"Sha ? Kamu nggak apa-apa ?" Tanya Andra sambil melambaikan tangannya di depan wajah Shanum.
Shanum mengerjap beberapa kali. Ia sama sekali tidak sadar bahwa sempat melamun hanya karena mendengar kata-kata Andra.
"Nggak apa-apa." Jawabnya berbohong.
Gadis cantik itu kembali melanjutkan makannya dan sesekali mencuri pandang pada Andra yang sedang asyik menghabiskan minuman dalam gelas panjang yang ia pesan. Dalam hati, Shanum sama sekali tidak pernah bermaksud menjadikan pria sebaik Andra sebagai pengisi waktu untuk menghibur dirinya hingga Ellio ia temukan. Shanum masih memiliki hati untuk tidak melakukan hal sekejam itu pada Andra.
Namun, dirinya juga tak dapat mengelak bahwa bersama dengan Andra perlahan-lahan bisa mengobati rindu Shanum yang teramat dalam pada Ellio. Pria itu memiliki caranya sendiri untuk membuat Shanum hanya berfokus padanya dan bukan yang lain.
Keduanya asyik berbincang usai Shanum menghabiskan makanannya dan Andra yang mengembalikan kalung miliknya, tiba-tiba Andra seolah berubah menjadi batu dengan tatapan tertuju pada sesuatu di belakang Shanum. Penasaran, Shanum berbalik mengikuti arah pandangan Andra dan menemukan sosok perempuan mungil yang belakangan ini sudah berusaha ia cari namun tidak bisa ia temukan di mana pun.
Langsung saja, Shanum berdiri dan menghampiri gadis manis yang masih belum sadar juga akan keberadaan Shanum yang berjalan menghampirinya. Dan... BRUK ! Keduanya bertabrakan.
"Maaf mba, saya nggak senga..." Ucapan Ellena menggantung di udara. Tidak bisa membedakan apa yang di lihatnya kenyataan atau hanya sekedar mimpi.
"Sha ?"
"El ?"
Keduanya kompak memanggil nama masing-masing. Detik berikutnya, keduanya memekik riang dan saling memeluk satu sama lain. Andra yang samar-samar bisa mendengar percakapan keduanya benar-benar merasa bahwa takdir sudah mempermainkannya sebanyak dua kali. Bagaimana bisa di antara jutaan penduduk di Indonesia, Shanum dan Ellena harus saling mengenal ? Parahnya lagi, mereka tampak sangat begitu akrab layaknya sahabat dekat.
Gue harus kabur dari sini !
Andra mulai bergeser. Ingin segera kabur dari sana sebelum Ellena melihat dirinya. Namun, tampaknya Andra harus menelan kekecewaan entah sudah yang ke berapa kali karena kedua perempuan itu sudah berjalan mendekatinya.
"Kak Andra ?" Pekik Ellena tak percaya.
"Kalian udah saling kenal ?" Tanya Shanum bingung.
"Iya ! Kak Andra ini sepupunya suami aku, Bima."
"Apa ? Kamu udah nikah El ?" Mata Shanum membulat tak percaya.
"Iya." Jawab Ellena singkat sambil tersenyum.
Melihat senyum yang Ellena terbitkan, Andra merasa kembali terluka. Luka yang perlahan mulai kering semenjak kehadiran Shanum kembali tergores lagi. Rasanya masih sangat sulit bagi Andra untuk menerima bahwa Ellena sudah mulai memiliki rasa terhadap Bima. Meski gadis itu tidak pernah mengatakannya sekalipun.
"Aku pamit duluan, ya ! Ada urusan mendadak soalnya." Andra berdiri, tersenyum sebentar ke arah Shanum dan terpaku cukup lama menatap Ellena.
Tanpa Andra katakan pun, Shanum jelas bila melihat bahwa Andra pasti memiliki rasa terhadap El. Hal itu bisa dengan nyata di ketahui Shanum tanpa perlu bertanya.
"Kok cepet banget, kak ?" Tanya Ellena.
"Papa nyuruh aku ke kantornya. Mungkin ada masalah kecil yang harus aku beresin."
"Ya udah, pergi aja. Gak apa-apa, kok." Celetuk Shanum menimpali. Raut wajah gadis itu tampak terlihat menyimpan beban yang berusaha ia sembunyikan.
"Kalau gitu, aku akan ke kasir dulu buat bayar makanan kita."
"Gak perlu !" Cegah Shanum. "Biar nanti aku aja yang bayar. Sekalian, aku mau traktir Ellena juga."
Andra mengangkat alisnya heran. Ada apa dengan Shanum ? Wajah gadis itu tampak berubah muram sejak ia tahu bahwa dirinya dan Ellena saling mengenal. Apakah cemburu ? Tidak mungkin.
"Yakin ?" Tanya Andra memastikan.
Shanum mengangguk." Iya. Lagian makan aku yang paling banyak. Aku nggak enak kalau mesti kamu yang bayar semuanya." Ujarnya memaksakan senyum.
"Kalau gitu, aku pergi ya !"
"Hati-hati, kak !" Ellena yang menjawab. Sementara Shanum hanya terdiam dan memandangi Andra yang sudah berjalan menuju pintu keluar.
