Keberangkatan

"Tuan, apa ada yang terluka?" tanya Rio body guard kakek Raid yang baru datang

"Tidak Rio, Gadis itulah yang terluka karena menolong saya (menunjuk Ghalisa yang sudah lumayan jauh) Kamu bisa tolong bantu saya?" tanya kakek

"Akan saya usahakan tuan, apa yang harus saya lakukan?" tanya Rio

"Cari tahu tentang gadis bercadar itu, seingat saya tadi dia menyebutkan namanya Ghalisa" ucap kakek

"Baik tuan" jawab Rio

"Ya sudah, kita masuk pasti rekan kerja sudah menunggu" ajak Kakek

Saat masuk, pandangan kakek tertuju pada wanita yang menurut kakek berpakaian kurang bahan, tidak sopan. Wanita itu bersama seorang lelaki berjalan lenggak lenggok bergelut manja dilengan pria itu.

"Ada apa tuan? kenapa berhenti?" tanya Rio

"Kamu lihat itu" ucap kakek Rio pun melihat arah telunjuk kakek

"Selina" ucap Rio

"Betul, lihatlah perangai seperti itu yang diperjuangkan oleh Naqeeb" ucap kakek

Kakek memotret Selina dan pria itu. Tetapi tidak untuk dikirimkan pada cucunya

"Kenapa tidak langsung dikirim ke tuan Naqeeb tuan?" tanya Rio

"Biarlah saya kumpulkan terlebih dahulu, dia tidak akan mudah percaya yang ada ia pasti beranggapan ini hanyalah rekayasa. Mengingat saya sejak mereka menjalin hubungan terlarang itu saya orang pertama yang tidak menyetujui mereka" ucap Kakek Raid

"Saya mau mengingatkan dia dulu" ucap kakek mengambil handphonenya didalam saku jasnya

Kakek menghubungi Naqeeb

"Assalamu'alaikum kek, ada apa kek?" tanya Naqeed

"Wa'alaikumussalam, putuskan Selina sekarang juga!" ucap kakek to the point

"Ha? Maksud kakek apa? Telpon Naqeeb buat nyuruh mutusin Selina" ucap Naqeeb

"Dia itu selingkuh dibelakang kamu Naqeeb" jawab kakek dengan darah telah mendidih

"Kakek, Naqeeb tahu kakek selama ini tidak suka bahkan tidak setuju dengan hubungan Naqeeb dan Selina. Tapi, tidak begini juga cara nya kek menuduh Selina selingkuh, dia itu wanita baik-baik kek. Buktinya dia selalu memberi kabar Naqeeb setiap hari" ucap Naqeeb

"Memberi kabar setiap hari tidak menjamin seseorang setia, kakek lihat dengan mata kepala kakek sendiri Selina yang kamu bangga-banggakan itu tengah bergelut manja dengan pria lain" ucap kakek dengan ketus

"Cukup ya kek, jangan memfitnah orang tidak baik" ucap Naqeeb

"Kamu itu sudah dibutakan dengan cinta. Pakai ilmu agama kamu, untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk" ucap kakek

"Jangan karena cinta buta itu membuat kamu menyesali semua nya. Kakek ini sayang sama kamu qeed" ucap kakek

"Maafkan Naqeeb kek, atas ucapan Naqeeb. Tapi, Naqeeb minta tolong jangan jelek- jelekan Selina kek itu tidak baik" ucap Naqeeb tersadar dengan sikapnya barusan

"Kakek sehat-sehat ya, Naqeeb tutup dulu telpon nya, soalnya ada kelas nih kek. Dah kek, assalamu'alaikum" ucap Naqeeb menutup telponnya

Naqeeb sekarang di London ya, menjalankan study S2 nya.

"Naqeeb! Naqeeb! kakek belum selesai bicara" (kakek melihat layar handphonenya) "Wa'alaikumussalam, huff....dasar Anak nakal! tidak mau mendengar ucapan orang tua" keluh kakek

"Sabar tuan, pasti nanti jika sudah waktunya tuan Naqeeb pasti akan tahu kebenarannya" ucap Rio menenangkan kakek Raid

"Aamiin...Semoga secepatnya Naqeeb itu segera sadar" ucap kakek

"Capek saya marah-marah Yo, dikepala saya semua Syarafnya terasa tegang" ucap kakek Raid lalu terkekeh

"Terlalu banyak marah-marah juga tidak baik tuan. Nanti tambah tua" ucap Rio mereka memang sangat dekat jadi Rio tidak segan lagi melontarkan kata-kata

"Gimana saya tidak marah-marah Yo, kalau Naqeeb dibilangin tidak percaya, saya itu cuman mau yang terbaik buat cucu saya" ucap kakek

"Segera cari tahu tentang gadis tadi ya Yo" ucap kakek

"Baik tuan" ucap Rio

Kakek Raid dan Rio melanjutkan langkah mereka untuk bertemu klien.

"Maaf pak, saya terlambat" ucap kakek

"Tidak masalah pak Raid, kami juga baru saja disini" ucap klien

"Silahkan diminum dulu pak" ucap klien itu

"Ah iya, kebetulan saya memang haus" canda kakek

"Baik, langsung saja kita mulai ya" ucap kakek

...☘️🍃🍀...

Tibalah hari keberangkatan Ghalisa menempuh pendidikan nya di mesir yaitu di Universitas Al Azhar. Umi, Abi, Abang, dan kakak ipar serta sahabatnya dan mbak Sarah mengantarkan Ghalisa hingga ke bandara.

"Halish pokoknya disana jangan lupa makan ya nak, hubungi umi juga kalau mau pergi kemanapun itu" ucap umi dengan mata memerah berkaca-kaca, membawa Halish ke kepelukannya. Sungguh tidak dapat ditahan lagi kini air mata telah membasahi pipi bidadari surga Ghalisa.

Halish merasa sedih tapi masih bisa terkekeh "Umi jangan nangis dong! nanti bedaknya luntur" ucap Halish

"Kamu ini! (Sedikit memukul pelan lengan Halish) Masih bisa becanda biarin aja bedak umi luntur, kan umi tetap cantik" ucap Umi membuat semua orang tertawa

"Jaga diri baik-baik ya nak disana, gali lah ilmu disana sebanyak-banyaknya bawa pulang ilmu itu untuk diaplikasikan kepada orang banyak" ucap Abi

"Ingat pesan Abi jaga harta martabat kamu sebagai perempuan. Jangan bermain dengan cinta yang belum halal." Nasihat Abi

"InsyaaAllah, siap abi" jawab Ghalisa memperagakan hormat pada kenaikan bendera upacara

"Hati-hati ya dek" ucap Agnia istri Ghafi memeluk iparnya itu

"Iya mbak, sehat-sehat juga semoga diberikan kelancaran dalam persalinannya ya mbak" ucap Ghalisa

"Aunty" anak kecil memanggil Ghalisa ia adalah Fahri anak pertama Ghafi

"Rajin-rajin belajarnya ya, jagain umma sama calon adek ya" ucap Ghalisa mengelus kepala anak berumur 5 tahun itu

"Mbak Ana, Halish udah anggap mbak layaknya kakak Halish, Halish pergi dulu ya. Bantu urus toko ya mbak, kalau ada apa-apa jangan sungkan buat telepon Halish" ucap Ghalisa memeluk mbak Sarah

"Pasti Halish, baik-baik disana ya dek" ucap mbak Sarah menangis dipelukan Halish

"Jangan lupain aku ya lish" ucap Destina

"Pasti na, mana bisa aku lupa sama yang selalu ada tapi cerewet ini" ucap Ghalisa mencubit pipi Gabina

"Ih.... Sakit lish" ucap Destina

"Gemes soalnya tu pipi tembem amat pengen aku gigit" canda Ghalisa

"Vampir dong kamu" ucap Destina

"Sedikit" balas Ghalisa

Mata Gabina membulat "berarti selama ini, kalau aku tidur kamu gigit aku ya lish tapi kok nggak ada terasa sakit" ucap Destina

Ghalisa dan yang lainnya tertawa mendengar ucapan Desti

"Kamu kok ketawa sih lish" ucap Destina

"Percaya aja bercanda itu" ucap Ghalisa

"Gak asik ah" ucap Destina

Halish kembali memeluk sahabatnya "Maaf ya"

"Iya, apasih yang nggak buat kamu" balas Destina

Beralih mendekati kedua abangnya

"Abang" ucap Halish meraih tangan Ghafi

"Pesan Abang satu jaga sholat adek, karena dengan sholat lah dapat mencegah diri dari perbuat yang tidak baik itu" ucap Ghafi lalu memeluk adiknya

"Abang jaga umi sama Abi, dan satu lagi jangan rindu berat ya sama halish" ucap Halish

"Eleh siapa juga yang mau rindu sama kamu" celetuk Nasrul

"Ish, Abang awas aja nanti nelpon nanya-nanya tentang Halish" ucap Ghalisa

"Nggak percaya aku mas kamu nggak bakalan rindu sama halish, kerjaan kamu selalu usilin adek sendiri pasti sepi jadinya" ucap Halima istri Nasrul mereka baru saja menikah

"Hmm betul tuh mbak" ucap Halish

"Halish kadang heran deh, kok mau mbak Halima yang kalem gini mau dengan model bang Nasrul" ucap Ghalisa

"Orang abang ganteng" ucap Nasrul merapikan kerah bajunya

"Lah"

"Buktinya kamu bilang abang model hahaha" ucap Nasrul

"Astagfirullah Abang! Itu tu sambungan kata doang bukan bilang Abang seperti model artis" jawab Ghalisa

"Biarin! Tapi bagus tuh ya nanti siapa tahu Abang jadi model beneran" ucapnya

"Jangan bang, jangan pokoknya" ucap Ghalisa

"Kenapa memangnya?" tanya Nasrul

"Nanti kameranya pecah!!!" Jawab Ghalisa

Semuanya tertawa kecuali Nasrul

"Halish!!!" Ucap Nasrul

"Sudah-sudah banyak orang disini" ucap Abi

"Ingat ya Abang jangan sedih-sedih karena nggak ada Halish dirumah" ucap Ghalisa lagi

"Eh, malahan seneng dirumah nggak ada lagi anak besar berkedok anak kecil yang dimanja umi lagi, tukang ngadu juga nggak ada. Hidup Abang jadi aman tentram tidak kena omelan" ucap Nasrul

"Ih... Abang nyebelin banget sih! Abang itu sebenarnya Abang kandung halish atau bukan sih" ucap Halish

"Sembarangan kamu dek kalau ngomong kamu mau bilang Abang ini anak pungut ya, kamu yang anak pungut yang kecilnya abang jumpa dikolong jembatan bertumpukkan kardus-kardus" ucap Nasrul

"Umi! Lihat bang Nasrul umi" aduh Ghalisa

"Nasrul!!!" Ucap umi dengan berkecak pinggang

"Kan mulai deh adek ngadu TERUS!" ucap Nasrul

"Kamu ya Nasrul adek kamu mau pergi malah mau dibuat mau nangis" ucap umi berjalan mendekati Nasrul

"Stop umi stop!!! Jangan pegang telinga Nasrul umi" ucap Nasrul sambil tertawa

pengumuman kepada para penumpang penerbangan untuk melakukan boarding, telah terdengar menandakan untuk segera naik pesawat, Ghalisa akan segera berangkat.

"Sudah waktunya, Halish berangkat dulu ya semuanya" ucap Ghalisa dengan suara sedikit bergetar menahan tangis hingga membuat sesak sulit untuk berkata lagi.

Lambaian tangan terarahkan pada Halish begitupun dengan Halish.

