Makan malam keluarga mereka berlangsung satu bulan setelahnya, tentu saja hal itu dikarenakan jadwal orang-orang dari dua keluarga itu yang begitu padat merayap bak antrian kendaraan yang terjebak macet di jalanan ibukota.
Dua buah mobil berhenti didepan rumah mewah milik Prawira, satu persatu pelayan rumah itu membukakan pintu mobil yang mana berisi anggota keluarga Nataniel. Mobil pertama berisi Billy, sang istri Diana dan anak gadis mereka yang berumur empat belas tahun bernama Nuna, dari mobil kedua keluar Nataniel dan istri pertamanya Salma, sementara Bianca memilih membawa mobil sendiri tanpa sopir kesana.
"Ayolah, kapan acara ini selesai?" gumam Bian dalam hati, padahal belum ada lima belas menit dia berada disana. Sambil mengaduk-aduk makanan dipiringnya Bian menatap ke arah Ska yang ada didepannya, kemudian melirik Felisya yang duduk disebelah Tama yang berada disamping Ska.
"Bagaimana mungkin berkencan dengan Ska tapi menikah dengan sepupunya? wah apa ini yang namanya penikungan berencana?" Bian menatap kembali Ska yang ada didepannya sambil tersenyum menahan tawa.
Prawira melihat Bian yang dari tadi seolah mencuri pandang ke arah Ska sambil tersenyum membuat laki-laki tua itu berpikir bahwa gadis itu benar-benar menyukai cucunya.
Selesai makan malam semua orang bercengkerama di bagian belakang rumah Prawira, taman yang berdekatan dengan kolam renang rumah itu disulap menjadi sebuah arena pesta yang elegant, Felisya terlihat memainkan sebuah lagu dengan harpa. Bian menatap gadis yang menurutnya benar-benar anggun dan bertalenta itu, dalam hatinya sejenak Bianca membandingkan dirinya sendiri dengan Feli.
Ska mendekat ke arah Bian yang berdiri didekat kolam renang, menatap arah pandang Bian, kemudian memilih berpaling saat tau gadis itu sedang melihat ke arah mantan kekasihnya.
"Kenapa kamu mau datang ke makan malam ini, apa artinya kamu setuju dengan perjodohan konyol ini?" tanya Ska.
"Apa kamu tidak sakit hati bertemu dengan gadis yang masih kamu cintai setiap hari?" Bian mengalihkan pembicaraan seolah sama sekali tidak mendengar pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut Ska.
Laki-laki itu hanya tersenyum dengan sudut bibirnya, senyuman penuh ironi yang ditangkap oleh mata Bian. Ska terdiam seolah memandangi tembok yang berada di seberang kolam, ia mengingat saat Feli tiba-tiba meminta putus kepadanya.
"Ska, maafkan aku sepertinya kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini, aku merasa kita tidak cocok," ucap Feli beberapa bulan yang lalu.
Ska mendecih, membuat Bian heran memandang ke laki-laki di dekatnya dengan cara memiringkan separuh badannya ke arah Ska berniat untuk mengejek, sayangnya laki-laki itu kaget dan tanpa sengaja menyentakkan pundaknya mendorong bahu Bian yang berdiri tak seimbang, gadis itu hampir terjatuh ke kolam renang, beruntung satu tangannya menarik bagian depan kemeja Ska. Dengan sigap laki-laki itu memeluk pinggang Bian.
Seluruh orang yang berada disana mengira Bian dan Ska sedang bermesraan didepan mereka, apalagi untuk sejenak kedua orang itu saling pandang bak adegan film bergenre romance.
Prawira tertawa dan bertanya pada Nataniel, apakah bersedia jika cucunya segera memperistri sang anak gadis, Nataniel ikut tertawa dan berkata tentu saja.
***
Selesai acara Ska berada diruang kerja sang kakek, mendengarkan permintaan pria itu untuk menerima Bianca sebagai calon istrinya, laki-laki itu seolah muak dengan ucapan Prawira, dari tadi Ska hanya memalingkan wajahnya setengah hati mendengarkan kata-kata kakeknya.
"Aku tidak akan menyerahkan Prawira group ke tanganmu jika kamu menolak permintaan kakek," ancam Prawira.
Ucapan sang kakek berhasil membuat Ska memalingkan wajah dan menatap ke arah laki-laki itu.
"Bukankah kamu tau dengan jelas bagaimana om mu Maher? Jangan pikir kakek tidak tau, menantunya itu adalah mantan kekasihmu, lihat! dengan mudah dia menjadikan anaknya memiliki yang seharusnya menjadi milikmu," ucap Prawira.
