Mata Bian membelalak tak percaya mendapati mobil yang sama persis dengan mobilnya sudah ada di halaman rumah, Skala yang datang dari dalam rumah lalu bersedekap mensejajarinya sambil memasang raut muka sombong.
"Ah susah memang terlalu banyak uang, sampai bingung mau dipakai untuk apa," ocehnya.
Sang istri yang mendengar ucapannya tak peduli sama sekali, gadis itu meraih kunci mobilnya yang tengah dipegang oleh sopir, tanpa berpamitan pada suaminya Bian masuk ke dalam mobil dan pergi dari istana Prawira.
"Kenapa tidak mengantar istrimu bekerja?" Prawira yang mendapati cucunya masih berdiri di depan rumah bertanya heran.
"Dia itu wanita mandiri kek, biarkan saja!" jawab Skala yang langsung pergi karena tak ingin urusannya menjadi panjang dengan sang kakek.
***
Di dalam ruang kerjanya Skala terlihat bingung, rumah yang ia beli ternyata tidak bisa di tempatinya segera karena masih ada beberapa bagian dari perumahan itu yang belum jadi, sekretarisnya yang memberi tahu kabar itu terlihat menunduk di depan meja kerjanya.
Skala sudah sangat berhasrat ingin segera pindah rumah, alasannya dia ingin terbebas dari rasa tak nyaman karena tidur satu ranjang dengan istri jadi-jadiannya, karena saat tidur tak hanya badan Bianca saja yang kemana-mana tetapi juga tangannya. Skala bergidik mengingat saat tangan gadis itu bergerilya dan menangkap anaconda miliknya.
"Carikan aku sebuah rumah di lingkungan elite, harga tidak menjadi masalah asal hari minggu ini sudah bisa aku tempati," titah Ska kepada Beni sang sekretaris.
"Minggu depan pak?" tanya pria beranak satu itu.
"Minggu besok ini," ucap Skala.
"Maaf? apa Pak?" Beni terkejut, melotot ke arah bosnya dengan mimik wajah kebingungan.
"Carikan aku rumah di perumahan elite yang bisa aku tempati hari minggu besok." sedikit membentak, Skala sampai menghentakkan kaki ke lantai karena kesal.
"Walah Bapak mbok ya kalau minta itu jangan dadakan, kayak semalam itu minta mobil malam dan paginya harus sudah ada, lha saya bukan tukang tahu bulat je Pak digoreng dadakan lima ratusan," Jawab Beni dengan logat bicara khas tempat kelahirannya yaitu Jogjakarta.
Skala semakin kesal dengan sang sekretaris yang sudah menemaninya selama enam tahun itu, "aku menggajimu tinggi memang untuk itu dasar Sabeni." Skala gemas, tangannya terlihar meremas-remas udara di samping mukanya sendiri.
"Ya sudah saya carikan, tapi kalau harganya diatas dua puluh M gimana?" tanya laki-laki berwajah ganteng khas Jawa itu.
"Terserah mau dua puluh miliar, tiga puluh miliar pokoknya minggu ini rumah itu bisa aku tempati titik." Skala terlihat tegas dan bersungguh-sungguh dengan niatannya membeli rumah lagi.
"Bener ini pak? titik ya? ga pake koma?" canda Beni.
Skala berdiri sambil meraih papan nama dirinya yang terbuat dari kayu di atas meja, bersiap untuk melempar benda itu ke muka sang sekretaris. Beni yang melihat bosnya mengamuk terlihat berlari sambil meminta ampun.
Namun, setelah Beni tak nampak batang hidungnya Skala terlihat tertawa, sekretarisnya itu memang hobi bercanda jika membicarakan masalah di luar pekerjaan kantor, tapi akan serius dan fokus jika menyangkut masalah pekerjaan.
***
Tepat di hari Minggu pagi dengan membawa mobil sendiri-sendiri Skala mengajak Bianca ke rumah yang akan mereka tinggali, sebuah truk pick up yang mengangkut beberapa barang mereka nampak mengikuti dari belakang.
Bian sedikit heran saat mobil suaminya berhenti di depan sebuah rumah mewah, gadis itu mentap sekeliling, alisnya menyatu melihat lingkungan perumahan yang aslinya berbeda jauh dengan gambar perumahan yang dia lihat bersama suaminya beberapa hari yang lalu.
"Ska, ini bukan perumahan yang kita lihat deh kayaknya." Bian sampai tak berkedip memandangi rumah yang meskipun pagarnya tidak terlalu tinggi tetapi terlihat begitu mewah.
"Bukan, yang kemarin ternyata belum siap ditempati, males gue," jawab Ska enteng.
"Lha terus ini rumah harga berapa?"
"Sama kok, pemiliknya pindah ke Perancis jadi dijual cepat." Skala berbohong padahal rumah itu dia dapat dengan harga dua kali lipat rumah yang dia lihat bersama istrinya.
Bian tertawa bahagia, gadis itu merasa senang meskipun rumah itu bukan rumah yang dia lihat beberapa hari yang lalu, tapi setidaknya rumah itu jauh lebih besar dan lagi hutang ke suaminya masih sama.
Skala memilih masuk ke dalam rumah, sementara Bian masih menunggui sang sopir pick up yang sibuk menurunkan barang-barang mereka, gadis itu ingin memastikan agar tidak ada barang yang tertinggal untuk diturunkan.
"Eh masuk-masukin nih barang loe," ujar Bian sambil menyeret dua koper miliknya ke dalam rumah.
"Tingal aja lah dulu, gue mau room tour." Skala berlalu untuk mengeksplor kediaman barunya yang baru pertama kali ini juga dia masuki, Bian hanya bisa menekuk wajahnya mendengar jawaban dari sang suami.
Saat akan mengambil dan memasukkan barang lagi dari luar ke dalam rumah, seorang wanita paruh baya terlihat menghampiri Bian, dengan celana training dan kaos dry fit yang dikenakan jelas wanita itu baru saja selesai berolah raga.
"Wah penghuni baru ya?" sapanya.
Bian tersenyum, gadis itu sudah hampir berlalu masuk ke dalam rumah tapi wanita itu mendekat sampai ke batas pagar rumahnya, merasa harus bersikap sopan Bianca memilih untuk meladeni percakapan dengan wanita itu lebih dulu.
"Saya tinggal persis di sebelah," ucap wanita paruh baya itu sambil tersenyum.
Bianca mengangguk sambil menunjukkan deretan gigi putihnya, " Saya dan suami saya baru pindah bu, perkenalkan nama saya Bianca."
Bian meletakkan kardus yang dari tadi berada ditangannya, mengulurkan tangan ke wanita itu.
"Saya bu Dewan."
"Oh suaminya anggota DPR ya bu?" Bian masih berusaha berbasa-basi karena sadar dia adalah warga baru di komplek perumahan elite itu.
" Lho kok tahu?" Bu Dewan terlihat terkejut.
"Itu namanya kan bu Dewan," Bianca masih tersenyum manis bak finalis di ajang puteri Indonesia.
"Iya, suami saya memang anggota DPR tapi nama asli saya juga Dewan , Dewanti." Wanita itu tertawa, " Suami saya namanya juga Dewan, anak saya namanya Dewa, kami itu keluarga 3D."
Wanita itu semakin tertawa terbahak-bahak, Bian mengernyitkan dahinya sambil berpura-pura ikut tertawa mendengar ucapan tetangga sebelah rumahnya itu.
"Oh ya nanti sore ada acara arisan di rumah saya, mba Bianca datang ya."
"Waduh bu, terima kasih undangannya tapi saya kan masih warga baru besok-besok saja ya," tolak Bian dengan nada yang dibuat sehalus mungkin.
"Eh gapapa, cuma arisan ibu-ibu blok kita aja kok, hitung-hitung perkenalan gitu, suaminya diajak ya mba."
Bian hanya bisa mengganggukkan kepalanya seperti orang bodoh, gadis itu ikut melambaikan tangan saat bu Dewan juga melambaikan tangannya untuk berpamitan pulang ke rumahnya.
"Wah kacau loe Ska, katanya loe pengen cari tempat tinggal yang ga ada emak rumpinya tapi kayaknya loe malah bikin gue masuk ke kandang mereka."
Kesal Bian memukul lengan Skala yang baru saja turun dari lantai atas. Bian lantas menceritakan perbincangannya dengan tetangga barunya tadi.
"Gampang, loe ga usah datang, gitu aja kok repot, jadi orang yang solutif gitu lho!"
Ucapan Skala yang mengutip kalimat Bu Tedjo yang belakangan viral di media sosial itu semakin membuat Bian kesal, dengan sengaja gadis itu menginjak kaki sang suami kemudian menaiki anak tangga menuju ke lantai atas.
"Sakit tau!" pekik Ska, " Kalau kayak gini terus mending kita temui Andra dan Melanie lagi, kita tambahin klausul perjanjian kita, ga ada kontak fisik di luar kebutuhan sandiwara, nginjek kaki, megang anaconda gue harusnya elo udah gue pidana."
Bian yang sudah berada di pertengahan anak tangga terlihat berbalik menatap ke arah sang suami yang terdengar seolah sedang mengolok-olok dirinya, "Berani ngomongin anaconda lagi, gue sunat diam-diam tu anaconda pas loe lagi tidur!" ancam Bian.
Merasa ngilu, Skala memilih diam dan berhenti membalasa ucapan sang istri.
-
-
-
-
-
-
info : Ini cerita updatenya sehari satu bab ya guys 😀 jangan minta crazy up, nulis disini ga bisa dijadiin mata pencaharian, jadi Na juga sibuk mengais rejeki di dunia nyata biar bisa tetep jajan kinderjo di alpa 🤗
Jangan lupa bagi apresiasi dengan LIKE KOMEN RATE dan VOTE
Thanks a Ton
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Rita
pasangan absurd
2023-02-17
3
Kawaii 😍
1 komplek sama mina
2022-10-19
0
Eni Purwanti
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤪🤪🤪
2022-07-19
0