Empat bulan yang lalu
Di bawah gerimis yang datang dimusim yang tak seharusnya, Skala memijat keningnya sambil mencoba terus fokus mengendarai mobilnya, laki-laki berumur dua puluh delapan tahun itu hendak pergi ke sebuah restoran untuk menemui seorang gadis atas permintaan kakeknya.
Ini bukan kali pertama sang kakek memaksanya melakukan kencan buta dengan gadis yang tidak dia kenal. Ska, begitu panggilan akrabnya, terlihat turun dari mobil sedikit berlari menuju pintu restoran agar tidak banyak terkena tetesan air yang turun dari langit.
Ia menepuk-nepuk rambutnya yang basah terkena rintikan air hujan, bibirnya menyunggingkan senyum kepada pelayan restoran yang membukakan pintu untuknya. Sang pelayan lantas mengantar Ska menuju meja yang telah dipesan oleh sang kakek sebelumnya.
Dari jauh Ska melihat seorang gadis berambut lurus sepundak dengan crop blazer berwarna merah tengah duduk menikmati secangkir minuman sambil menatap keluar jendela, sang pelayan menarik kursi untuk Ska duduk, membuat gadis itu meletakkan teh yang sedang dia nikmati, ia menyandarkan punggung kemudian memandang kearah Ska.
Biasanya gadis yang ditemui Ska akan terlihat malu-malu atau berdiri saat melihat dirinya datang, tapi sekarang gadis ke enam pilihan sang kakek terlihat meletakkan tangannya diatas meja lalu bertopang dagu memandang remeh kearahnya.
"Skala Prawira, cucu kesayangan pemilik Prawira group , Direktur utama PG vactory, lulusan master universitas Harvard, lima kali masuk sebagai nominasi pengusaha muda dan berpengaruh dalam majalah bisnis negara kita, tapi sayang tidak pernah menjadi pemenang," ucap Bianca menirukan ucapan sang kakak tertua. Namun, jelas kalimat terakhir merupakan penambahan dari pikirannya sendiri.
Ska menghela napas kasar, sepertinya dia tersinggung dengan ucapan gadis didepannya barusan, belum sampai laki-laki itu membalas omongan Bian, gadis itu sudah mulai mengoceh lagi.
"Member VVIP Garald Klub, hobi bermain tenis, alergi buah pisang, tidak suka hewan berbulu, dua kali dalam seminggu pergi ke gym di PG Plaza, dan setiap satu bulan sekali berkumpul dengan rekan sesama pebisnis untuk arisan, Shit! are you serious dude? arisan?" cibir Bianca.
"Udah selesai ngomongnya nona Bianca Natania?" jawab Skala "Apa anda menyewa seorang detektif untuk menggali kehidupan pribadi saya?" lanjut Ska.
Bianca tersenyum sinis, menyandarkan punggungnya dikursi, menatap tajam ke arah laki-laki yang memiliki gaya rambut short neat itu.
"Sepertinya kamu juga tidak menginginkan kencan buta ini, bagaimana kalau kita buat semuanya menjadi lebih mudah? aku akan bilang pada kakekku kalau kamu bukan tipe gadis idamanku, dan kamu bisa bilang ke kakakmu kalau aku terlalu tinggi untukmu," Skala menekankan kalimat terakhir sambil mencondongkan badannya ke arah Bianca.
"Hah...terlalu tinggi? bahkan kamu tidak ada seujung kuku laki-laki yang mengejar-ngejar diriku," ketus Bian.
"Apa maksudmu Eric dari Prada Group? sayang sekali ibunya tidak menyukaimu." Ska tersenyum menghina sambil menenggak segelas air yang berada di dekatnya, ia melihat wajah Bian berubah, menandakan kalau ucapannya memukul telak gadis itu.
"Aku selalu mencari informasi tentang gadis yang kakek pilih sebelum pergi menemui mereka, tapi aku cukup terkesan karena sejauh ini hanya dirimu yang secara terang-terangan menjelaskan bahwa kamu juga mencari informasi tentang aku," beber Ska.
Bianca mulai terlihat kepanasan, dirinya kesal mendengar ucapan Ska tentang ibunda Eric yang tidak menyukai dirinya, memang ucapan laki-laki itu tidak salah sedikitpun, Emily ibunda Eric memang tidak menyukai Bianca, alasannya hanya karena mereka pernah bertemu disalah satu toko berlian saling memperebutkan sebuah kalung limited edition disana, Bianca tidak mau mengalah dengan wanita paruh baya itu, mereka terlibat pertengkaran bahkan pihak toko sampai memilih menutup rolling door toko agar tidak ada yang melihat dua wanita member VIP berbeda usia itu saling cakar dan jambak.