"Kok bengong ?" Ellena menepuk punggung Shanum yang terdiam.
"Ha ? Nggak apa-apa kok." Ujarnya menggeleng.
Setelahnya, dia dan Ellena kembali duduk di meja yang tadi Shanum tempati bersama Andra. Dia dan Ellena asyik berbincang tentang masa lalu, sementara seorang pria yang Shanum ketahui bernama Pandu yang merupakan pengawal pribadi Ellena begitu sangat takzim memakan makanannya.
Shanum terlihat beberapa kali melamun dan kurang fokus menyimak perkataan Ellena. Dirinya masih sedikit terganggu pada cara Andra yang menatap Ellena tadi. Shanum yakin bahwa Andra menyukai Ellena. Tapi kenapa, Ellena justru menikah dengan Bima yang merupakan sepupu Andra sendiri ?
"Kamu mikirin apa sih dari tadi ?"
"Bukan apa-apa." Jawab Shanum yang lagi-lagi berbohong. Ia benar-benar tidak tahu kenapa harus berpikir sekeras ini hanya karena menyadari Andra menyukai Ellena.
*
*
*
"Mama mana mba ?" Tanya Andra pada kakaknya, Karin ketika berpapasan di ruang keluarga.
"Di kamarnya. Mama lagi nggak enak badan. Sana gih, temuin dia." Jawab Karin sambil meletakkan majalah yang baru ia ambil kembali ke atas meja.
"Mama sakit ?"
"Kalau nggak enak badan, ya berarti sakit bocah bodoh !" Geram Karin kesal. Entah Andra tidak paham bahasa Indonesia atau memang otaknya yang sedikit lemot.
"Makanya, datang ke rumah itu seenggaknya seminggu sekali, jangan malah setahun sekali." Sungut Karin marah-marah.
"Iya, mba ! Namanya juga aku sibuk." Kilah Andra membela diri.
"Alasan ! Mba aja yang setiap hari sibuk bantuin papa di perusahaan bisa pulang tiap hari tuh !"
"Kan, mba memang tinggal di sini. Emangnya, mba mau pulang kemana lagi ?"
Karin memutar bola matanya malas. Tangannya sudah berada di kedua sisi pinggangnya dengan napas naik turun. Jika sudah begini, Andra tahu bahwa sebentar lagi Karin pasti akan meledak.
"Aku ke atas dulu ya, mba ! Bye !" Memanfaatkan kakinya yang panjang, Andra segera berlari menaiki tangga untuk menyelamatkan diri dari amukan Karin. Di abaikannya teriakan Karin yang meminta dia untuk kembali. Memangnya, Andra sebodoh itu apa ?
Andra mengetuk pintu kamar Nyonya Hanin pelan. Usai mendengar jawaban dari dalam yang membolehkannya masuk, Andra membuka pintu dan memperlihatkan senyum tampannya pada Nyonya Hanin yang sedang membaca majalah di atas tempat tidur.
Wanita paruh baya itu ikut tersenyum dan meletakkan majalah yang ia baca di atas nakas. Ia menepuk-nepuk tempat di sampingnya dan menyuruh Andra duduk di sana.
"Sini kamu , Anak nakal !" Perintah Nyonya Hanin.
Tanpa basa-basi, Andra langsung melompat ke atas tempat tidur dan membaringkan kepalanya di pangkuan Nyonya Hanin.
"Kata mba Karin, mama sakit. Sakit apa ?"
"Mama sakit karena anak laki-laki mama nggak pernah mau ke sini buat lihatin mamanya." Ujar Nyonya Hanin sambil memainkan rambut Andra yang mulai memanjang.
"Andra kan sibuk, ma."
"Sesibuk apa sih, sampai-sampai lupa buat pulang ke rumah sendiri ?"
Andra terdiam sejenak. Tidak mungkin ia jujur bahwa alasannya jarang pulang ke rumah adalah agar orang tuanya tidak mengetahui bahwa Andra patah hati pada Ellena, istri sepupunya sendiri.
"Ya adalah, ma. Urusan kantor pokoknya."
"Apa kamu masih belum bisa lupain Ellena ?" Tanya Nyonya Hanin dengan lembut.
"Apa maksud mama ?"
"Jangan bohong ! Kamu bisa membodohi orang lain tentang perasaan kamu, Ndra ! Tapi tidak dengan mama."
Mata Andra berkaca-kaca menatap wajah sendu Nyonya Hanin. Inilah yang membuat Andra tidak ingin pulang. Ia tahu, bahwa sekeras apapun ia mengupayakan, setiap kebohongan yang ia sembunyikan tetap akan di ketahui oleh Nyonya Hanin.
"Iya, Ma ! Andra masih belum bisa ngelupain Ellena. Jadi, sekarang Andra harus apa, Ma ? Tolong kasih tahu Andra cara agar Ellena bisa menghilang sepenuhnya dari hati Andra."
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Hsyahrul Marosa
😔😔
2021-03-14
0
Liana Rismawati
jodohmu lagi otw dra
2021-02-19
1
Rianny more
kaciaannnn bngt si Andra,😭😭😭
2020-12-28
1