Demikianlah hari-hari terus berlalu tanpa terasa. Kedekatan antara Shanum dan Andra semakin intens seiring pertemuan mereka yang memiliki frekuensi cukup sering. Baik Andra maupun gadis berwajah blasteran itu, keduanya sama-sama merasa cocok dan menemukan tempat untuk melupakan kesedihan masing-masing. Andra yang perlahan mulai bisa melepaskan Ellena dan Shanum yang juga semakin hari mulai meragukan rasanya terhadap Ellio.
Shanum seolah berada di persimpangan jalan. Antara harus kembali dan menetap pada cinta pertama, atau melangkah pergi pada cinta yang baru bersama Andra. Hari ini, Shanum datang ke rumah sakit untuk mengunjungi Ellio. Dengan sedikit ragu, gadis itu membuka pintu ruangan di mana pemuda tampan yang pernah mengisi hatinya di saat dulu itu terbaring. Tertidur lelap, seperti seorang pangeran yang menunggu sang cinta sejati untuk membangunkannya.
"Hei ! Aku datang." Sapa Shanum seraya meletakkan tasnya di atas nakas. Di tariknya sebuah kursi dan duduk di sana sembari meraih salah satu tangan Ellio untuk di genggamnya.
Tertegun cukup lama dalam posisi itu, Shanum mulai merasa bahwa cara memandangnya terhadap Ellio kini sudah berubah. Tak seperti dulu yang di iringi detak jantung yang bergemuruh, sekarang hanya terasa datar seperti seorang teman menatap teman.
Menarik napas panjang, Shanum membiarkan air mata membasahi pipi mulusnya. Mencoba untuk tetap menyampaikan tujuannya kemari meski rasa bersalah tiba-tiba menyergapnya di pertengahan jalan. Shanum merasa tidak pantas menyakiti perasaan Ellio yang begitu baik terhadapnya di masa lalu. Namun, bukankah Ellena sendiri yang meminta Shanum untuk melupakan Ellio dan membuka hati untuk pria lain ?
"Ellio, aku ke sini cuma mau minta maaf." Shanum memberi jeda dalam kalimatnya sembari menatap lekat pada tangan Ellio yang dia genggam.
"Maaf, aku nggak bisa nunggu kamu lebih lama lagi. Maaf karena aku nyatanya nggak bisa memenuhi janji aku untuk menunggu kamu sampai kapan pun. Maaf, karena aku mulai berpindah hati."
Shanum semakin tertunduk dalam. Meski dia tahu Ellio takkan bereaksi apapun, namun Shanum tetap merasa bersalah.
"Ellio, apa aku boleh mencintai Andra ? Kamu nggak akan marah, kan ? Ini juga bukan mau aku, tapi waktu terus berjalan, Li. Dan orang-orang di sekitar aku juga berubah. Dulu, kamu yang selalu di samping aku, tapi sekarang ? Nyatanya sudah berbeda. Please, jangan marah ke aku ketika kamu bangun nanti, ya ! Aku mohon." Lirih Shanum begitu dalam.
Suara pintu terbuka sontak membuat Shanum segera menghapus air mata. Reflek, gadis cantik itu berdiri dan menemukan sosok Ellena yang baru masuk dengan membawa sebuah kantongan plastik.
"Sha ? Kamu di sini ?" Sapa Ellena senang. Kantongan plastik yang dia bawa di letakkan di atas meja lalu bergerak memberi pelukan pada Shanum yang berdiri mematung di dekat Ellio.
"Kok nggak kasih tahu aku kalau kamu mau ke sini ? Kan, kita bisa barengan aja tadi." Lanjut Ellena setelah pelukannya dia lepaskan dari tubuh tinggi Shanum.
"Tadinya juga nggak ada rencana mau ke sini, tapi karena kebetulan lewat jalan dekat sini, ya udah aku putusin buat sekalian mampir." Tukas Shanum tersenyum.
Pintu kembali bergerak terbuka. Ellena dan Shanum kompak menoleh menyaksikan seorang gadis lain yang baru saja tiba dengan senyum mengembang yang menghias wajah cantiknya. Gerakan gadis yang baru tiba itu berhenti selangkah dari pintu yang baru di masukinya. Alisnya terangkat heran karena tampaknya hari ini bukan hanya dia yang ingin bertemu dengan pangeran tidur favoritnya.
"Put ? Kamu di sini juga ?" Ujar Ellena berseru senang.
"Hehehe.. Kirain cuma Putri aja yang ke sini, ternyata El sama Shanum juga di sini." Sahut gadis itu dengan cengir kuda andalannya.
"Kamu gak kerja, Put ?" Imbuh Ellena lagi. Dia mengikuti langkah Putri yang saat ini sedang menuju sofa untuk duduk di sana.
