"Kita mau kemana?" Bian terlihat heran mendapati suaminya membawa mobilnya bukan ke arah jalan pulang menuju rumah kakeknya.
Setelah membeli rumah seharga lima miliar yang membuat jiwa pelit Bianca meronta-ronta tadi, Skala ingin pergi ke rumah Nataniel untuk mengunjungi keluarga barunya yang jelas tujuannya hanya untuk membuat Bianca marah.
"Buat apa kesana?"
Bian terlihat tidak suka, memandang Skala dengan tatapan kesal, laki-laki itu tersenyum bahagia bersama jajaran pasukan setan di dalam hatinya.
"Ketemu mertua lah, mau apa lagi," jawab Ska enteng.
"Papa bisa dipastikan belum pulang kerja, kak Billy juga sa__," Bian terdiam menerka apa yang sebenarnya berada di dalam otak licik suaminya.
"Jangan bilang loe mau ketemu mama Salma?" Bian membelalakkan matanya tak percaya
"Elo ga akan dapat sambutan ramah dari dia, kalau dia sampai ramah sama loe silahkan gantung gue di pohon toge," lanjutnya
Dari balik kacamata hitam yang masih ia kenakan, Skala hanya menaikkan kedua alis matanya sambil membuat senyum di sudut bibirnya.
Sampai di rumah papanya Bian disambut oleh Brian, kakak laki-lakinya itu langsung menghambur dan memeluknya erat membuat Skala mengernyitkan dahinya meskipun ia sudah tau kondisi Brian.
Salma keluar dengan melipat kedua tangan di depan dadanya, menatap tajam anak tiri dan menantu barunya yang masih berada di luar pintu "Aku kira kamu tidak akan pernah kembali ataupun menginjakkan kaki ke sini lagi setelah menikah."
Sontak ucapan mama mertuanya membuat Ska terkejut, ia tahu Salma adalah mama tiri istrinya, tapi ia tak menyangka wanita itu ternyata betul-betul tidak menyukai istrinya sampai berkata seperti itu di hadapannya.
"Tenang saja aku tidak berniat kembali tinggal di sini, aku hanya ingin mengambil barang-barangku karena suamiku sudah membeli rumah untuk kami tempati." Pamer Bianca penuh rasa percaya diri sambil menggandeng Brian untuk masuk ke dalam rumah.
Ska yang masih tak menyangka mendapat sambutan seperti itu dari istri tertua Nataniel merasa menyesal karena tidak percaya dengan ucapan Bianca tadi.
Salma menatap menantu tirinya itu dari ujung rambut sampai ujung kepala, ia lantas berjalan untuk masuk ke dalam mobil yang terlihat sudah di bukakan oleh sang sopir pribadi, saat melewati Skala wanita itu berhenti lalu berbisik, "Boleh juga selera Bianca." senyum sinis terbit dari bibirnya.
***
Sudah lebih dari satu jam Ska duduk di ruang tengah, ia seolah menerima akibat dari keisengannya yang ingin menjahili sang istri, ia terlihat bosan sendirian menunggu Bianca menampakkan diri.
Seorang pelayan mengisi kembali cangkir teh miliknya yang sudah kosong untuk yang ketiga kalinya, Ska mulai gusar dan saat ia baru saja akan membuka mulutnya untuk meminta si pelayan memanggilkan istrinya, Nuna terlihat masuk ke dalam rumah.
Gadis itu berhenti tepat di samping si pelayan, menatap Ska sambil membenarkan letak tali tas yang ada di pundaknya.
"Eh ada om Ska," ucapnya.
Skala tersenyum sambil berpikir siapa nama anak tunggal Billy Nataniel itu. Ia lantas memandang ke arah pelayan seolah meminta bantuan jawaban.
"Non Nuna pulang sekolah ganti baju dulu ya, habis itu makan," pinta sang pelayan.
Bukannya menuruti sang pelayan Nuna malah duduk di samping Skala, mengamati wajah laki-laki itu seolah sedang mencari kekurangannya.
"Menurut Nuna om ganteng kok ga ada badak-badaknya, kenapa onty ngasih nama kontak om badak Afrika ya?" oceh gadis itu.
Sang pelayan terlihat tertawa dan langsung mendapat tatapan tajam dari Skala, tersadar akan kesalahannya sang pelayan buru-buru masuk ke dalam.
" Badak Afrika?" tanya Skala heran.
"Hem, onty Bian menamai kontak om di ponselnya badak Afrika, aku heran harusnya kan sayangku, cintaku atau baby gitu," oceh Nuna sambil melepaskan tas dari pundaknya, menyambar satu buah kudapan yang disajikan untuk Skala di atas meja.
"Apa itu panggilan sayang onty ke om? lalu panggilan om untuk onty Bian apa?"
