Bian dan Ska terlihat serasi, dua mahkluk cantik dan tampan itu berdiri di atas pelaminan megah membuat beberapa orang merasa iri, keduanya menyambut hangat tamu yang datang untuk memberi restu dan mengucapkan selamat dengan senyum yang dibuat sealami mungkin.
"Lihat! Eric Prada menuju kemari, wah... kalian berdua pasti sedang sama-sama patah hati, sumpah ya gue ga mau sampai ada adegan ala-ala aplikasi tok tik macam datang ke nikahan mantan terus nangis-nangis ga jelas," bisik Ska ke telinga Bian.
Dengan senyuman dan merapatkan deretan giginya Bian membalas ucapan laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya itu.
"Najis, elo pikir gue anak alay?"
Eric terlihat menjabat tangan Ska, ucapan selamat keluar dari bibirnya meskipun dengan nada terpaksa, laki-laki itu kemudian mengulurkan tangan ke Bianca, menggenggamnya begitu lama, bagaimanapun yang orang tahu Bianca hampir saja menjadi kekasih Eric, beberapa orang pun tahu bahwa Eric sudah menyukai Bian sejak mereka duduk di bangku SMA.
"Loe lihat mantan pacar loe, dia dari tadi melotot ke arah kita, gue takut biji matanya loncat Ska, kan serem," bisik Bianca sambil melihat Felisya yang seolah tak sedetikpun melepaskan pandangannya ke dirinya dan Skala.
Ska hanya terdiam, ia mengingat pertanyaan Feli kepadanya beberapa hari sebelum pernikahannya, pertanyaan yang tak seharusnya ditanyakan oleh seorang wanita yang telah memiliki suami ke laki-laki lain.
"Apa kamu benar-benar mencintai gadis itu? apa kamu sudah tidak memiliki perasaan padaku?"
"Bisa dipastikan gue udah dapat satu musuh Ska di keluarga loe." bisikan Bianca membuyarkan lamunan suaminya.
Adegan saling bisik sambil tersenyum itu membuat Feli benar-benar cemburu, bahkan ia pergi meninggalkan ruangan pesta, Tama hanya bisa membiarkan istrinya berlalu begitu saja, ia kemudian berpaling memandang ke arah Bian dan Ska yang terlihat begitu bahagia, tanpa Tama ketahui keduanya juga bersandiwara saling mencintai seperti dirinya dan Felisya.
***
"Jadi siapa yang ngirim lingerie itu buat gue?" tanya Bianca setelah keluar dari kamar mandi.
"Loe baca aja sendiri!" Ska yang merebahkan tubuhnya di ranjang terlihat bangun, berjalan menuju kamar mandi sambil membuka kancing kemejanya untuk mandi.
Gadis itu berjalan mendekat untuk meraih ucapan yang suaminya letakkan di atas meja sofa.
"Ish.... Kakek loe emang luar biasa," gumam Bian.
Kamar hotel yang sudah di hias sangat romantis untuk pasangan pengantin baru itu terlihat sia-sia, apalagi lingerie yang di kirimkan oleh Prawira, Bian langsung memasukkannya ke dalam koper baju tanpa ingin melihat model apalagi berpikir untuk memakainya.
Bianca berdiri di atas ranjang menyapu bunga-bunga yang ada di sana dengan kakinya sampai berserakan di lantai, ia lantas merebahkan badannya di ranjang, membelakangi pintu kamar mandi memilih mengecek ponselnya untuk mengecek beberapa pesan.
[ Bian, selamat atas pernikahanmu, aku turut berbahagia meskipun sebenarnya aku tidak rela kamu menikah dengan laki-laki lain, aku masih berharap kamu menjadi milikku, tapi aku sadar kesempatan untukku sudah tidak ada lagi ]
Bian menghela napasnya, memilih untuk menghapus pesan dari Eric yang baru saja ia baca. Tangannya mulai menggeser satu pesan di bawahnya.
[ Maaf Ca, om tidak bisa hadir di pesta pernikahanmu, tapi om tetap mendoakan dan memberikan restu dari sini, om berharap kamu bahagia, selamat menempuh hidup baru Ca ]
Bian tahu meskipun dia mengundang Juan, laki-laki itu pasti tidak mungkin datang, karena Juan pernah dianggap Nataniel ingin merebut Kiran darinya, sang papa sangat membenci Pria itu sampai pernah berniat ingin mencelakakannya.
Ska keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan kaos putih ketat dan celana pendek, mengeringkan rambutnya dengan handuk yang melingkar di lehernya, setelah selesai ia membuang benda itu begitu saja.