Nasrul sedikit berlari mendekati sang adik mengambil alih koper yang didorong oleh Ghalisa

"Eh, Abang mau ngapain?" tanya Ghalisa

"Udah, biar Abang aja yang bawain" jawab Ghalisa

"Si Nasrul lihatlah tadi mengerjai adiknya tapi lihatlah sekarang" ucap Abi

"Bentuk kasih sayang yang dia tunjukkan itu berbeda" ucap umi tersenyum

"Mas, tidak ikut Nasrul menyusul Sana" ucap Agnia

"Mas lihat dari sini saja, Nasrul kalau berkumpul dilihat gini bawaannya tegil, biarkan dia menunjukkan kasih sayangnya pada Halish dulu" ucap Ghafi

Halish telah berada didepan pesawat, diraihnya tangan Nasrul untuk pamit.

Setelah itu, Nasrul membawa Ghalisa kedalam pelukannya. Rasa sedih itulah yang dirasakan adik yang ia ajak bertengkar sekarang akan mereka akan berjarak jauh.

"Kalau ada apa-apa segera kabari Abang" ucap Nasrul

"Hmm iya, maaf ya bang kalau sering buat Abang dimarahi umi" ucap Ghalisa

"Nggak papa dek, hiburan itu" canda Nasrul

"Ya sudah sana naiklah" ucap Nasrul masih dengan mode sok kuat

"Yakin nih bang, nggak mau nangis" ledek Ghalisa ia tahu bahwa Nasrul tengah menahan dirinya.

"Abang kuat, nggak ada kata sad boy dalam kamus Abang. Sudah sana!" Ucap Nasrul

"Ih, Abang mah dari tadi nyuruh Halish pergi Mulu! nggak ada sayang-sayangnya ini" ucap Halish mengambil alih kopernya

"Baca doa dulu dek" ucap

Halish pun menengadahkan kedua tangannya lalu berdoa "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Subhanalladzi sakkhoro lana hadza wa maa kunnaa lahu muqrinin, wa innaa ilaa robbinaa lamunqolibun, allahumma inna nas'aluka fii safarinaa hadzal birro wat taqwa wa minal 'amal maa tardho, allahumma hawwin 'alaina safarona hadza wa athwi 'annaa bu'dahu, allahumma antas shohibu fis safari wal kholifatu fil ahli, allahumma inni a'udzubika min wa'tsaais safari wa kaabatil mandzhori wa suuil munqolibi fil maali wal ahli

Artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Maha suci Allah yang telah menundukkan (pesawat) ini bagi kami, padahal sebelumnya kami tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kepada Allah lah kami kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kebaikan dan takwa dalam perjalanan ini, kami mohon perbuatan yang Engkau ridhoi.

Ya Allah, permudahkanlah perjalanan kami ini, dan dekatkanlah jaraknya bagi kami. Ya Allah, Engkaulah pendampingku dalam bepergian dan mengurusi keluarga. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan kepulangan yang buruk dalam harta dan keluarga,"

Doa ini bisa dibaca saat baru berangkat dari rumah ataupun ketika mulai menaiki pesawat. Selama di perjalanan pun bisa diiringi dengan berdzikir atau melantunkan sholawat. Doa yang dibaca seorang musafir termasuk dalam golongan doa yang dikabulkan Allah SWT.

Imam Ibnu Rajab Al Hambali dalam Kitab Jami'ul 'Ulumi wal Hikam mengatakan, seorang musafir atau muslim yang berada di perjalanan sudah dianggap memenuhi syarat untuk dikabulkannya doa karena dianggap menanggung beban. Tepatnya, berada di tempat yang asing untuknya.

"Halish berangkat dulu ya bang, Assalamu'alaikum Abang" pamit Ghalisa telah menaiki tangga dan masuk kedalam pesawat.

"Iya hati-hati, Wa'alaikumussalam" jawab Nasrul

Nasrul masih setia berdiri disitu hingga pesawat telah terbang ke angkasa.

Hancurlah pertahan yang ia tahan sekuat-kuatnya, tidak dapat ia pungkiri air matanya luruh begitu saja melihat adiknya telah berangkat.

"Jaga lah Adik ku dimana pun ia berada ya Allah" doa Nasrul

"Abang sayang sama halish. Tapi, bentuk kasih sayang Abang berbeda dari yang lain" batin Nasrul menghapus jejak air matanya lalu pergi dari tempat itu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!