik para karyawan yang melihat Selina

Sementara Fikri dan Galih berjalan dibelakang mereka dengan wajah datarnya. Entahlah seketika mood nya tidak baik melihat Selina ikut mereka

Sesampainya diparkiran

"Selina, ganti baju mu dulu. Baju mu tidak tepat untuk menginjakkan kaki mu di pesantren" Tegur Galih

"Ini ajalah bang" ucap Selina

"Sayang, benar yang dikatakan Galih" ucap Naqeeb melihat tampilan Selina dari atas sampai bawah

"Aku nggak bawa baju ganti sayang" ucap Selina

"Kita mampir sebentar ditoko baju" ucap Naqeeb

"Gue sama Selina pisah mobil ya" ucap Naqeeb

Hanya anggukan yang direspon oleh Galih dan Fikri

"Dasar wanita murahan" ucap Fikri

"Sudah, ayo!" ucap Galih

Sesampainya di pesantren, para pengurus santri ikut membantu menurunkan dan membawa barang-barang masuk kedalam pesantren.

"Sayang, aku tunggu di mobil aja ya" ucap Selina

"Nanti kamu lama nunggu nya sayang" ucap Naqeeb

"Nggak papa" ucap Selina

"Ya sudah" ucap Naqeeb menyetujui kemauan Selina

"Kalau nggak mau kenapa mesti ikut, ini pasti karena shoping dasar mata duitan" gerutu Fikri dengan pelan masih dapat didengar oleh Galih

"Shutt! Dari tadi Lo ngomel Mulu! Nanti kedengaran pawangnya bisa berabe lo" tegur Galih

"Assalamu'alaikum" ucap Abi sakhi dan Ghafi yang baru datang menghampiri mereka

"Wa'alaikumussalam pak ustadz" jawab mereka

Mereka bertiga bersalaman kepada Abi dan Ghafi

"Apa kabar kalian?" tanya Abi sakhi

"Alhamdulillah baik ustadz" jawab mereka bersamaan

"Kakek sehat qeeb?" tanya Abi sakhi pada Naqeeb

"Alhamdulillah...sehat ustadz" jawab Naqeeb

"Alhamdulillah" ucap Abi dan Ghafi

Abi melihat kearah mobil Naqeeb "Siapa didalam nak?" tanya Abi sakhi saat menunjuk mobil Naqeeb

"Mampus!" batin Galih

"Hmm" Naqeeb tampak gugup untuk menjawab nya

"Pacarnya Naqeeb pak ustadz" Ucap Fikri dengan cepat

Naqeeb melotot pada Fikri yang mengatakan sebenarnya. Bagaimana tidak gugup dan takut pasalnya ia alumni di pondok pesantren ini. Yang jelas-jelas menjunjung tinggi melarang untuk pacaran. Sementara ia adalah alumni yang terpandang pada masanya.

"Astagfirullah" lirih Abi Sakhi

"Maaf Abi" ucap Naqeeb sembari menunduk

Abi tersenyum dan mengelus pundak Naqeeb

"Mari masuk nak" ajak Abi

"Ayo!" ajak Ghafi

Sesampainya di ndalem mereka disuguhi dengan minuman dan cemilan yang diantarkan oleh Destina dan Agnia

"Silahkan dimakan" ucap Agnia

"Terima kasih ustadzah" ucap mereka

"Panggil Kakak atau mbak saja" ucap Agnia

"Iya kak" ucap mereka

"Bagaimana perkembangan bisnis kamu qeeb?" tanya Abi sakhi

"Alhamdulillah lancar bi"

"Ini enak sekali" ucap Fikri mengambil beberapa kali kue yang ada di meja

"Alhamdulillah kalau kalian suka" ucap Ghafi

"Pak ustadz, jika diizinkan saya mau ajak adik saya keluar jalan-jalan sebentar" ucap Naqeeb meminta izin pada Abi selaku pemilik pondok pesantren

"Boleh nak, Destina!" panggil Abi

"Iya Abi" jawab Destina keluar menghampiri Abi sakhi

"Ada santriwati di dalam nak?" tanya Abi

"Kebetulan mereka belum datang ke mari bi" ucap Destina

"Ya sudah kalau gitu, Abi minta tolong sama kamu aja " ucap Abi

"Boleh bi" ucap Destina

Fikri sesekali memandang Destina lalu menundukkan kembali pandangan nya

"Ya Allah aku nggak mau terjebak dengan dosa" batin Fikri

"Kira-kira dia mau nggak ya sama aku? Tapi dia siapa aku siapa?" pikir Fikri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!