Cahaya matahari mengusik tidur Bianca, dengan perasaan malas gadis itu menarik selimutnya sampai menutupi mukanya, tangannya terlihat bergerilya mencari ponsel miliknya yang terletak di nakas samping ranjangnya.
Masih dari balik selimut Bian menghidupkan ponselnya, menatap sudut kanan atas benda pipih itu yang ternyata sudah menunjukkan pukul delapan pagi.
Dengan gontai ia menuju kamar mandi, belum sampai tangannya meraih gagang pintu sang keponakan masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi, Bian memilih berjalan kembali untuk duduk ditepian ranjangnya melihat Nuna anak tunggal Billy.
"Bisa ga Nun, kalau mau masuk kamar onty ngetuk pintu dulu," ucap Bianca sedikit kesal.
Gadis itu hanya berdiri cengengesan mendengar ucapan tantenya.
"Lagian onty kalau tidur kenapa sih sering ga dikunci kamarnya, kalau pas onty tidur ada penjahat masuk gimana?" ucap gadis berumur empat belas tahun ini sambil duduk di samping Bian.
"Kamu ga sekolah?" tanya Bian melihat keponakannya yang masih santai di jam yang seharusnya sudah pergi dari rumah.
"Sekolah Nuna lagi jeda semester onty, jadi Nuna bolos aja," jawab bocah itu enteng lalu mengulurkan tangan kanannya ke arah Bianca.
"Ada informasi penting pagi ini, tapi onty harus bagi Nuna dua lembar gambar proklamator dulu," lanjut gadis berwajah imut berambut lurus itu ke tantenya.
Bianca mencebikkan bibirnya, sedikit kesal dengan kelakuan keponakannya itu. Padahal yang membuat Nuna seperti itu awalnya juga Bian sendiri, ia memberi iming-iming uang ke Nuna untuk menyampaikan informasi jika ada kabar di rumah atau kalau sang mama dan neneknya membicarakannya dibelakang.
Bian menyambar clutch yang tergeletak disofa kamarnya, mengambil dua lembar uang pecahan dua ratus ribuan untuk diberikan ke Nuna.
"Buruan apa Informasinya," ketus Bian.
"Onty semalam pulang mabuk kan? bahkan onty bawa pulang mobil BMW yang lampu bagian belakangnya pecah bukan si ruper kesayangan onty." Bak pewarta berita Nuna membeberkan fakta terlebih dulu ke tantenya.
"Tadi pagi ruper onty masuk berita utama di TV karena nyebur ke kali, plat mobil onty B 1 AN terpampang jelas dan nyata di kolom berita," oceh Nuna.
"Apa?" Bian membulatkan matanya karena terkejut mendengar cerita sang ponakan satu-satunya.
"Di TV beritanya onty kecelakaan tunggal dan tenggelam, orang-orang pada ngira tante mokat, banyak tim SAR dikerahkan buat nyari jasad onty, oppa dan papa bingung buat klarifikasi berita karena mereka tau anak dan adiknya baik-baik saja, eh malah baru bangun tidur sekarang," ucap Nuna sambil menggeleng-gelengkan kepalanya seolah menyayangkan tantenya yang bangun kesiangan.
Mata Bianca melotot tak percaya, ia menyambar ponselnya yang tergeletak di kasur, secepat kilat mencari info tentang berita yang diceritakan keponakannya tadi.
"Makanya onty pasang TV kek di kamar," saran Nuna mengingat Bianca memang tidak memiliki televisi di kamarnya.
Bian menjambak rambutnya sendiri dengan tangan kirinya, bersamaan dengan itu sebuah pesan masuk ke dalam aplikasi chat miliknya.
[ Ga usah loe ganti mobil gue, ambil aja!]
[ Kalau mau benerin aja tu mobil, terus loe jual deh ]
[ Lumayan kan bisa beli dua mobil yang gue tenggelemin ]
[ Loe pasti udah liat berita kan? hahahahaha 😛]
"Skalaaaa..... dasar gila."
Jeritan Bianca membuat Nuna terjingkat dan buru-buru kabur dari kamar tantenya sambil membawa uang hasil dari keemberan mulutnya tadi.
Skala meletakkan ponselnya sambil tertawa bahagia, laki-laki itu memasang dasi dan memakai jasnya dengan bersenandung ria. Ia sudah merasa akan menjalani harinya dengan penuh suka cita.
Bian turun dari kamarnya dengan penampilan paripurna siap untuk pergi ke tempatnya bekerja, tanpa menyapa mama tiri dan kakak iparnya yang tengah duduk berdua di ruang tengah, gadis itu melenggang keluar rumah dengan santai.