"Lalu bagaimana denganmu? aku tau Felisya Almaira putri menteri perdagangan kita yang seorang pemain harpa itu menjalin hubungan denganmu selama tiga tahun, tapi sayang gadis itu malah menikah dengan Gutama Prawira, sepupumu, apa ada yang salah dengan dirimu Ska?"bisik Bianca dengan nada menghina.
Ucapan Bianca menampar harga diri Ska, dari perubahan raut wajahnya jelas laki-laki itu masih tidak menerima kenyataan bahwa pujaan hatinya ternyata telah menikah dengan sepupunya dua bulan yang lalu.
"Benar-benar gadis menjengkelkan," gumam Ska dalam hati.
Mereka hanya saling menghina dan mengejek satu sama lain tanpa menikmati makanan yang sudah terhidang, keduanya pulang dengan perasaan kesal, bahkan saat melewati pintu Bian dan Ska terlibat adegan saling tendang.
***
Prawira yang melihat cucunya datang dari kencan buta langsung menanyakan pendapat Ska tentang adik perempuan dari Billy Nataniel, kakak tertua Bian. Skala hanya menjawab pertanyaan sang kakek dengan gelengan kepala lalu menaiki anak tangga menuju ke kamarnya, saat berada diatas Ska berpapasan dengan Felisya, gadis itu hanya terdiam membiarkan mantan kekasihnya dengan tatapan dingin berlalu masuk ke dalam kamarnya tanpa menyapa. Jelas sangat menyakitkan untuk Ska harus melihat gadis yang masih dicintainya itu berada satu rumah dengannya.
Prawira memiliki dua orang anak laki-laki, yang pertama Mahen ayah Ska kemudian Maher ayah Tama, sepupu yang sekarang menjadi suami Felisya. Rumah Prawira yang seperti istana itu ditinggali keluarga intinya, harusnya Tama pindah dari sana setelah menikah, tapi sang mama Viona melarang anak semata wayangnya itu untuk jauh-jauh dari dirinya, dan Tama bukanlah anak kandung Maher.
Viona dulunya bukanlah wanita baik-baik, wanita itu menikah dengan putra kedua Prawira dalam keadaan hamil, namun Maher sudah mengganggap Tama seperti anak kandungnya sendiri karena dia tidak bisa memiliki anak. Mereka menyembunyikan rahasia itu rapat-rapat, namun jelas rahasia itu tidak mungkin tidak Prawira ketahui, sejak Tama berumur tiga tahun sikap Prawira berubah ke cucunya.
***
Di saat yang hampir bersamaan Bian masuk kedalam rumah setelah menyerahkan kunci mobilnya kepada sang pelayan, melihat kakaknya yang tengah duduk diruang tengah Bian memilih berlalu begitu saja, Billy sedikit kesal dengan sikap adiknya, menikahkan Bian sesegera mungkin adalah tujuannya agar salah satu saingannya untuk mendapat harta sang ayah semakin berkurang.
Billy pikir jika Bian menikah dan sibuk mengurusi rumah tangga maka gadis itu akan tidak banyak ikut campur dengan urusan perusahaan sang papa, sementara adik laki-lakinya Brian adalah saingan yang tidak perlu dia pikirkan, karena laki-laki yang umurnya terpaut satu tahun dengan Bianca itu mengidap autisme. Jika Billy sangat Bianca benci, tidak dengan Brian, gadis itu menyayangi sang kakak dengan sepenuh hati, karena saat ibunya masih hidup, Kiran sang ibu selalu berpesan kepadanya untuk selalu menjaga Brian.
Billy memutar otaknya lagi, mencari ide bagaimana caranya agar Bianca mau menikah dengan Skala, meskipun sedikit jahat, laki-laki itu tetap menginginkan adik tirinya untuk menikah dengan laki-laki kaya, setidaknya jika suami Bianca kaya maka gadis itu tidak akan memperdulikan harta warisan sang papa.
Billy meraih ponselnya, ia menelpon Prawira. Mereka saling mengenal karena berada dalam satu klub golf yang sama. Billy berbohong bahwa adiknya berkata menyukai Skala setelah kencan buta tadi, mereka lalu sepakat untuk mengadakan makan malam bersama untuk membahas lebih serius hubungan dua keluarga.
Nataniel sang papa memang sama sekali tidak peduli dengan kehidupan pribadi anaknya, ia lebih senang mengurusi perusahaan dan wanita-wanitanya, laki-laki itu menyetujui saja ucapan Billy yang ingin menjodohkan Bianca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Sitti Nurlaela
aku baca untuk yang kesekian kalinya
2025-04-05
0
Ning cute
aq ngulang lagi baca 🤭
2023-06-22
2
Rita
dua2nya keluarga ruwet harta oh harta rebutan aja demi harta
2023-02-16
0