"Galih, ini tiket buat Lo pulang duluan"
"Lo nggak pulang qeeb, kok cuman satu tiket"
"Pekerjaan masih belum selesai lih, ini harus gue selesaikan sebelum acara pernikahan gue. Gue nggak mau gue disibukkan dengan pekerjaan saat momen penting itu" ucap Naqeeb
"Sampai segitunya Lo memperjuangkan wanita yang salah qeeb" batin galih menatap iba sahabatnya
"Kalau Lo nggak pulang gue juga nggak pulang"
"Jangan gitu lih, ini biar jadi urusan gue. Lo harus pulang kasihan Fikri" ucap Naqeeb
"Gue titip hadiah aja buat mereka dan sampaikan maaf sebab gue nggak ikut hadir di acara nya tapi dia gue selalu menyertai mereka" ucap Naqeeb memberikan hadiah yang telah ia siapkan
"Sekarang Lo siap-siap, jadwal penerbangan 1 jam lagi. Gue pergi dulu bro, hati-hati dijalan" ucap Naqeeb
...----------------...
Di pesawat galih tampak berpikir keras bagaimana caranya ia bisa membantu Naqeeb yang terjerat dengan situasi itu.
Setelah menunggu beberapa jam akhirnya pesawat mendarat. Galih dijemput oleh supir Naqeeb.
"Terima kasih pak"
"Sama-sama den"
...----------------...
"Umi, Abi Halish ikut buat jenguk ya"
"Tapi, bukannya kamu mau kerumah Destina lish, katanya teman kamu juga ada disitu"
"Iya ada umi, jenguk dulu ikut umi sama Abi. Nanti setelah itu, baru Halish kesana"
"Ya sudah ayo" ajak Abi
Mereka singgah membeli buah-buahan untuk kakek raid terlebih dahulu lalu melanjutkan kembali perjalanannya.
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam" ucap mereka lalu Ifah berjalan membuka pintu
"Silahkan masuk umi, Abi, kak" ucap Ifah
Iffah sedari tadi melihat kearah Ghalisa menatap dengan kagum dan penasaran wanita ini siapa?' pikir Ifah
Iffah memang tidak mengenal Ghalisa, saat Ifah masuk Ghalisa berangkat ke mesir dan ia baru pulang dan ini untuk pertama kalinya ia melihat secara langsung.
"Bagaimana kabarnya pak?" tanya Abi sakhi
"Alhamdulillah, sudah lumayan jauh lebih baik"
Kakek tersenyum kearah Ghalisa meskipun tertutup oleh cadar ia masih begitu mengenal anak yang pernah menolongnya.
"Seperti tidak asing" batin Ghalisa
"Ini ada buah-buahan dimakan pak" ucap Ghalisa
"Kebetulan sekali saya ingin sekali makan buah" ucap kakek
"Biar Halish bantu kupas kan dulu pak"
"Kamu tidak mengenal kakek?"
"Halish rasa juga begitu, seperti nya kita pernah jumpa ya kek" ucap Ghalisa
"Kamu kan yang nolong kakek dua tahun yang lalu didepan mall" ucap kakek
Sepersekian detik Ghalisa mengingat nya
"Iya, iya Halish ingat kek. terima kasih banyak ya kek, kakek sudah menyelamatkan Abi Halish" ucap Ghalisa
Ifza menatap Ghalisa yang sedang berinteraksi dengan kakek Raid tersenyum. Ia begitu senang menatap Ghalisa yang sopan dan santun.
"Kakek tidak nyangka kalau kakek dapat bertemu kamu lagi disini" ucap kakek Raid
"Bagaimana pendidikan mu nak?" tanya kakek sambil disela-sela memakan buah yang telah dikupas itu
"Alhamdulilah lancar kek" ucap Ghalisa
"Papa begitu senang jika berinteraksi dengan anak ini" batin ifza
"Ya Allah jadikan lah kak Ghalisa ini sebagai kakak ipar Ifah ya Allah" doa Ifah dalam hatinya
"Kakek ternyata begitu kenal dengan kak Ghalisa terus kenapa tidak jodohkan saja dengan bang Naqeeb. Ah! Kakek gimana sih!" batin Ifah
"Ifah kamu kenapa?" tanya kakek Raid
"Ifah nggak papa kek"
"Itu cucu ke dua kakek nak" ucap kakek
"Oo iya, salam kenal dek" ucap Ghalisa
mengulurkan tangannya disambut oleh Ifah
"Lalu cuci pertamanya mana?" pikir Ghalisa
"Ifah ini mondok di pesantren kita lish"
"Oh iya, semangat ya belajarnya"
Ifah tersenyum dan mengangguk.
"Semoga rencana ku kelak berhasil" batin kakek Raid menatap Ghalisa
Lama berbincang, Ghalisa meminta izin untuk pulang lebih dulu
"Halish izin pamit pulang dulu kek, tante" ucap Ghalisa
"Kenapa cepat sekali Halish?" tanya ifza
"Teman Halish sedang menunggu Tan"
"Iya, calon Fikri itu teman Halish" ucap Abi
"Jadi mereka ini temanan"
"Iya tan"
"Terus pulang nya naik apa?" tanya kakek Raid
"Naik motor kek, Halish tadi bawa motor sendiri" ucap Ghalisa saat sudah berada didepan pintu
"Hati-hati ya" ucap mereka
"Iya, assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam"
...----------------...
