BSP#20

Hari kembali berlalu tanpa ada sesuatu yang spesial di hidup Putri. Gadis itu masih menjalani kehidupan yang terbilang biasa-biasa saja dan monoton. Bangun pagi, berangkat kerja, berkunjung menemui Ellio, pulang dan streaming BTS hingga tengah malam. Acara ngumpul jarang di lakukannya kecuali jika teman-temannya yang datang ke rumah Ellena yang Putri tinggali untuk bermalam dan bergosip ria sampai dini hari.

"Kamu baik-baik ya disini. Kalau ada apa-apa segera hubungi bapak. Oke ?" Ucap Handoko sebelum menaiki bis yang akan membawanya kembali ke kampung. Anak keduanya, Sandi menelepon bahwa asam urat sang istri kambuh lagi. Jadi, mau tidak mau Handoko harus pulang merawat istrinya yang sakit.

"Iya, Pak. Bapak juga hati-hati, ya. Kabarin Putri kalau udah sampai." Putri tersenyum, memeluk erat sang ayah sebelum melepaskannya.

"Iya. Pasti bapak kabarin. Kalau gitu, Bapak berangkat ya, kamu langsung pulang. Jangan keluyuran." Ujar Handoko yang sudah melangkah menaiki bis.

Putri terkekeh kecil mendengar perintah ayahnya, lalu melambaikan tangan saat bis yang di tumpangi sang ayah sudah mulai bergerak keluar dari terminal.

Putri menarik napas panjang. Di tatapnya lamat-lamat bis yang perlahan mulai menjauh dan pada akhirnya menghilang dari pandangan.

"Sendirian lagi deh." Gumam gadis itu lemah.

Beberapa saat kemudian, gadis dengan celana jeans panjang berwarna coklat dengan atasan kaos putih itu memutuskan kembali ke rumah. Hari ini dia libur. Maka hari bersantainya akan dia habiskan dengan seharian bergumul dengan guling dan laptop di atas kasur. Rencananya, gadis itu ingin maraton drama korea sambil memakan aneka cemilan yang baru di belinya dua hari yang lalu.

Sore hari, bel berbunyi berkali-kali seperti orang yang datang itu ingin menagih hutang saja. Putri yang masih asyik menonton drama di laptop menggerutu kesal sambil meletakkan camilannya dengan kasar di atas kasur.

"Siapa sih ? Nggak sabaran banget." Gerutu Putri kesal.

Matanya terbelalak kala menjumpai si manusia kutub pemilik mata elang di depan pintu. Wajah pria itu tampak begitu gusar sambil menanyakan dimana keberadaan Ellena.Mata Putri langsung memicing. Menatap curiga pada Bima yang sepertinya lagi-lagi membuat sahabatnya bersedih.

Bima hanya memberinya sorot mata tajam seolah memperingatkan agar Putri tidak ikut campur. Mata elang itu jelas mengeluarkan aura mengintimidasi di sekitar Putri. Tentu saja, gadis itu nampak biasa-biasa saja dan malah balik mengancam seorang Bima Dirgantara. Pria dingin bermata elang yang begitu di takuti oleh semua orang, namun sayangnya tidak bagi gadis yang memelototinya di depan pintu.

Gadis itu malah memberikan ancaman pada Bima bahwa dia akan mematahkan setiap tulang yang melekat pada tubuh Bima jika lelaki itu menyakiti Ellena. Tentu, mungkin saja bagi Bima itu hanyalah gertakan anak kecil yang tak ubahnya seperti angin lalu. Namun, bagi gadis yang mengatakannya, itu bukan sekedar ancaman. Itu sebuah janji.

Sekitar 4 hari kemudian, entah kenapa perasaan Putri begitu tidak tenang. Gadis itu gelisah, seolah hal yang buruk mungkin saja akan segera terjadi. Diva dan Nadia di hubungi pun tidak bisa datang menemui Putri karena masih belum selesai bekerja. Alhasil, Putri memutuskan untuk ke rumah sakit saja menemui Ellio.