Skala terlihat bingung dengan ocehan Nuna, ia kemudian sedikit membungkuk untuk berbisik kepada anak itu.
"Om menamai kontaknya Bianca itu saja, apa om salah?"
"Ah si om, kok ga romantis kayak onty sih, kasih donk onty Bian panggilan sayang, cacing pita, biawak menor atau apa gitu, kan onty kasih nama kontak om badak Afrika."
Skala terbahak mendengar ucapan Nuna, ia kemudian sedikit meringsek ke anak itu dan berbicara dengan nada rendah.
"Kok kamu tahu istri om ngasih nama kontak om badak Afrika? kamu ngintip ponsel onty Bianca ya?"
"Iya."
Jawaban polos Nuna membuat Ska terbahak kembali, "Kasih tahu om dong, apa yang onty kamu ga suka, kamu tau kan? om kenal onty baru beberapa bulan aja terus kami nikah, jadi om ga tahu banyak apa yang istri om ga suka," dusta Skala.
Nuna terlihat menganggukkan kepalanya, gadis itu lantas memakai rok seragamnya untuk membersihkan tangannya dari sisa kudapan yang dia makan.
"Astaga jorok bener ni bocah, ga pantes banget jadi nona muda, ga akan ada yang percaya pasti kalau dia anak perempuan Billy Nataniel," gumam Ska dalam hati.
"Bagi Nuna dulu dua lembar gambar proklamator om." Nuna menggerak-gerakkan telapak tangannya di depan muka Skala.
Laki-laki itu merogoh kantong belakang celana jeans yang dia kenakan, mengambil dua lembar uang pecahan yang keponakan barunya maksud dari dalam dompetnya.
"Banyak banget om kartu kreditnya," celoteh Nuna.
"Dasar tukang ngintip," batin Ska.
"Nih, sekarang ceritain ke om apa yang onty kamu ga suka!" Ska menyerahkan dua lembar uang itu ke Nuna, dengan sengaja menggenggam ujung satunya membuat Nuna sedikit menggelembungkan pipinya.
"Dua lembar berarti dua info aja," ucap gadis yang masih duduk di bangku SMP itu sambil menyelipkan uang dari Skala ke salah satu kantong tasnya.
"Ih kesepakatannya tadi ga gitu," tolak Ska.
"Emang kita bikin kesepakatan apa om? ga ada lho tadi," elaknya.
"Dasar kecil-kecil udah licik, dikadalin gue."
"Ini murah om, kalau onty Bian biasanya satu info dua lembar karena kita baru perkenalan jadi Nuna kasih diskon," gadis itu terkekeh.
"Ya udah buruan kasih tau om, apa yang onty Bian ga suka!"
Nuna mulai berceloteh menceritakan rahasia-rahasia Bian yang ingin Ska ketahui, tak hanya satu dua pertanyaan atau informasi, laki-laki itu bahkan seolah tersihir dengan pintarnya Nuna bercerita.
Ska melongo, ia membalik dompetnya seolah memastikan apakah masih ada sisa uang di dalamnya, Nuna terlihat berdiri dan tertawa bahagia, ia membentuk uang hasil keemberan mulutnya seperti kipas lalu mengipasi mukanya sendiri.
Bianca yang turun sambil membawa dua buah koper terlihat heran, melihat tantenya datang Nuna lantas menyembunyikan uang dari Skala di balik badannya, bocah itu berlari menghampiri Bian.
"Onty Nuna menang banyak," bisiknya.
Bianca yang heran menatap Skala yang terlihat kusut, kemudian menoleh ke arah keponakannya yang tengah menaiki anak tangga sambil menghitung uang hasil bacotannya.
"Habis berapa loe dikibulin Nuna?" tanya Bianca.
"Satu setengah juta," Skala berdiri menyambar kunci mobilnya di atas meja sofa, salah satu tangannya ia pakai untuk menarik satu koper milik istrinya.
Bian terkejut, gadis itu cepat-cepat berjalan mengekor di belakang sang suami.
"Elo nanya info apa aja sama dia? banyak bener loe keluar duit pantesan dia ketawa-ketawa bahagia."
Ska terdiam, satu setengah juta yang melayang dari dalam dompetnya cukup membuat dia berpikir tentang bagaimana Bianca menjalani kehidupan yang sebenarnya selama ini.
_bersambung_
Ditunggu Komen, Like, Rate sama Vote nya ya guys 💓 Biar Na semangat up nya 🙏
Makacih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Jumiroh Miroh
lama" skala pasti jatuh cinta sama bianca karena simpati
2023-02-03
1
Zaitun Laharima
ulat nangka sekalian Nuna 😂😂
2022-09-23
1
Just Rara
🤣🤣🤣si skala dikadalin sm anak smp
2022-04-22
0