Saat berada dirumah Destina ia diserbu oleh komentar teman-teman nya yang telah menunggu sejak lama
"Kenapa baru datang?" tanya Destina
"Mau nunggu kita berjamur disini?" ucap Mira
"Dari tadi kita nunggu eh nongolnya jam segini?"
Ghalisa hanya terkekeh, ia juga bersalah dalam hal ini karna tidak memberikan kabar terlebih dahulu
"Sorry"
"Au ah!"
"Tadi itu Halish dari rumah sakit jenguk kakek Raid"
"Kakek kamu lish?" tanya Mira
Sementara Destina berpikir keras "Raid?"
"Bukan, dia banyak banget bantu keluarga Halish dan ini dia juga nolongin Abi Halish"
"Kamu kenapa na?" tanya Ghalisa
"Bentar, aku lagi mikir. Raid?"
"Memangnya kenapa na?" tanya Mira
"Sepertinya aku pernah dengar tapi dimana ya?"
"Itu yang kita tolong dua tahun yang lalu na didepan mall. ingat nggak?"
"Kakek itu lish"
Halish mengangguk
"Na, kamu sudah mau nikah aja, kapan kamu dekat dengan laki-laki tiba-tiba langsung ada kabar mau nikah?" tanya Ghalisa
"Aku juga nggak tahu kenapa tiba-tiba gini, Definisi jodoh rahasia Allah. Aku nggak lagi dekat dengan bang Fikri"
"Abang!" ejek Mira membuat Destina malu sementara ia tertawa bersama Ghalisa
"Kalian jangan gitu dong!"
"Iya ih Mira, kasian catin kita malu tuh" ucap Ghalisa
"Terus kalau nggak kenal dekat gimana ceritanya?" tanya Mira
"Jadi gini...." lama terdiam
Ghalisa dan Mira berekspresi serius mendengar Destina berbicara
"Nungguin ya....?"
"Ih nyebelin deh" ucap Mira
"Sorry-sorry. Jadi gini, dia itu sering ke pondok pesantren kamu lish"
"Ha! pondok pesantren kamu? Halish ini anak pemilik pondok pesantren?" tanya Mira tidak menyangka
"Lah iya, memangnya kamu nggak tahu mir" Mira menggelengkan kepalanya lalu menatap ke Ghalisa
"Mira kamu kok nggak bilang-bilang"
"Soalnya kamu nggak nanya jadi Halish nggak perlu bilang" ucap Ghalisa
"Benar-benar ni Halish! Jadi kamu Ning ya? Mana sikap aku sama kamu seperti ini lagi" ucap Mira
"Nah, ini ni yang Halish nggak mau kamu tahu. Jangan segan gitu dong! Kita ini semuanya sama, yang membedakan kita tingkat iman dan taqwa kita dihadapan Allah" ucap Ghalisa
"Dengerin tuh mir!" ucap Destina
"Iya, yang pastinya aku senang" ucap Mira
"Lanjut na" ucap Ghalisa
"Aku kan sering bantu di pondok lish. Nah, disitu bang Fikri sering lihat aku. Aku pun nggak tahu sejak kapan dia perhatiin aku. Terus waktu hari itu, dia melamar di Abi kamu minta sampaikan niatnya ke aku, ayah dan bunda. Awalnya aku kaget dong ya, dimana orang bilang Alhamdulillah akunya bilang astagfirullah"
Mira dan Ghalisa tertawa mendengar nya
"Hahaha terus-terus" ucap Mira
"Aku nggak tahu mau bilang apa, berhari-hari aku memikirkan semuanya sampai aku sholat istikharah dan Alhamdulillah Allah bantu dengan petunjuk nya, dan ini jawabannya"
"MasyaaAllah... Stay halal ya" ucap Ghalisa
"Tapi aku salut sama dia bisa melangkah seperti itu, padahal kamu nggak kenal sama dia" ucap Mira
"Iya benar" ucap Ghalisa
"Dia ada bilang gini, dia nggak mau terjerat dengan kemaksiatan dimana dia sendiri yang mengingatkan teman nya. Untuk menghindari hal itu, ia melamar aku"
"MasyaaAllah" ucap mereka berdua
"Siapa temannya itu?" tanya Mira
"Aku juga nggak tahu"
"Semoga ia segera diberi hidayah oleh Allah" ucap Ghalisa
"Aamiin"
"Mau juga yang begini satu!" ucap Mira
"Yuk! Kita perbaiki diri dulu" ucap Ghalisa
"Iya benar lish" ucap Mira
"Dimakan dong kue-kuenya ini" ucap Destina
....
"Ada Inai nih!" ucap Ghalisa
"Pake in aku ya lish" ucap Destina
"Lah kenapa Halish? Mbak nya mana?"
"Sengaja nggak aku cari, kan ada kamu" ucap Destina
"Bayar!" ucap Mira
"Iya lish? Tidak masalah" tanya Destina
"Nggak! Nggak perlu, sini Halish bantu" ucap Ghalisa
Mulai melukis indah dipunggung tangan Destina
Setelah itu, ia dan Mira keluar dari kamar Destina pergi kearah dapur membantu ibu-ibu membuat rempah-rempah dan lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments