BSP#8

Shanum akhirnya sudah mengambil keputusan. Ia akan mengambil pekerjaan sebagai model iklan untuk membantu ayahnya. Ya. Sekedar membantu ayahnya saja. Tidak lebih. Bukankah dia anak yang berbakti ? Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Andra. Begitulah batin Shanum meyakinkan pemiliknya.

Berusaha mengelak bahwa dirinya tak bisa mengabaikan kehadiran Andra begitu saja. Lelaki itu sudah memiliki tempat tersendiri di dalam hati Shanum, meskipun pada kenyataannya Shanum sendiri tidak tahu sebagai apa posisi Andra di dalam hatinya.

Pagi-pagi buta, Shanum sudah terbangun untuk segera bersiap. Dia dengan cepat bergegas untuk mandi, berias di depan cermin dan mengenakan baju terbaiknya. Ia ingin terlihat cantik untuk hari pertamanya bekerja sebagai model iklan.

Suara hentakan dari heels yang ia pakai terdengar di sepanjang tangga yang ia turuni. Untuk pagi dengan awal yang baru ini, Shanum berusaha menampilkan senyum termanisnya sebagai pancingan untuk melanjutkan hari dengan ceria.

Nyonya Rosie yang sedang sibuk menyiapkan sarapan di meja makan sempat terhenti. Ia menatap begitu memuja pada gadis cantik yang benar-benar begitu mempesona di hadapannya.

Merasa tatapan Nyonya Rosie begitu lama tertuju padanya, Shanum memandangi setiap detail dari apapun yang melekat pada tubuhnya. Mungkin ada yang aneh sehingga ibunya itu memandangnya dengan cara yang berbeda.

"Kenapa, Ma ?" Tanya Shanum dengan senyum yang lebih mirip dengan ringisan. Dirinya menduga, mungkin saja pakaiannya terlalu heboh untuk ukuran model baru yang pertama kali bekerja.

Nyonya Rosie masih mematri kuat pandangannya terhadap sang permata hati. Di langkahkannya sepasang kaki yang ia miliki untuk mendekat pada Shanum. Tangannya membelai lembut rambut Shanum seraya tersenyum.

" Anak mama memang benar-benar cantik." Nyonya Rosie berjinjit, memberi kecupan sayang pada putri satu-satunya meski bukan anak kandung.

"Terima kasih." Shanum tersenyum canggung menimpali.

Tak jauh dari tempat mereka berdiri, seorang pria tua dengan raut wajah yang masih terlihat segar sedang mematung dan menatap lekat pada istri dan putrinya. Senyum lega bercampur bahagia saat melihat kedekatan yang di tampikan Shanum dan Nyonya Rosie berhasil menorehkan rasa haru di dalam hatinya. Shanum sudah benar-benar menerima Nyonya Rosie sebagai ibu sambung terlepas dari kesalahpahaman besar yang pernah terjadi.

"Pa ? Ngapain berdiri di situ ?" Tegur Nyonya Rosie yang langsung membuyarkan segala lamunanya.

Shanum ikut menoleh dengan sendok yang masih menempel di dalam mulut. Menjilat sisa madu yang masih menempel pada sendok yang ia pakai untuk menghabiskan pancake kesukaannya.

Tuan Syakkir melangkah mendekat dan berusaha menutupi rasa haru yang dia miliki. Ia tak ingin momen bahagia yang sudah lama dia nantikan berubah jadi sedih jika istri dan putrinya mengetahui apa yang baru saja dia pikirkan.

*

*

*

Tiba di lokasi pemotretan, Shanum yang di dampingi Lia, sekretaris Tuan Syakkir langsung menghampiri beberapa kru. Berkenalan singkat dengan mereka dan berusaha sebisa mungkin untuk tidak terlalu mencolok. Tak boleh ada yang tahu bahwa dia putri Tuan Syakkir atau orang-orang akan mulai berpikir bahwa dia menjadi model hanya karena koneksi.

"Apa nona yakin ingin ditinggal sendiri ?" Lia terlihat begitu khawatir saat Shanum mengatakan bahwa dirinya ingin sendirian saja dan tidak butuh di temani.

"Iya. Kamu balik ke kantor aja. Bantuin papa." Ujar Shanum seraya mendorong tubuh Lia untuk masuk ke dalam taksi yang sudah dia pesan terlebih dulu.

"Tapi, nona ! Kalau Tuan Syakkir marah, bagaimana ?"

"Itu urusan aku, Lia. Bukan urusan kamu."

"Tapi saya takut, nona." Lia merengek. Wajahnya sudah seperti orang yang ingin menangis.

Jengah, Shanum yang sudah tidak sabaran langsung saja mendorong Lia masuk ke dalam taksi yang pintunya memang sudah dia buka terlebih dulu. Selesai, dia menutup kembali pintu itu dan memerintah supir untuk segera jalan.

Sang supir menurut, dan membiarkan Lia yang mengeluarkan kepalanya dari balik kaca jendela mobil yang ia turunkan setengah. Dapat sayup-sayup Shanum mendengar suara Lia yang masih meneriakkan namanya dengan begitu dramatis.

Kembali masuk ke dalam lokasi syuting, Shanum duduk di kursi yang di sediakan kru seraya menunggu rekannya yang masih belum juga menunjukkan batang hidung sampai tiga puluh menit ke depan. Shanum sudah merosot di kursi. Sudah tiga gelas kopi yang habis, dan partner kerjanya belum juga datang. Dalam hati, Shanum menyesali tindakannya yang terlalu bersemangat tadi pagi dan bahkan datang 15 menit lebih awal dari jadwal yang di tentukan.

"Mas, orangnya masih lama, ya ?" Shanum menghampiri salah satu kru syuting untuk menanyakan keberadaan partnernya.

"Paling 15 menit lagi sampai. Mba yang sabar ya !" Balas kru itu lalu segera pergi.

Shanum kembali menggerutu dalam hati. Di perbaikinya kembali blazer putih yang ia pakai dan menatap malas pada pintu masuk yang belum juga menampakkan sosok artis besar yang di tunggu.

"Maaf, saya terlambat !" Ujar seseorang yang bisa Shanum tebak sebagai bintang yang membuat mereka menunggu selama ini.

"Tidak apa-apa mba Farah. Silahkan untuk berganti pakaian secepatnya." Sang sutradara tersenyum ramah dan menyuruh bintang itu untuk segera berganti kostum.

Shanum memutar bola matanya malas. Perlakuan bintang besar dengan bintang baru memang berbeda.

"Semua sudah siap ? Ayo cepat stand by ke posisi masing-masing ! Waktu kita nggak banyak." Teriak sang sutradara.

Untuk jadwal pertama, keduanya hanya melakukan pemotretan saja. Nanti siang, baru akan di lanjut dengan syuting iklan komersial yang akan tayang di beberapa stasiun televisi.

Shanum dan Farah segera menuju ke tempat pemotretan. Keduanya berdiri berdampingan dengan Shanum yang tersenyum ramah sambil mengulurkan tangan memperkenalkan diri.

"Hai, nama saya Shanum. Kalau mba, namanya siapa ?" Tanyanya ramah.

Farah menatap Shanum dari atas hingga bawah. Dan begitu sebaliknya hingga senyum sinis meremehkan tersungging begitu jelas di sudut bibirnya yang merah.

"Pak Sutradara, anak baru ini ketemu dimana ? Di hutan, ya ?" Teriak Farah sambil memilin rambut bergelombangnya dengan tatapan tetap memandang sinis Shanum.

Merasa uluran tangannya mustahil di sambut, Shanum segera menurunkannya dan tersenyum kecut menahan malu. Ini kali pertama Shanum di pandang rendah oleh orang lain seumur hidup.

"Kenapa mba Farah ? Apa dia menyinggung anda ?" Sutradara itu tergopoh-gopoh ke depan, bertanya begitu sopan seperti patih yang menghadap sang ratu.

"Kasih tahu dia saya ini siapa. Masa' dia nggak kenal saya sama sekali ? Perusahaan ini menghina saya atau bagaimana ?" Farah mendelik kesal dengan wajah memerah.

"Maaf, mba Farah ! Dia ini baru pulang dari luar negeri, wajar jika dia tidak kenal anda." Jawab sang sutradara, masih dengan tingkahnya yang seperti terlalu rendah di hadapan Farah.

"Ajari model baru kalian ini tentang sopan santun terlebih dulu. Saya tidak akan syuting jika dia masih bertingkah sok seperti ini." Cibir Farah dengan ujung mata yang melirik sinis Shanum.

Shanum tertawa kecil dengan wajah tidak percaya. Apa tadi kata Farah ? Dia bertingkah sok ? Kapan ? Shanum bahkan tidak ingat jika pernah menyinggung Farah. Memangnya apa salah jika dia mengajak berkenalan orang yang akan menjadi partner kerjanya ? Salah jika dia tidak mengenal Farah yang katanya artis terkenal ?

Terpopuler

Comments

Sulastry Hutabarat

Sulastry Hutabarat

ku gibeng jg lu parahhhh....😡😡😡😡😡
Sok tenar lu...

2022-01-06

0

Young_Rae

Young_Rae

si farah,parah banget songong 😂😂

2021-12-16

0

Yudiawati

Yudiawati

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣farah gk tahu shanum itu anak yg punya perusahaan yg loe kerja sama... ini nih star sindrom

2021-04-16

3

lihat semua
Episodes
1 BSP#1
2 BSP#2
3 BSP#3
4 BSP#4
5 BSP#5
6 BSP#6
7 BSP#7
8 BSP#8
9 BSP#9
10 BSP#10
11 BSP#11
12 BSP#12
13 BSP#13
14 BSP#14
15 BSP#15
16 BSP#16
17 BSP#17
18 BSP#18
19 BSP#19
20 BSP#20
21 BSP#21
22 BSP#22
23 BSP#23
24 BSP#24
25 BSP#25
26 BSP#26
27 BSP#27
28 BSP#28
29 BSP#29
30 BSP#30
31 BSP#31
32 BSP#32
33 BSP#33
34 BSP#34
35 BSP#35
36 BSP#36
37 BSP#37
38 BSP#38
39 BSP#39
40 BSP#40
41 BSP#41
42 BSP#42
43 BSP#43
44 BSP#44
45 BSP#45
46 BSP#46
47 BSP#47
48 BSP#48
49 BSP#49
50 BSP#50
51 BSP#51
52 BSP#52
53 BSP#53
54 BSP#54
55 BSP#55
56 BSP#56
57 BSP#57
58 BSP#58
59 BSP#59
60 BSP#60
61 BSP#61
62 BSP#62
63 BSP#63
64 BSP#64
65 BSP#65
66 BSP#66
67 BSP#67
68 BSP#68
69 BSP#69
70 BSP#70
71 BSP#71
72 BSP#72
73 BSP#73
74 BSP#74
75 BSP#75
76 BSP#76
77 BSP#77
78 BSP#78
79 BSP#79
80 BSP#80
81 BSP#81
82 BSP#82
83 BSP#83
84 BSP#84
85 BSP#85
86 BSP#86
87 BSP#87
88 BSP#88
89 BSP#89
90 BSP#90
91 BSP#91
92 BSP#92
93 BSP#93
94 BSP#94
95 BSP#Eps 95
96 BSP#96
97 BSP#97
98 BSP#98
99 BSP#99
100 BSP#100
101 BSP#101
102 BSP#102
103 BSP#103
104 BSP#104
105 BSP#105
106 BSP#106
107 BSP#107
108 BSP#108
109 BSP#109
110 BSP#110
111 BSP#111
112 BSP#112
113 BSP#113
114 BSP#114
115 BSP#115
116 BSP#116
117 117
118 118 (Epilog)
Episodes

Updated 118 Episodes

1
BSP#1
2
BSP#2
3
BSP#3
4
BSP#4
5
BSP#5
6
BSP#6
7
BSP#7
8
BSP#8
9
BSP#9
10
BSP#10
11
BSP#11
12
BSP#12
13
BSP#13
14
BSP#14
15
BSP#15
16
BSP#16
17
BSP#17
18
BSP#18
19
BSP#19
20
BSP#20
21
BSP#21
22
BSP#22
23
BSP#23
24
BSP#24
25
BSP#25
26
BSP#26
27
BSP#27
28
BSP#28
29
BSP#29
30
BSP#30
31
BSP#31
32
BSP#32
33
BSP#33
34
BSP#34
35
BSP#35
36
BSP#36
37
BSP#37
38
BSP#38
39
BSP#39
40
BSP#40
41
BSP#41
42
BSP#42
43
BSP#43
44
BSP#44
45
BSP#45
46
BSP#46
47
BSP#47
48
BSP#48
49
BSP#49
50
BSP#50
51
BSP#51
52
BSP#52
53
BSP#53
54
BSP#54
55
BSP#55
56
BSP#56
57
BSP#57
58
BSP#58
59
BSP#59
60
BSP#60
61
BSP#61
62
BSP#62
63
BSP#63
64
BSP#64
65
BSP#65
66
BSP#66
67
BSP#67
68
BSP#68
69
BSP#69
70
BSP#70
71
BSP#71
72
BSP#72
73
BSP#73
74
BSP#74
75
BSP#75
76
BSP#76
77
BSP#77
78
BSP#78
79
BSP#79
80
BSP#80
81
BSP#81
82
BSP#82
83
BSP#83
84
BSP#84
85
BSP#85
86
BSP#86
87
BSP#87
88
BSP#88
89
BSP#89
90
BSP#90
91
BSP#91
92
BSP#92
93
BSP#93
94
BSP#94
95
BSP#Eps 95
96
BSP#96
97
BSP#97
98
BSP#98
99
BSP#99
100
BSP#100
101
BSP#101
102
BSP#102
103
BSP#103
104
BSP#104
105
BSP#105
106
BSP#106
107
BSP#107
108
BSP#108
109
BSP#109
110
BSP#110
111
BSP#111
112
BSP#112
113
BSP#113
114
BSP#114
115
BSP#115
116
BSP#116
117
117
118
118 (Epilog)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!