Laki-laki itu lantas merebahkan badannya di samping Bianca.
"Loe yakin mau tidur seranjang?" tanya Bian sambil masih membelakangi Skala.
"Hem.... loe mau minta gue tidur di sofa? gila aja badan gue sakit semua, betis gue kram."
"Elo ga mau buka satu kamar lagi buat loe tidur?"
"Loe mau ngebongkar sandiwara kita di hari pertama?" Skala yang dari tadi juga membelakangi Bian bergeser menghadapkan badannya lurus, matanya menatap langit-langit kamar hotel itu.
Bian yang mendengar jawaban Ska memilih meletakkan ponselnya, merubah posisi badannya sama dengan posisi laki-laki di sampingnya, mereka sama-sama menatap langit-langit hotel kamar pengantin mereka.
"Ska, gue boleh tanya ga?"
"Apa?"
"Elo pernah manggil gue dengan panggilan belakang gue, elo sadar ga?"
"Panggilan belakang yang mana?kapan?"
"Pas waktu loe ke kantor gue, loe manggil gue Ca, bukan Bian kayak orang-orang," ucap Bian ragu.
"Oh itu, gue sadar kok karena gue ngerasa aneh aja kalau harus manggil loe Bi atau An."
"Oh gitu."
"Kenapa loe keberatan?" tanya Skala.
"Enggak kok, cuma agak aneh aja loe manggil gue ga kayak yang lainnya." Rasa penasaran Bian perlahan hilang karena dirinya sempat berpikir Ska mungkin seseorang yang pernah ia kenal atau memiliki hubungan dengan sang mama di masa lalu.
Kamar itu seketika hening karena Ska tak melanjutkan percakapan mereka, namun tak lama Bian tertawa cekikikan sendiri, membuat Skala memiringkan kepalanya menatap ke arah gadis yang tengah berbaring dengan jarak yang hanya beberapa centimeter dari badannya.
"Loe ketempelan setan?" tanyanya.
Bian menggeleng-gelengkan kepalanya yang menempel di bantal sambil masih terus tertawa.
"Eh...berarti besok gue dipanggilnya apa donk? Nyonya Skala gitu? emang gue atlas? nama loe tu selalu bikin gue jadi inget sama peta tau ga sih, peta yang di kartun dora itu lho," Bianca kembali tertawa.
"Loe tu aneh deh, bukannya gadis sukanya nonton drama? apa itu sebutannya? Hem.. opa opa Korea, nah loe kayak bocah nonton kartun Spongebob, dora, ga sekalian doraemon?" ejek Ska.
"Hidup gue udah kebanyakan drama Ska, gue ga mau tambah pening dengan nonton drama lagi, liat donk! sekarang aja kita lagi main drama, Iya kan?" Bian memiringkan kepalanya, membuat untuk sesaat mereka saling memandang wajah satu sama lain.
"Eh... loe jangan macem-macem ya, inget perjanjian kita," ucap Bian saat melihat Skala yang seolah menjelajahi tiap lekuk wajahnya.
"Idih gue ga napsu sama loe udah dibilang juga." Ska memilih membalikkan badannya, sementara Bian masih menatap langit-langit kamar.
Suasana kembali hening, sampai Skala tiba-tiba bertanya ke Bianca.
"Eh.. Ca, ini bau apa ya?"
"Bau apa?"
Karena ucapan Ska, Bian mulai mendengkus mencoba menghirup bau yang ditanyakan laki-laki itu kepadanya.
"Bau aromatherapy bukan sih?" tanya Bian.
Namun seketika wajah gadis itu berubah marah, Bian lalu duduk sambil meraih bantal yang tadi berada dibawah kepalanya.
"Kurang ajar, loe kentut ya kan?" Bian memukulkan bantal ke tubuh Skala berkali-kali, laki-laki itu terbahak sambil mencoba menepis pukulan bantal dari istri bohong-bohongannya itu.
Skala bangun masih tertawa geli, puas melihat ekspresi wajah Bian yang marah karena berhasil ia kerjai.
"Kurang ajar, ga sopan!" Bian melemparkan bantal ke arah Skala yang berlari ke arah kamar mandi.
"Ya kalau kurang tambahi aja satu sendok teh," ejek suaminya.
"Dasar ga ada ahklak!"
Bian masih uring-uringan sementara Ska sudah masuk ke dalam kamar mandi dan terus tertawa terbahak-bahak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
jumirah slavina
viral donk Ca... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-09-26
1
Rita
dasar pasutri gaje ma absurd
2023-02-16
1
Ria Onits
nanti dikasi kenti😂😂😂😂
2023-01-28
0