"Sha ? Kamu kenapa sih ? Akhir-akhir ini, kenapa kamu terus menghindar dari aku ?" Tanya Andra frustasi sambil berusaha menahan tangan Shanum yang ingin menghindarinya lagi untuk ke sekian kali.
"Siapa bilang ? Aku nggak menghindar dari kamu kok." Kilah Shanum salah tingkah. Hampir satu bulan lebih dia berusaha menghindari Andra dan selalu berhasil, namun hari ini sepertinya dia sedang terkena sial.
Pria itu sudah hafal trik untuk Shanum melarikan diri, sehingga belum selesai Shanum bekerja dia sudah menunggu di lokasi pemotretan setengah jam sebelum gadis itu selesai.
"Kalau bukan menghindar, terus maksud kamu tiba-tiba ngilang gitu aja apa ? Di telepon gak di angkat, WA gak di bales. Di samperin kayak gini, kamu juga seolah mau lari dari aku. Salah aku apa coba ?" Cecar Andra putus asa.
Usahanya sudah memasuki fase paling maksimal dalam mengejar Shanum yang tak juga bisa dia gapai beberapa waktu terakhir ini. Sikap gadis itu berubah. Dia yang dulunya ceria, ramah dan apa adanya sekarang menjadi pendiam, dingin dan seolah sangat membenci Andra.
"Aku cuma lagi sibuk aja, Ndra ! Gak ada alasan lain."
"Jangan bohong, Sha."
"Siapa yang bohong, sih ?" Ujar Shanum dengan suara agak meninggi. Membuat pria di hadapannya langsung membisu saat melihatnya dalam fase yang sama sekali belum pernah Andra lihat.
"Kamu kenapa sih, Ndra ? Justru kamu yang aneh, tau nggak ? Teman-teman aku yang lain aja nggak ada yang protes kalau aku nggak bisa angkat telepon mereka. Terus, kenapa justru malah kamu yang kelihatan sewot banget ?"
Andra tetap bungkam. Ucapan Shanum yang terdengar begitu dingin membuat Andra merasa tidak yakin bahwa Shanum yang selalu riang jika bertutur kata bisa semenakutkan ini jika sedang marah.
"Aku pikir, hubungan kita sekarang bukan lagi sekedar teman, Sha." Sahut Andra lemah seraya tertawa hambar.
Shanum ikut tertawa. Namun, tawanya terdengar begitu sinis meremehkan dan seolah menganggap bahwa Andra hanya mengucapkan gurauan belaka.
"Bukan teman ? Terus apa, Ndra ?" Tanya Shanum yang ingin memperjelas segalanya. Perlahan namun pasti, tubuhnya yang berdiri agak jauh kini mulai merapat pada tubuh Andra. Terus melangkah semakin dekat, hingga suara napas mereka terdengar satu sama lain. Shanum ingin tahu, seberapa pintar Andra untuk menyembunyikan tujuannya.
"Katakan ! Kita apa, Ndra ?" Bisik Shanum lirih. Memancing pria itu agar mengatakan kebenaran yang tentu tidak akan mungkin di akui oleh pria itu.
Mata Andra berfokus pada bibir kemerahan gadis cantik yang jaraknya tinggal beberapa centi lagi dari wajahnya. Andra sempat terdiam cukup lama kala baru menyadari bahwa Shanum lebih dari sekedar cantik. Fisik gadis itu sempurna. Sehingga Andra merasa bahwa siapapun yang kelak bersamanya akan selalu merasa beruntung bisa memiliki Shanum.
"Kita...."
"Calon ipar ?" Potong Shanum dengan seringai sinis yang tersungging di sudut bibirnya. Gadis itu memutar tubuhnya dan berjalan membelakangi Andra.
"Aku tahu kamu suka sama Ellena, tapi gak akan aku biarkan kamu hancurin rumah tangga dia sama Bima." Imbuh Shanum bersungguh-sungguh. Kalimat itu meluncur begitu saja tanpa sempat di pikirkan baik-baik.
"Maksud kamu apa, sih ?"
"Jangan berpura-pura, Ndra ! Aku tahu kamu jatuh cinta sama Ellena, kan ?" Alis Shanum terangkat. Menantang Andra untuk mengurai kejujuran di saat gadis itu kembali menghadap Andra setelah 2 langkah dia menjauh dari pria itu tadi.
Andra kembali bungkam. Pria itu benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Haruskah dia berkata ya atau tidak di hadapan Shanum ? Sementara Andra sendiri tidak merasa yakin mana jawaban yang paling benar.
"Aku...."
Tangan Shanum terangkat ke udara. Mengisyaratkan agar apapun yang ingin di utarakan Andra, Shanum ingin pria itu berhenti. Hatinya tidak kuat mendengar pengakuan Andra secara langsung bahwa pria itu mencintai Ellena dan bukan dirinya.