"Selamat malam pangeran tidur !" Sapa Putri tersenyum. Dia mendekat pada Ellio, menekan-nekan pipi pria itu dengan jari telunjuk sambil sesekali tertawa gemas karena melihat tingkahnya sendiri.

"Udah, ah. Putri mau duduk di sana ya." Ucapnya sembari menunjuk pada sofa di dalam ruangan itu.

"Kelamaan mainin pipi Ellio bisa bahaya. Nanti Putri malah mainin yang lain." Lanjut gadis itu terkekeh.

Gadis itu kembali membuka laptop yang ia bawa di dalam tas ranselnya. Tak lupa, sebuah beef burger extra large dan segelas minuman bersoda yang dia beli dari restoran cepat saji tepat di depan rumah sakit menjadi pelengkap sesi menonton filmnya malam ini.

Tak berselang lama, pintu terbuka menampilkan dua orang pria memakai jas putih kedokteran masuk ke dalam ruangan Ellio dengan memakai masker. Dua orang mencurigakan itu tampak terkejut ketika melihat Putri. Pun dengan Putri. Gadis itu juga sedikit terperanjat kaget sebelum pada akhirnya berhasil menetralisir keterkejutannya dan mulai menatap curiga pada dua orang pria itu.

"Dokter-dokter mau ngapain jam segini ?" Tanya Putri dengan burger di mulut sembari menatap pada jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 10 malam.

"Kami mau periksa pasien dulu mba. Permisi ya." Ucap salah satu dari mereka tanpa membuka masker yang menutupi wajahnya.

Kedua dokter yang mencurigakan itu mendekati Ellio. Mengeluarkan sebuah suntikan dan berniat menyuntikkan isinya ke selang infus milik Ellio. Putri segera berhitung cepat dengan situasi. Gadis itu melirik pakaian yang mereka kenakan. Semuanya berpakaian serba hitam dengan sesuatu yang menonjol di belakang punggung mereka. Dapat Putri pastikan bahwa itu adalah sebuah pistol. Keyakinannya semakin bertambah saat melihat tatto di leher pria yang hendak menyuntikkan suntikan itu. Sebuah tato bergambar kalajengking, khas sebuah organisasi gelap yang sangat Putri kenali.

"Kalau boleh tahu, ini obat apa dok ?" Tanya Putri yang entah sejak kapan sudah berada di dekat dua dokter mencurigakan itu dengan tangan yang memegang erat pergelangan tangan orang yang ingin menyuntikkan suntikan pada selang infus Ellio.

Tangan pria itu bergetar. Senyuman manis yang gadis ini perlihatkan jelas berbanding jauh dengan tenaga yang di milikinya. Tangannya bahkan bergetar hingga suntikan itu terjatuh karena merasa fungsi tangannya tiba-tiba saja mati rasa.

"Kalian sebenarnya siapa ?" Tanya Putri yang kini sudah mulai serius. Senyum tadi sudah surut. Berganti tatapan tajam yang membuat pria yang ia pegang tangannya merasakan bulu kuduknya sempat berdiri.

"Tentu saja kami dokter." Jawab pria yang satunya.

"Dokter ? Mana tanda pengenal kalian ?" Selidik gadis itu.

Kedua pria tadi saling berpandangan. Bingung ingin menjawab apa. Tentu mereka tidak memiliki tanda pengenal karena mereka hanya dokter gadungan yang di utus untuk melenyapkan pria koma yang sedang tidur tenang di atas brankar.

Merasa kondisi menjadi di luar kendali, pria yang masih belum bisa melepas tangannya dari cengkraman Putri memberi kode pada temannya untuk menyerang gadis itu.

"Kita bunuh dia bersama pria koma ini." Ujarnya kepada rekannya.

Putri menyeringai tipis. Secepat kilat dia memelintir tangan pria yang dia pegang hingga terdengar bunyi tulang yang patah. Gadis itu menunduk, meraih tongkat baseball yang selama ini dia sembunyikan di bawah brangkar tempat tidur Ellio dan memukulkannya dengan keras pada pria yang dia patahkan lengannya tadi.