"Putri masuk pagi, El. Ini baru aja pulang." Jawab Putri tersenyum senang.
Ellena hanya ber-oh ria mendengar jawaban Putri. Shanum yang tadi berada di dekat ranjang Ellio kini juga sudah ikut bergabung dan duduk tepat di samping Ellena.
"Tumben Shanum ke sini ? Biasanya jarang kelihatan." Ucap Putri heran.
"Akhir-akhir ini aku lagi sibuk, Put. Jadwal pemotretan aku padat banget." Jawab Shanum yang merasa sedikit tertohok dengan pertanyaan Putri. Meski, dirinya tahu bahwa Putri tidak bermaksud apa-apa ketika bertanya tentang hal itu, namun Shanum kini mulai merasa bersalah kembali. Dia memang tidak pernah menemui Ellio. Baru terhitung tiga kali setelah beberapa bulan dia tiba di Indonesia.
Apa memang perasaan itu sudah tidak ada lagi karena terkikis waktu ? Entahlah ! Itu mungkin saja karena Shanum memang sudah sangat lama tidak bertemu dengan pria yang selalu dia rindukan selama menetap di Bryggen. Pria yang sama yang ketika masih jaman sekolah dulu, tak bisa membuat Shanum tenang jika tak menatapnya dua kali dalam sehari.
Tetapi sekarang, perasaan apa ini ? Setelah bertemu langsung Ellio, Shanum malah tidak merasakan apa-apa lagi seperti dulu. Rasanya yang dulu, entah sudah menguap kemana.
"El, Shanum sama Ellio dulu sahabatan, ya ?" Tanya Putri anstusias. Di gigitnya besar-besar roti yang tadi di bawa Ellena dalam kantongan plastik. Roti yang kata Ellena adalah favorit Ellio yang sekarang juga sudah menjadi favoritnya.
"Iya. Aku sama Shanum sahabatan. Terus, Shanum sama Ellio pacaran." Jawab Ellena berterus terang. Belum peka terhadap perhatian lebih yang selama ini Putri berikan terhadap adik kembarnya.
"Pa-caran ?" Mata Putri mengerjap tak percaya. Roti di dalam mulut hampir saja keluar jika gadis itu tidak segera menguasai perasaannya dan bertingkah normal sebelum ada yang menyadari perubahan sikapnya.
"Iya. Pacaran. Dan, sampai sekarang pun, Shanum masih nungguin Ellio buat bangun. Setia banget, kan ?"
Putri dengan susah payah menelan roti di dalam mulutnya. Berdehem sebentar sesaat setelah roti itu berhasil masuk ke dalam tenggorokannya dan berpura-pura untuk segera menghindar dari situasi yang membuat dadanya perih.
"Putri kayaknya lupa bawa minum deh. Kalau gitu, Putri mau beli air mineral dulu ya. Shanum sama El mau titip apa ?" Gadis itu tersenyum. Ahli sekali dalam menyembunyikan perasaan yang sebenarnya.
"Apa aja, Put." Sahut Shanum.
"Iya, aku juga." Imbuh Ellena menimpali.
Putri mengangguk dan melangkah ceria keluar dari ruang rawat Ellio. Di tutupnya kembali pintu itu setelah dirinya berhasil keluar. Yakin tak ada yang melihat, gadis itu mulai menyeka air mata yang sudah sedari tadi dia bendung di hadapan Shanum dan Ellena.
"Sadar Put !" Gadis itu menepuk-nepuk wajahnya sendiri. "Kamu ini bukan siapa-siapa. Justru bagus kalau ada Shanum yang ngejaga Ellio. Mereka berdua sama-sama mencintai, dan kamu sama sekali nggak ada hak untuk masuk di tengah-tengah mereka apalagi sampai berharap lebih agar Ellio melihat ke arah kamu." Tuturnya bermonolog sendiri.
Pandangannya tertuju pada sepasang sepatu berwarna putih usang yang dia pakai. Air mata kembali berguguran saat menyadari bahwa perasaannya sudah terlalu lancang untuk menginginkan cinta yang sama sekali bukan miliknya.
"Ingat, Put ! Siapa dan darimana kamu berasal."
Kembali gadis itu menyeka air mata yang keluar sambil menguatkan hati untuk melanjutkan langkah membeli air minum. Niat awal yang sebenarnya hanyalah kedok pengalihan agar Ellena dan Shanum tidak mengetahui isi hati Putri yang sebenarnya.
Shanum
Putri
Ellena
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Ririn Satkwantono
sabar put.. nnt pangeran tidur gnteng itu jd milikmu kok
2024-05-10
0
Sulastry Hutabarat
Nyesek oiiii jd Putri 😭😭😭😭😭😭😭
2022-01-07
0
Kezia Wati
aduh...cantiknya...
kyak aq ....... hhhhh ..........
2021-03-04
0