"Andai saja berita yang muncul di berita tadi benar adanya," gumam Salma sambil menyesap teh dari cangkirnya.
Diana sang menantu yang sedang berdiri sambil meletakkan teko teh yang baru saja dia tuangkan untuk mama mertuanya hanya terdiam sambil memandangi punggung adik iparnya menghilang dari jangkauan matanya.
***
Seperti biasa Bianca memasuki lobby perusahaan dengan penuh percaya diri, membalas senyuman dan sapaan dari karyawan yang berpapasan dengannya, sorot mata mereka jelas menunjukkan rasa penasaran dan heran melihat Bian yang baik-baik saja, berbanding terbalik dengan berita di televisi yang menggemparkan masyarakat tadi pagi.
"Dasar badak Afrika, gara-gara dia orang-orang pasti berpikir aku sedang mencari perhatian, berbohong bahkan bersandiwara," gumam Bianca.
Bayu sang sekretaris pribadi terlihat berdiri lalu tersenyum kepada Bian saat gadis itu sampai di lantai dimana ruangannya berada. Laki-laki itu membukakan pintu kemudian mengekor masuk ke dalam ruang kerja sang atasan.
Bayu langsung menyodorkan sebuah berkas laporan, dan beberapa persetujuan yang harus Bian tanda tangani.
"Bay, apa kamu tidak penasaran seperti yang lain melihat berita pagi tadi tentang aku?" tanya Bian ke sekretaris yang sudah menemaninya semenjak dia menjadi direktur Niel Fashion.
Bagi Bian sekretaris laki-laki lebih bisa diandalkan dari pada perempuan, lagipula jika bertemu dengan klien bersama Bayu ia tidak perlu susah payah mempercantik diri karena kliennya tidak akan mungkin membanding-bandingkan penampilannya dengan sang sekretaris karena berbeda jenis kelamin.
Bayu menggelengkan kepalanya. "Saya yakin nona akan bercerita sendiri," ucapnya.
Bian meletakkan kedua tangannya di meja lalu menopang dagunya "Bay, kalau kamu ingin membalas perbuatan orang yang sangat kamu benci, apa yang akan kamu lakukan?" tanyanya ke sekretaris yang sempat membuatnya terpesona karena terlalu tampan itu.
"Membalasnya dengan hal yang paling dia benci," jawab Bayu.
Bian sudah hampir mengucapkan suatu kalimat untuk menjawab Bayu, Namun percakapan mereka terhenti saat Billy mendobrak masuk ke dalam ruangan adiknya, laki-laki itu mengomeli Bianca karena belum selesai berita tadi pagi, muncul sebuah berita lagi bahwa Bian ternyata tengah mabuk saat mengendarai mobil itu, dia tertangkap kamera CCTV keluar dari Garald Klub sebelum kejadian.
"Kalau sampai perbuatanmu ini mempengaruhi nilai saham kita, aku pastikan kamu tidak akan lagi menjadi direktur Niel Fashion," ancam Billy sebelum pergi meninggalkan ruangan sang adik.
Bian terlihat marah rahangnya mengeras, ingin sekali rasanya saat itu juga dia menghajar si biang kerok Skala Prawira, Bianca mencoba tetap tenang, ia lantas menundukkan kepalanya sambil menghembuskan napasnya, perlahan ia menatap ke arah Bayu dengan pandangan dan senyuman khas seorang Bian.
"Bay, cari jadwal tuan Prawira dan katakan kepada sekretarisnya aku ingin bertemu untuk membicarakan perjodohanku dengan cucunya."
"Panggil beberapa wartawan dan bilang aku akan memberi klarifikasi soal kejadian terjunnya mobilku ke sungai," lanjut Bianca.
Bayu menganggukan kepala sebelum meninggalkan ruangan atasannya, Bian memutar kursinya menghadap jendela, seringai licik muncul dari bibir merahnya.
"Loe pikir segampang itu ngebales gue? jangan mimpi!"
Baca Novel di Mangatoon or Noveltoon gratis ya guys, so jangan lupa apresiasi Nasya dengan tekan :
LOVE ❤
LIKE👍
Tinggalkan KOMEN 💋
RATE ⭐⭐⭐⭐⭐
dan bagi VOTE kalian jika berkenan.
Add Favorite Novel ini juga ❤
LOVE YOU A TON
Na_Ma
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Rita
seru nich pada bales2an😂😂
2023-02-16
1
Just Rara
kira2 si bianca bakalan bls skala dfn cara apaan ya?🤔🤔
2022-04-21
0
eMakPetiR
😂
2022-04-08
0