Hari demi hari berlalu tanpa terasa. Bagi seorang pria yang masih menyimpan nama gadis manis yang kini telah berstatus istri sepupunya kini, Andra hanya merasa bahwa tak ada perubahan besar dalam hidupnya. Otaknya masih mematri dengan kuat senyum Ellena di dalam sana yang membuat Andra terkadang tiba-tiba saja teringat gadis itu. Hatinya masih mengukir tajam nama Ellena sehingga terkadang luka karena harus melihat Ellena dan Bima bersama masih terus menganga.
Pagi ini, seperti biasa Andra berjalan santai menyusuri lorong apartemen miliknya dan menuju lift. Sambil menunggu lift terbuka, pria itu bersiul ria sambil memainkan kunci mobil di tangan kirinya.Dan ketika lift sudah terbuka, pria itu tersenyum dan melangkah masuk ke dalam sambil menyapa Mr. Joko, pria paruh baya yang bekerja di gedung apartemen itu.
"Good Morning, Mr. Joko ! How are you ?" Andra mengerling, menggoda pria dengan kumis khas 'wak doyok' itu.
Yang di sapa hanya melengos kesal dan enggan menjawab sapaan Andra. Di liriknya penghuni apartemen lain yang tertawa di belakangnya lalu menyikut perut Andra seraya berbisik pelan pada pria tampan itu.
"Sudah bapak bilang jangan panggil, Mister ! Mas Andra ini kalau di bilangin malah ngeyel." Mr. Joko melirik penghuni apartemen di belakangnya yang di ikuti oleh Andra yang juga penasaran.
"Tuh, lihat ! Penghuni yang lain malah jadi ketawa. Saya kan malu, mas !" Lanjutnya lagi.
Andra tertawa kecil sambil menyenggol bahu Mr. Joko. "Mereka ketawa karena setuju kalau pak Joko memang lebih cocok di panggil mister."
"Cocok darimana ? Dari hongkong ?" Gerutu pria paruh baya itu kesal.
Tak lama berselang, pintu lift kembali terbuka. Andra keluar dari sana dan melambai pada Mr. Joko di ikuti oleh penghuni apartemen lainnya yang juga memiliki tujuan yang sama dengan Andra.
"Thank you, Mr. Joko ! See you !" Andra segera berlari sambil tertawa dan meninggalkan Mr. Joko yang mengomel sendiri di dalam lift akibat ulahnya. Pria paruh baya itu memang selalu kesal karena ulah Andra yang seenaknya menyematkan kata 'mister' dalam namanya yang sama sekali tidak cocok dengan wajah medoknya.
Memasuki mobil pribadi miliknya, Andra segera melajukan mobil itu membelah jalanan padat ibu kota dan menuju ke kantor. Ia harus tetap bekerja meski sebenarnya Andra sangat malas karena pekerjaan bertumpuk yang Bima tinggalkan untuknya.
"Selamat pagi, pak Andra !" Ghea, sekretaris pribadi Andra menyambut sang atasan sambil tersenyum.
"Pagi !" Jawab Andra sekenanya.
Sudah bukan rahasia umum jika sekretaris Andra itu memiliki rasa terhadap atasannya. Sejak memulai kerja 1 tahun yang lalu, Ghea memang selalu berusaha mendekati Andra dengan modus pekerjaan. Meskipun, pria tampan sepupu pemilik Dirgantara Group itu terlihat tidak pernah menggubris. Bukan karena Andra tidak tahu bahwa Ghea memiliki rasa terhadapnya, hanya saja Ghea bukanlah tipe wanita idaman Andra.
"Ini kopi untuk bapak !" Ghea meletakkan secangkir kopi tepat di samping Andra yang tengah sibuk memeriksa beberapa dokumen penting.
Bima sedang tidak bisa ke kantor karena harus mengurus Ellena yang di rawat di rumah sakit. Alhasil, hampir semua pekerjaan Bima di limpahkan pada Andra yang sukses membuat pria itu berpikir bahwa mungkin saja Bima sengaja melakukannya karena dendam pada Andra. Bisa saja, kan ?
"Terima kasih !" Jawab Andra tanpa melirik lawan bicaranya sama sekali.
"Anda sedang apa, pak ?" Tanya Ghea sambil merapatkan tubuhnya pada Andra yang sedang duduk di kursi kerjanya. Tubuh perempuan itu sengaja ia condongkan ke depan demi menarik perhatian Andra.
Andra menghela napas panjang sambil memijit pelipisnya. Kelakuan Ghea yang seperti ini benar-benar membuat Andra frustasi. Andra paling tidak menyukai perempuan agresif dan suka menggoda seperti Ghea. Dia lebih menyukai tipe wanita yang suka tersenyum, ramah, dan bersahaja macam Ellena.
"Tolong kamu keluar saja, Ghea ! Pekerjaan saya masih banyak saat ini." Perintah Andra dengan menahan kesal setengah mati. Tugas dari Bima saja sudah cukup membuat pria bermata cokelat itu pusing, di tambah lagi dengan kehadiran Ghea yang bukannya membantu tetapi malah mengganggu.