BRUKK !

Pria itu terkapar. Darah segar mengalir dari kepalanya dan membuat teman satunya geram dan sontak mengeluarkan pistol lalu menodongkannya tepat ke arah Putri.

Putri menggerak-gerakkan telunjuknya. Memberi isyarat agar pria itu tidak menembakinya. Segera, dia memasang wajah polos hendak menangis di hadapan pria itu.

"Jangan tembak Putri. Putri belum mau mati." Ucapnya menangis berpura-pura.

Pria itu tidak bergeming dan malah bersiap menarik pelatuk sesegera mungkin.

"Putri taruh tongkat baseball-nya deh, ya. Om jangan bunuh Putri dong." Sambungnya dengan langkah yang sedikit demi sedikit mendekati pria itu. Ia bermaksud memberikan tongkat baseball nya pada sang penodong.

"Letakkan saja di atas lantai." Perintah pria itu galak. Moncong pistolnya masih mengikuti pergerakan Putri yang perlahan mulai menunduk untuk menyimpan senjatanya di lantai.

Satu detik. Gadis itu masih terlihat melakukan tugasnya dengan alami. Dua detik. Seringai tipis mulai nampak lagi di wajahnya. Tiga detik. Putri sudah berhasil menyentak tangan pria yang memegang pistol, merebut pistol itu lalu mengacungkannya pada sang pemilik. Gadis itu mulai tersenyum kembali. Keadaan mulai berbalik.

"Siapa yang menyuruh kalian ?" Sorot mata penuh kegelapan dari seorang gadis muda yang di anggap hanya bocah ingusan berhasil membangkitkan ketakutan dalam diri pria itu. Ia bergetar ketakutan. Di liriknya teman yang masih tergeletak bersimbah darah di atas lantai yang dingin yang nampaknya tidak akan bisa sadar untuk beberapa waktu ke depan. Atau, bisa saja dia tidak akan pernah akan sadar. Gadis di hadapannya sedang tidak ingin bermain-main.

"Siapa yang menyuruh kalian ?" Sekali lagi Putri bertanya dengan nada rendah yang lebih seperti bisikan malaikat maut di telinga pria itu.

Hening. Tak ada jawaban.

"Tidak mau bicara ?" Gadis itu kembali bertanya. Pelatuk pistol mulai di tariknya dengan wajah memerah menahan amarah.

"Tetaplah diam sampai malaikat maut yang menjumpaimu untuk bertanya." Lanjutnya lagi.

Terpopuler

Comments

Ririn Satkwantono

Ririn Satkwantono

putri mulai mnampakkan aslinya

2024-05-10

0

Qeisha A.F Ladyjane

Qeisha A.F Ladyjane

perempuan terkeren di karyamu ka itha

2021-10-03

1

D🥀

D🥀

hadehhh....udh sdkit lupa AQ crita ell sma Bima...udh agak lama bacanya bru Nemu ini