"Aku nggak butuh kamu jawab. Karena aku sendiri udah tahu jawabannya."
Kaki gadis itu kemudian mengajak sang pemilik untuk segera pergi. Terlalu lama bersama Andra bisa membuat Shanum kembali rapuh dan menunjukkan perasaan yang sebenarnya kepada pria itu. Shanum tidak mau. Shanum tidak akan pernah mau jika Andra tahu bahwa dirinya sudah mulai menyukai Andra. Shanum tidak ingin terlihat jauh lebih menyedihkan dibanding sekarang di hadapan pria yang hanya bisa memberinya goresan luka.
"Sha, please Sha ! Jangan kayak gini dong." Bujuk Andra yang masih tetap gigih mengejar Shanum.
"Kayak gini gimana sih, Ndra ?" Tanya Shanum jengah. Langkahnya kembali berhenti karena Andra mencegatnya dari arah depan.
"Kamu kenapa sih akhir-akhir ini ? Ini bukan Shanum yang aku kenal tau nggak ? Kamu berubah, Sha !"
"Berubah ? Aku nggak ngerasa berubah sedikitpun kok."
"Kamu berubah." Kali ini giliran Andra yang berseru dengan suara yang meninggi.
Shanum meneguk ludahnya susah payah. Bentakan yang di layangkan Andra cukup melukai hatinya. Namun, gadis itu tetap pandai mengatur mimik mukanya sehingga kesedihan di manik biru kehijauan itu perlahan bisa Shanum tutupi.
"Berubah ?"
"Ya. Kamu berubah. Aku nggak tahu apa yang terjadi sama kamu. Yang jelas, aku udah nggak kenal sama kamu lagi, Sha." Tukas Andra penuh emosi.
"Terserah kamu mau beranggapan apa, Ndra. Aku nggak peduli."
Tanpa basa-basi lagi, Shanum kembali beranjak pergi. Kali ini dia berhasil menghindar karena langsung menuju ke mobil dan menjalankan kuda besi itu menjauh dari sana.
"Shanum ! Kita belum selesai bicara, Sha." Teriak Andra sambil menggedor-gedor kaca mobil Shanum yang bergerak keluar dari area parkir.
Gadis itu tidak menggubris. Hatinya seolah keras bagai batu dalam menghadapi sikap Andra yang di nilainya begitu munafik. Untuk apa Andra berusaha sekeras ini mengejar Shanum jika hanya untuk di jadikan pelarian ? Tak tahukah pria itu jika Shanum terluka karena ulahnya ?
Kenapa harus Shanum ? Kenapa harus dirinya ? Sementara di luaran sana banyak wanita lain yang bisa Andra mainkan sesuka hati namun yang pasti itu bukan Shanum.
"Sha ? Kamu kenapa ?" Panggil Nyonya Rosie khawatir. Baru saja dia selesai mengatur makanan di meja makan dan berniat memanggil suaminya di kamar, namun Shanum lebih dulu mendahuluinya berlari menaiki tangga sambil menangis terisak.
"Mama ?" Shanum berhenti. Berbalik menatap sang ibu yang berdiri di bawah tangga dengan tatapan cemas. Buru-buru, Shanum segera menghapus air matanya. Tidak ingin Nyonya Rosie menjadi khawatir karena dirinya.
"Kamu kenapa ? Kok nangis ?" Tanya Nyonya Rosie yang kini sudah melangkah menghampiri Shanum.
"Shanum nggak apa-apa, Ma." Jawab gadis itu mencoba tegar.
"Sha ? Kamu tahu kan kalau mama gak bisa di bohongi ?" Tatapan sendu Nyonya Rosie yang menatap ke dalam manik biru kehijauan miliknya sukses membuat pertahanan gadis itu runtuh.
Shanum menenggelamkan wajahnya di pundak Nyonya Rosie sambil tersedu. Tangannya merengkuh tubuh kecil sang ibu dan menumpahkan segala kesedihan yang dia rasakan.
"Sayang, anak mama kenapa ?" Seru Nyonya Rosie lembut.
"Shanum baik-baik aja, Ma."
Mulut gadis itu menyuarakan bahwa dirinya baik-baik saja, namun suara tangisnya jelas jauh lebih jujur di banding mulutnya. Tangis itu sudah lebih dari cukup memberitahu Nyonya Rosie bahwa putri semata wayangnya sedang terluka karena ulah seseorang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Ririn Satkwantono
saat jauh br terasa org itu berharga
2024-05-10
0
Bambang Setyo
Terus berjuang ndra..
2021-11-25
0
Maulina Kasih
entah knp suka banget klo adegan berantem gini...
2021-03-04
1