"Apa maksud kakek?" mata Ska membulat, tidak mengerti maksud dari ucapan kakeknya.
Prawira lalu bercerita bahwa Maher melakukan perjanjian dengan ayah Felisya untuk melancarkan bisnisnya, laki-laki itu menjanjikan bahwa dia akan membagi tiga puluh persen saham Prawira group jika ayahanda Feli membantu melancarkan urusannya sampai perusahaan itu jatuh ke tangannya, dan perjanjian itu mereka ikat dengan cara menikahkan anak-anak mereka.
Ska keluar dari ruang kerja kakeknya dengan sesak di dada, membayangkan gadis yang dicintainya dijadikan alat orang tuanya sendiri untuk mendapat kesenangan dunia, ia melangkah menuruni anak tangga sambil berjanji didalam hatinya tidak akan membiarkan sang paman mendapat apa yang diinginkan.
Sementara Bianca memilih pergi ke Garald klub setelah jamuan makan malam itu, dari awal mendapat informasi bahwa Ska adalah member VVIP disana, gadis itu merasa penasaran seperti apa klub malam yang sering Ska datangi.
"Maaf Nona, anda hanya bisa duduk di lantai satu atau dua, karena outdoor dan indoor rooftop hanya untuk VIP dan VVIP, "ucap pelayan di meja resepsionis klub malam itu.
Bianca mendecih, meletakkan clutch mahalnya diatas meja dengan sedikit kasar, membuat dua petugas keamanan klub yang memakai setelan serba hitam mendekat ke arahnya.
"Nona, saya minta jangan membuat keributan disini," ucap salah satu petugas dengan sopan.
Bian tidak memperdulikan omongan petugas keamanan itu, ia menatap ke arah resepsionis dengan pandangan tidak suka kemudian dengan sombong bertanya "Berapa minimal order agar mendapat member VVIP disini?"
"Seratus juta," jawab si resepsionis.
Bianca mengeluarkan black card miliknnya "Aku traktir semua orang yang ada disini, berikan kartu VVIP atas namaku sekarang," ucapnya.
Si resepsionis terkejut mendengar ucapan Bianca, tangannya sigap mengambil kartu dari tangan gadis itu lalu mulai melakukan apa yang Bian perintahkan.
Gadis itu mendapat apa yang dia inginkan, berjalan dengan angkuh ke mejanya, disana ia terkejut mendapati beberapa orang yang ia kenal, salah satunya adalah laki-laki yang selama ini mengejarnya, Eric.
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Eric sambil meletakkan gelas di meja lalu duduk di samping Bian.
Gadis itu malas menjawab pertanyaan Eric, ia lebih memilih menenggak minuman yang baru saja diantarkan pelayan untuknya, jemari Bian terlihat memainkan bibir gelas berisi minuman yang tidak langsung habis ditenggaknya barusan.
"Apa kita benar-benar selesai?" tanya Eric.
"Kita bahkan belum memulai sama sekali, bagaimana mungkin kita selesai?" jawab Bian tanpa menatap lawan bicaranya.
"Kamu berubah sejak mamamu meninggal."
Ucapan Eric membuat Bian meremas gelasnya, gadis itu memandang dengan tatapan tidak suka ke arah laki-laki yang pernah menyatakan cinta kepadanya. Bianca menyibakkan rambutnya kesalah satu sisi, bibirnya tersenyum mencoba menyembunyikan rasa sakit di hatinya mendengar ucapan Eric tadi. Namun, laki-laki itu sadar bahwa Bian menjadi emosi karena ucapannya.
"Maaf, bukan maksudku____"
Bibir Eric terbungkam, sebuah ciuman mendarat di bibirnya dari Bianca, Laki-laki berumur 28 tahun itu terkejut lalu tersenyum mendapat perlakuan seperti itu dari gadis yang dia suka. Bian tidak hanya mencium sekilas bibir Eric, gadis itu menyesap bahkan menggigit.
Tanpa Bian sadari Ska baru saja masuk ke area VVIP klub itu, Skala mendecih sambil memalingkan muka, merasa malu menatap gadis yang beberapa jam lalu duduk satu meja makan dengannya sedang berciuman dengan pria lain disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Rita
Bian strong women tp sbnry rapuh ya
2023-02-16
1
Yani Cuhayanih
hohoho. sadis Bianca
2023-01-16
0
Just Rara
baru smp part 3nudahbpanas aja ni🤭
2022-04-21
0