"Anda tidak ingin di temani saya, pak Andra ?" Ghea tersenyum kecil sambil memainkan dasi yang Andra pakai.
Tak tahan lagi, Andra menarik paksa dasinya dan berdiri marah. " Jika masih mau bekerja dengan saya, sebaiknya jaga etikamu, Ghea !" Geram pria itu seraya berlalu.
Ghea yang mendengar amarah berisi ancaman yang Andra layangkan hanya bisa berdiri tegang. Ia tak pernah menyangka, bahwa Andra yang kalem dan selama ini memaklumi segala hal yang ia lakukan bisa semarah tadi. Terlebih lagi, pria itu bahkan meninggalkan Ghea dan memilih pergi dari ruangannya sendiri.
Andra tiba di lantai bawah dan menelepon seseorang untuk membawakan mobilnya ke depan kantor. Sekitar 5 menit kemudian, orang yang ia suruh datang dan langsung memberikan kunci mobil pada Andra. Dengan emosi yang masih meledak karena ulah Ghea, Andra melajukan mobilnya tak tentu arah dan pada akhirnya berhenti di sebuah taman yang cukup sepi.
Pria tampan bermata cokelat itu mengambil duduk di sebuah bangku taman sambil memperhatikan beberapa anak yang bermain di depannya.
Andra menghela napas berat. Ia tahu bahwa sikapnya keterlaluan karena sudah memarahi Ghea seperti tadi dan juga malah pergi dari kantor. Ia baru sadar bahwa bisa saja dirinya kena omel berat oleh Bima jika tahu dia tidak menyelesaikan pekerjaan yang sudah di amanatkan untuknya. Tapi masa bodoh ! Untuk kali ini saja, Andra ingin menjadi pembangkang dan melakukan semua hal semaunya. Siapa tahu saja dia bisa bertemu dengan jodohnya di taman ini.
Tanpa sengaja, matanya melirik ke arah samping dan menemukan seorang gadis yang beberapa waktu lalu sempat ia tolong. Shanum. Gadis itu sedang tertegun dengan tatapan lekat memandangi anak-anak yang sedang bermain di depan mereka. Entah sejak kapan gadis itu di sana dan Andra sama sekali tidak menyadarinya.
Saat kedua pasang mata mereka bertemu, mereka sama-sama tersenyum. Pertemuan keempat ini membawa mereka ke sebuah takdir yang tak akan pernah mereka duga. Sebuah takdir yang bahkan akan jauh lebih rumit dan lebih sulit bagi keduanya ketika tahu tentang kisah masa lalu masing-masing.
"Aku masih kesel tau sama kamu, Ndra !" Gerutu Shanum sambil menyikut lengan Andra.
"Loh, kenapa ?" Tanya Andra heran dengan alis terangkat.
"Kenapa kamu nggak tolongin aku pas di kantor daddy ? Kamu tega banget lihatin aku di seret-seret sama Leo."
"Ya, mau gimana lagi ? Aku kan bukan siapa-siapa kamu. Aku nggak berhak ikut campur dalam urusan keluarga kamu sama sekali."
Shanum tersenyum dan menatap Andra dengan lekat. Entah kenapa, melihat senyum Andra membuat Shanum mengingat seseorang yang pernah mampir di hidupnya. Seorang pria dengan senyum lepas penuh makna, persis milik Andra. Ellio. Cinta pertama Shanum yang sampai saat ini belum bisa dia lupakan.
"Sha, kenapa ?" Andra yang sejak tadi melihat Shanum melamun sambil menatapnya bertanya heran.
"Nggak, apa-apa." Geleng gadis itu yang berusaha sebisa mungkin menguasai perasaannya. Ia hampir saja meneteskan air mata di depan Andra karena teringat Ellio.
"Yakin ?" Tanya Andra memastikan.
"Yakinlah !" Shanum tertawa kecil sambil menatap Andra. Membuat pria itu akhirnya percaya bahwa dirinya baik-baik saja walaupun sebenarnya tidak.
Usai bertukar nomor telepon dengan gadis cantik itu, Andra menatap punggung Shanum yang perlahan menjauh darinya. Gadis itu memilih pulang duluan dan meninggalkan Andra yang masih betah duduk di tempatnya. Tapi tak apa, setidaknya Andra sudah tahu nomor gadis itu dan memiliki alasan untuk bertemu Shanum kembali yaitu, kalung milik Shanum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Ririn Satkwantono
mungkin bnyk yg bingung..... eits.. tp BACA aja dulu yaaaa.. hehehe
2024-05-10
0
nyonya_norman
bagus sih kayaknya,, tp aneh banget, sinopsisnya gk gini, tokohnya juga bukan andra shanum, gimana sih ini thor 🤔
2020-12-10
1
siy@ yanti
sinopsise modele koyok e critane ellio karo putri...tp kok iki andra karo shanum....males pakek bgt deh
2020-11-26
2