2021-04-06

2

lihat semua
Episodes
1 BSP#1
2 BSP#2
3 BSP#3
4 BSP#4
5 BSP#5
6 BSP#6
7 BSP#7
8 BSP#8
9 BSP#9
10 BSP#10
11 BSP#11
12 BSP#12
13 BSP#13
14 BSP#14
15 BSP#15
16 BSP#16
17 BSP#17
18 BSP#18
19 BSP#19
20 BSP#20
21 BSP#21
22 BSP#22
23 BSP#23
24 BSP#24
25 BSP#25
26 BSP#26
27 BSP#27
28 BSP#28
29 BSP#29
30 BSP#30
31 BSP#31
32 BSP#32
33 BSP#33
34 BSP#34
35 BSP#35
36 BSP#36
37 BSP#37
38 BSP#38
39 BSP#39
40 BSP#40
41 BSP#41
42 BSP#42
43 BSP#43
44 BSP#44
45 BSP#45
46 BSP#46
47 BSP#47
48 BSP#48
49 BSP#49
50 BSP#50
51 BSP#51
52 BSP#52
53 BSP#53
54 BSP#54
55 BSP#55
56 BSP#56
57 BSP#57
58 BSP#58
59 BSP#59
60 BSP#60
61 BSP#61
62 BSP#62
63 BSP#63
64 BSP#64
65 BSP#65
66 BSP#66
67 BSP#67
68 BSP#68
69 BSP#69
70 BSP#70
71 BSP#71
72 BSP#72
73 BSP#73
74 BSP#74
75 BSP#75
76 BSP#76
77 BSP#77
78 BSP#78
79 BSP#79
80 BSP#80
81 BSP#81
82 BSP#82
83 BSP#83
84 BSP#84
85 BSP#85
86 BSP#86
87 BSP#87
88 BSP#88
89 BSP#89
90 BSP#90
91 BSP#91
92 BSP#92
93 BSP#93
94 BSP#94
95 BSP#Eps 95
96 BSP#96
97 BSP#97
98 BSP#98
99 BSP#99
100 BSP#100
101 BSP#101
102 BSP#102
103 BSP#103
104 BSP#104
105 BSP#105
106 BSP#106
107 BSP#107
108 BSP#108
109 BSP#109
110 BSP#110
111 BSP#111
112 BSP#112
113 BSP#113
114 BSP#114
115 BSP#115
116 BSP#116
117 117
118 118 (Epilog)
Episodes

Updated 118 Episodes

1
BSP#1
2
BSP#2
3
BSP#3
4
BSP#4
5
BSP#5
6
BSP#6
7
BSP#7
8
BSP#8
9
BSP#9
10
BSP#10
11
BSP#11
12
BSP#12
13
BSP#13
14
BSP#14
15
BSP#15
16
BSP#16
17
BSP#17
18
BSP#18
19
BSP#19
20
BSP#20
21
BSP#21
22
BSP#22
23
BSP#23
24
BSP#24
25
BSP#25
26
BSP#26
27
BSP#27
28
BSP#28
29
BSP#29
30
BSP#30
31
BSP#31
32
BSP#32
33
BSP#33
34
BSP#34
35
BSP#35
36
BSP#36
37
BSP#37
38
BSP#38
39
BSP#39
40
BSP#40
41
BSP#41
42
BSP#42
43
BSP#43
44
BSP#44
45
BSP#45
46
BSP#46
47
BSP#47
48
BSP#48
49
BSP#49
50
BSP#50
51
BSP#51
52
BSP#52
53
BSP#53
54
BSP#54
55
BSP#55
56
BSP#56
57
BSP#57
58
BSP#58
59
BSP#59
60
BSP#60
61
BSP#61
62
BSP#62
63
BSP#63
64
BSP#64
65
BSP#65
66
BSP#66
67
BSP#67
68
BSP#68
69
BSP#69
70
BSP#70
71
BSP#71
72
BSP#72
73
BSP#73
74
BSP#74
75
BSP#75
76
BSP#76
77
BSP#77
78
BSP#78
79
BSP#79
80
BSP#80
81
BSP#81
82
BSP#82
83
BSP#83
84
BSP#84
85
BSP#85
86
BSP#86
87
BSP#87
88
BSP#88
89
BSP#89
90
BSP#90
91
BSP#91
92
BSP#92
93
BSP#93
94
BSP#94
95
BSP#Eps 95
96
BSP#96
97
BSP#97
98
BSP#98
99
BSP#99
100
BSP#100
101
BSP#101
102
BSP#102
103
BSP#103
104
BSP#104
105
BSP#105
106
BSP#106
107
BSP#107
108
BSP#108
109
BSP#109
110
BSP#110
111
BSP#111
112
BSP#112
113
BSP#113
114
BSP#114
115
BSP#115
116
BSP#116
117
117
118
118 (Epilog)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!